"Kamu tahu, tidak ada yang layak darimu. Binatang rendahan sepertimu cuma bagus untuk mainan seorang Alpha,"
Alpha besar dengan cambuk di tangannya mendekat terus ke arah Renjun, membuat Renjun bergidik dalam duduknya.
Sejak tadi pakaian Renjun telah dilucuti, menyebabkan kakinya bergetar oleh stimulasi berlebihan dan takut, atau dingin?
Ah, tapi Renjun tidak kedinginan, jari-jari hangat yang bermain di seluruh perut telanjangnya, lidah panas menjilat pinggang dan punggung begitu membara sampai ia hangat di bawah perutnya.
Dynamics nya mengambil alih, mengobrak-abrik isi kepala Renjun yang penuh ketakutan menjadi halimun nafsu dan nikmat–campuran jadi-jadian yang keji menyiksa jalur pikirnya.
"Beraninya menatap balik! Dasar Omega jalang, jangan pikir kau pikir bisa lebih tinggi dari Alpha,"
Tidak-tidak, tolong jangan sakiti Renjun. Renjun berteriak, rasa sakit di punggung dan lengannya menusuk tak tertahankan, namun sekeras apapun ia memanggil, tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulutnya.
Alpha yang dari tadi mengekang pinggul Renjun menghempaskan tubuh Renjun kasar ke tanah. Renjun berusaha menutupi bagian depan tubuhnya dengan tangan gemetar, usaha yang sia-sia untuk mempertahankan kesuciannya.
"Jangan ditutupi, manis. Cuma lubang yang bagus darimu," Renjun menggeliat, berusaha melepaskan diri dari ikatan yang mengekang pergelangan tangannya untuk kabur.
Tangan-tangan nakal mendekat mustahil ke seluruh permukaan tubuhnya yang tertutup kulit. Rasa malu dan hina tak lagi bisa dibendung tubuh kecilnya, namun apa daya ia tidak bisa menghentikan cairan merembes mengalir membasahi pahanya. Sesulit apapun Renjun bersitahan dengan birahi yang membumbung tinggi-tinggi, ia tak lagi bisa mengendalikan diri.
"Jalang biadab, berhenti memberontak! St–"
Renjun terbangun.
Renjun menyentuh kedua pergelangan tangannya, bersih dan mulus tanpa dikekang. Itu semua hanya mimpi, meski terasa nyata sekali sampai-sampai jantungnya berdegup kencang dan kulitnya basah oleh keringat.
Ketika ia cukup sadar, Renjun cepat-cepat membalik selimutnya, menghembuskan nafas lega ketika menemukan kasurnya bersih. Renjun bergidik ngeri, semua terasa begitu nyata sampai pada detil-detilnya.
Renjun bersyukur ia sudah bangun sebelum bagian Command, bagian terburuk dari mimpi buruknya yang terus menerus berulang. Ia harus berterima kasih pada Jeno untuk hal tersebut.
Tidak bisa dipungkiri kalau keberadaan Jeno sangat menenangkan dynamics nya. Sejak malam ketika Renjun nyaris jatuh ke dalam subdrop lalu Jeno mengatakan kalau ia tidak membencinya, mimpi-mimpi Renjun mereda secara signifikan. Pikiran bahwa ada Jeno, seorang Alpha yang peduli dengannya tinggal dibawah satu atap cukup berhasil meyakinkan Omega Renjun untuk merasa aman.
Berbicara tentang Jeno, Renjun melihat remang cahaya dari bilik kecil di samping kamar mereka, lilin di ruang kerja Jeno masih menyala.
Satu masa ketika panen usai dan ada waktu luang, Jeno membobol dinding yang memisahkan kamar dan ruang penyimpanan. Barang Renjun dan Jeno sama-sama tidak banyak, sehingga Jeno berinisiatif menggunakan ruang tersebut untuk membaca, supaya ia tidak perlu membuka meja di kamar mereka.
Melihat Renjun yang beringsut masuk dalam ruang kerjanya Jeno langsung menurunkan gulungan kertas di tangan. Jeno tergopoh-gopoh membereskan barangnya untuk menghampiri sang Omega, "Kenapa, Renjun? Apakah kamu mimpi buruk? Apa ada yang sakit?"
Renjun menggeleng, membuat Jeno kembali terduduk. "Disitu saja Jen, aku yang ke sana."
Jeno menurut, membuka kembali gulungannya, matanya tidak lepas dari Renjun sampai Renjun duduk disampingnya, menyandarkan kepala pada sisi lengan Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
melati (noren | reupload)
FanfictionHuang Renjun, Pangeran ke dua Kerajaan Taiyang dinikahkan pada Lee Jeno, Pangeran Ketujuh kekaisaran Kalér -kekaisaran besar di Utara-sebagai bukti keberhasilan takluknya monarki independen terakhir dari Sabuk Kepulauan. [ARCHIVE - Reupload melati (...