Part 7

2K 94 3
                                    

Hot Passion ready di google play book

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hot Passion ready di google play book. Yang mau beli di sana cus. Happy reading 🥰
___**___

"Kalian saling kenal?" Tanya Rafael kemudian. Sedari tadi tidak ada yang bersuara hingga ia berinisiatif membuka percakapan.

"Zelin mahasiswi saya Pak Rafael." Jawab Devin sopan, membuat Rudi dan Toni tertawa bersama-sama.

"Jadi, cucumu ini selain arsitek juga seorang dosen?" Tanya Rudi kemudian. Ia terlihat sangat menyukai Devin yang selain dari keluarga terpandang juga pintar dan sopan.

"Iya, dia sudah bergelar profesor. Devin salah satu profesor termuda di Indonesia. Kau tahu, ia bahkan sering memenangkan tender pemerintah karena kecerdasannya. Darius dan Rina beruntung mempunyai putra-putra yang cerdas seperti Derrel dan Devin." Ucap Toni bangga, pun kedua orang tua Devin juga terlihat bangga pada putra bungsunya itu.

"Kebetulan sekali Zelin juga sangat ingin menjadi arsitek sukses. Ternyata dosennya cucumu. Benar-benar kebetulan yang menyenangkan."

Kedua orang tua itu tergelak. Rudi kemudian menggiring mereka semua ke meja makan. Di sana, kedua pria itu menghitung cucu dan cicit mereka, menyadari jika usia keduanya benar-benar sudah tua.

"Terima kasih sudah datang Toni. Aku benar-benar senang sekali dengan kedatanganmu. Kita seperti bernostalgia di masa lalu saat kita masih muda dulu. Sayangnya semua sudah tidak bisa kembali. Kita tidak bisa menjadi muda lagi."

Rudi yang berada di meja paling ujung tertawa bersama sahabatnya yang kini ada disebelahnya. Keduanya terus mengenang masa kuliah mereka dan menceritakan pada anak cucunya yang kini duduk mengitari meja makan. Zelin dapat merasakan tatapan Devin yang intens. Bahkan kerap kali tatapan mereka bertemu secara tidak sengaja.

"Zelin, gimana Devin kalau lagi ngajar, galak apa nggak?" Tiba-tiba mama Devin bertanya pada Zelin, membuat gadis itu sedikit kebingungan menjawab.

"Eeeeh, nggak kok Tante. Profesor Devin sangat santai." Ucapnya bohong. Devin adalah salah satu dosen killer yang sayangnya begitu tampan hingga membuat para mahasiswi rajin masuk kelas. Zelin jamin, jika Devin pria tua yang botak, mahasiswinya pasti berlomba-lomba untuk tidak masuk kelas.

"Benarkah. Tante dengar dari suami tante, Devin terkenal killer lo kalau lagi ngajar."

"Zelin terkenal pinter di kelas Ma. Kalau pinter ngapain aku bersikap killer. Kalau killer itu sama anak-anak yang bebal kalau di ajar." Sambung Devin berkelit. Pasalnya, ia tahu Zelin tidak enak jika mengatakan ia cukup killer di kelas.

"Bukan karena Zelin cantik?" Goda Rina pada putranya, membuat semua orang yang duduk di meja makan itu tertawa bersama-sama.

"Sayang sekali Derrel tidak bisa ikut. Cucuku yang satu itu terlalu sibuk bekerja hingga nyaris lupa menikah. Untungnya beberapa bulan yang lalu ia mau bertunangan setelah kami jodohkan. Sekarang ia sedang sibuk urusan bisnis di Amerika untuk satu minggu. Aku harap Devin tidak mengikuti kakaknya yang nyaris lupa menikah karena sibuk."

"Kek, nggak segitunya kali. Aku masih ingat nikah. Aku juga nggak sesibuk Kak Derrel kok."

"Makanya cepat cari jodoh. Atau perlu di jodohin kayak kakak kamu juga."

"Toni, anak muda jaman sekarang nggak kayak kita dulu main jodoh-jodohan. Sekarang mereka bisa cari sendiri."

"Kau benar Rudi. Tapi nggak ada salahnya kan menjodohkan jika keduanya sama-sama cocok."

"Bener. Yang penting jangan ada acara maksa kayak jaman Siti Nurbaya. Sudah nggak jaman itu."

Mereka semua tertawa bersamaan. Rudi bisa menangkap sinyal bahwa temannya itu sangat menyukai cucunya yang paling kecil. Tapi, ia menahan diri untuk bertanya lebih lanjut karena tidak ingin Zelin merasa tidak nyaman. Nanti saja saat tamunya sudah pulang, Rudi akan berunding dengan Rafael dan Salman perihal masalah Zelin.

Meskipun sepertinya Zelin belum ingin menikah karena masih mengejar cita-cita, tapi tidak ada salahnya bukan menggelar perjodohan. Toh, mereka sudah saling kenal dan Devin sepertinya pemuda yang baik. Jika memang nanti keluarganya juga sependapat dengannya, Rudi juga harus menyelidiki Devin sebelum benar-benar menjodohkannya dengan Zelin agar ke depan tidak ada penyesalan nantinya.

**

Alex tertidur sendirian di kamar apartemennya. Setelah makan siang tadi, ia ada pertemuan dengan salah seorang rekan bisnisnya kemudian ia kembali ke apartemen. Sebenarnya mamanya bersikeras menyuruh Alex tidur di rumah orang tuanya, tapi karena sudah terlampau malam untuk kembali ke rumah orang tuanya, Alex memutuskan untuk tidur di apartemen karena jaraknya lumayan dekat dengan tempat pertemuannya tadi.

Zelin malam ini tidak pulang kemari. Setiap weekend, gadis yang sudah tidak gadis itu tidur di rumah orang tuanya. Sejujurnya Alex kesal dengan keadaan ini karena ia merasa kesepian saat Zelin tidur di rumah kedua orang tuanya. Ia sudah terbiasa tidur dengan memeluk Zelin setiap malam.

Memikirkan Zelin, hati Alex jadi gundah tidak jelas. Desakan dari keluarganya tadi mau tidak mau menjadi beban pikiran baginya. Untung saja tadi ia masih bisa berkelit saat Rio menanyakan tentang wanita muda yang bersamanya. Alex bilang itu adik temannya. Meskipun mereka semua tidak percaya, Alex tidak peduli. Ia pusing memikirkan jika terus di tanyai hal yang sama setiap kali kumpul keluarga.

Suara pesan masuk membuat Alex yang tengah menelentangkan tubuhnya menoleh kemudian meraih ponsel yang ada di atas nakas. Ada chat undangan dari salah satu temannya. Undangan pesta untuk merayakan keberhasilan tender. Masih satu bulan lagi dan anehnya temannya itu sudah menyebar undangan dengan alasan agar semuanya mengatur waktu agar bisa hadir.

Alex mengabaikan pesan itu karena tidak tahu bisa hadir atau tidak. Ia meletakkan ponselnya kemudian kembali menatap langit-langit kamar. Memikirkan masa depannya dan juga kehadiran Zelin dalam hidupnya. Gadis yang sejak kecil menguntitnya itu tidak mungkin terima jika tiba-tiba ia menikah. Dan menunggu gadis itu menikah, entah kapan saatnya mengingat Zelin masih ingin mengejar cita-citanya menjadi seorang arsitek.

Apa ia akan menunggu Zelin menikah baru ia akan menikah? Lalu kapan hal itu terjadi, apa ia tidak keburu berumur setengah abad. Apa ia perlu membicarakan hal ini dengan Zelin?

Oh tidak. Gadis itu pasti akan mengamuk kalau membicarakan masalah ini. Zelin tidak akan membiarkan ia menikah apapun yang terjadi. Gadis itu pasti akan kembali rusuh dan mempertanyakan perasaannya yang Alex sendiri tidak tahu. Selama ini ia hanya menganggap Zelin sebagai adiknya. Tapi satu hal yang Alex lupa, tidak ada seorang kakak yang meniduri adiknya sendiri.

Memikirkannya entah kenapa kepala Alex jadi pusing sendiri. Tanpa ia sadari, matanya terpejam sedikit demi sedikit. Dan entah jam berapa, ia sudah terlelap sepenuhnya hingga pagi menjelang.

Hot Passion ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang