Part 14

1.3K 106 4
                                    

Alex memangku Zelin dan menyuapi wanita itu seperti anak kecil. Di meja makan terdapat beberapa makanan yang di beli Alex lewat delivery order. Ia menahan Zelin di pangkuannya sambil menyuapi wanita itu dengan spaghetti.

"Om stop. Aku mau makan dengan tenang. Aku bukan bayi." Zelin mencebik kesal. Tapi ia juga tidak bisa bergerak karena Alex terus menahannya.

"Makan saja. Kau pasti kelelahan." Ucap Alex santai sambil terus menyuapi Zelin, membuat wanita itu kesal setengah mati.

"Om."

"Hmmm."

"Siapa wanita baju merah tadi siang?"

"Putri kedua gubernur, Rumi Valeria Tanjung."

"Pantas saja kelihatan glamour sekali. Dia juga masih sangat muda."

"Umurnya 28 tahun. Jauh di bawahku."

"Dia kelihatan suka banget sama Om. Kelihatan cewek ganjen."

"Nggak usah bahas dia. Udah nggak ada urusan."

Zelin menoleh, menatap penuh tanya pada Alex. Lelaki itu tidak mengacuhkan Zelin dan terus fokus menyuapinya.

"Emangnya Om udah bilang sama mamanya Om kalau nggak suka sama cewek itu."

"Belum, nanti aja."

"Aku mau turun Om. Makan kayak gini nggak kenyang tahu." Alex akhirnya melepaskan Zelin karena wanita itu terus bergerak tidak nyaman sedari tadi dan membuat bagian bawah tubuhnya menegang kembali. Alex mengumpat, mereka baru saja selesai bahkan rambut Zelin masih basah. Jika ia menginginkan Zelin lagi, wanita itu pasti akan membunuhnya.

"Fashion show kamu tinggal beberapa hari lagi kan? Gimana persiapannya?" Tanya Alex sambil menatap Zelin yang melahap sosis yang berukuran besar. Pikiran Alex jadi terpecah karena membayangkan ketika Zelin mengoral miliknya.

"Iya, beberapa hari lagi. Kakiku nyaris patah karena hampir setiap hari latihan. Besok pengukuran baju. Mudah-mudahan pas dan acara membosankan ini cepat selesai. Aku ingin kuliah dengan tenang."

"Bukankah kau akan semakin seksi jika berlenggak-lenggok di atas catwalk."

"Om, aku calon arsitek bukan calon model. Bagiku kegiatan itu sangat menggelikan. Seharusnya anak fakultas fashion design saja yang repot. Mengesalkan jika harus melibatkan fakultas lain seperti ini."

"Tidak apa-apa. Aku justru akan datang karena ingin melihat penampilanmu. Jika bukan karena itu, mungkin aku tidak akan datang karena kegiatanku sangat padat."

"Benarkah?" Wajah Zelin langsung sumringah mendengar perkataan Alex barusan. Ia tidak menyangka Om Alex sangat antusias untuk melihatnya tampil di atas catwalk.

"Tentu saja. Kegiatanku sangat banyak. Jika bukan demi melihatmu, mungkin aku tidak mau datang. Aku sangat sibuk belakangan dengan proyek baruku."

"Makasih Om. Aku seneng banget dengernya. Om, aku kenyang, aku ke kamar dulu. Aku tugas yang harus aku selesaikan. Om makan aja dulu. Dari tadi cuma nyuapin aku sampai nggak makan."

Alex mengangguk. Zelin kemudian menaruh piring kotornya ke wastafel. Ia mencium pipi Alex sekilas kemudian beranjak menuju kamar. Malam ini ada tugas penting dari Profesor Devin. Zelin harus segera mengerjakannya agar mendapatkan poin yang bagus saat Profesor Devin mengajar besok.

Sepeninggal Zelin, Alex merenung sendirian sambil memakan pelan spaghetti-nya. Ia mengutuk mulutnya sendiri karena terlalu posesif pada Zelin. Jika terus seperti ini, kapan ia bisa memberikan pengertian pada Zelin kalau hubungan mereka tidak punya masa depan. Ia akan benar-benar menjadi bujang tua jika menunggu Zelin menyadarinya.

Tapi, dengan tingkahnya sekarang, ia justru semakin memberikan harapan pada Zelin. Dan Alex yakin, gadis itu akan semakin tidak terima jika suatu saat Alex menemukan wanita yang cocok. Entah bagaimana cara memberikan pengertian pada gadis muda itu, Alex benar-benar di buat pusing sendiri memikirkannya.

**

Acara anniversary kampus di mulai dengan meriah. Berlangsung selama dua hari berturut-turut, malam ini acara puncak berlangsung dengan menampilkan karya-karya terbaik dari kampus. Dan puncak acaranya adalah jam 8 malam dimana anak-anak fakultas fashion design menunjukkan karya terbaik mereka.

Beberapa pengusaha dan pejabat sudah hadir sedari tadi. Mereka sudah mengikuti acara dari awal hingga saat ini menunggu acara puncak. Rafael, Zafran dan Friska hadir atas permintaan Zelin. Alex hadir sendirian. Revan juga tampak hadir namun tidak di temani Syafa karena mereka masih punya bayi yang butuh istirahat di jam-jam segini. Kedua orang tua Sasa juga hadir di acara ini. Hanya orang tua Jena yang tidak bisa hadir karena masih berada di luar negeri.

Alex menyapa beberapa pejabat dan rekan bisnisnya, kemudian duduk di kursi yang sudah di sediakan oleh panitia. Untungnya bagian depan, jadi ia bisa melihat Zelin dengan jelas. Kalau sampai tidak kelihatan, Zelin pasti akan mengamuk padanya nanti.

Dari tempatnya duduk, Alex bisa melihat dengan jelas pria yang saat itu berbicara dengan Zelin di pinggir jalan menyapa Rafael dengan ramah. Pria itu dan Rafael berbincang cukup akrab dan ayah dari Zelin itu tampak sangat menyukai profesor muda itu.

Alex jadi teringat perkataan Rafael beberapa hari yang lalu tentang perjodohan yang di usulkan kakek Zelin. Dalam hati Alex bertanya-tanya, apa perjodohan itu di teruskan. Zelin belum bercerita apa-apa dan kemungkinan gadis itu belum tahu.

Setelah berbincang akrab dengan Rafael dan Zafran, Devin berjalan kemudian duduk dua kursi di samping Alex. Alex hanya melirik sekilas kemudian menatap kembali ke panggung, dimana acara fashion show sebentar lagi akan di mulai. Namun, telinga Alex tidak sengaja menangkap pembicaraan Devin dan salah satu rekan dosennya.

"Malam ini dia tampil? Kau pasti sudah menunggunya."

"Yaaah, tentu saja. Aku yakin malam ini dia akan terlihat sangat cantik, seperti biasanya."

Keduanya terkekeh pelan. Entah kenapa firasat Alex mengatakan jika yang di maksud Devin adakah Zelin. Pria memang terlihat jelas menyukai Zelin. Dan sikap ramahnya dan Rafael dan Zafran, Alex yakin hal itu dilakukan Devin agar keluarga Zelin semakin menyukai pria itu.

Lagi pula siapa juga yang tidak tertarik pada Zelin. Selain cantik dan pintar, Zelin juga berasal dari keluarga dengan latar belakang yang bagus. Gadis itu masih muda dan energik. Bersemangat kuliah dan tidak pernah neko-neko, hanya sedikit arogan. Bukan sedikit, tapi banyak, hehehehe. Hanya orang buta yang tidak menyukai wanita sekelas Zelin.

Tunggu, jangan bilang Alex buta. Ia tidak buta, hanya realistis. Dari pada mengalami penolakan dari keluarga Zelin, ia lebih baik menyingkir. Lagi pula, ia juga tidak bisa menjamin hati Zelin tetap setia untuknya. Bisa juga nanti Zelin berpaling darinya jika menemukan pria yang lebih muda dan pantas untuknya, seperti Devin contohnya.

Lamunan Alex terhenti saat suasana riuh dan acara fashion show dimulai. Beberapa mahasiswi yang sudah berdandan cantik dengan pakaian tak kalah cantik berlenggak-lenggok di atas catwalk. Alex menatap intens pada panggung catwalk. Ia fokus menanti Zelin yang belum juga muncul.

Dan beberapa saat kemudian, yang ia tunggu muncul juga. Zelin tampil dengan sangat cantik dan sempurna menggunakan gaun malam berwarna merah maroon dengan model lengan pendek dan kerah sabrina yang tidak terlalu terbuka. Rambutnya terurai indah dengan make up flawless yang menghiasi wajahnya.

Sungguh Zelin terlihat sangat cantik bak model internasional. Alex terpukau sambil bertepuk tangan pelan. Ia benar-benar mengagumi kecantikan Zelin malam ini. Namun, sebuah suara dari sampingnya membuat Alex sedikit garam mendengarnya.

"Itu yang kau tunggu. Kau benar, ia sangat cantik seperti bidadari. Kau beruntung jika suatu saat bisa memilikinya."

Alex menoleh, dan mendapati mata Devin menatap penuh kekaguman pada Zelin yang saat ini tengah berlenggak-lenggok di atas panggung catwalk. Sungguh, melihat tatapan pria itu pada Zelin, Alex ingin sekali mencongkel mata pria itu karena sudah berani-berani menatap penuh minat pada Zelin-nya.

Hot Passion ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang