13 - enigma

667 86 9
                                    

"Hei, Jisung."

Angin musim gugur bertiup sepoi-sepoi. Daun-daun kering berkumpul pada atap Paviliun Bakung. Renjun dan Jisung sedang duduk berdampingan dalam naungan paviliun tersebut, di lapangan terbuka di depan mereka, Jeno dan Minhyung mengoper bola kulit dengan kaki mereka, melemparnya pada Chenle di sisi lain jaring dari tambang.

Jisung berdengung rendah, "Iya hyung?"

"Kenapa Jeno tidak boleh keluar dari pulau Bwinja?" Tanya Renjun, matanya mengamati rambut Jeno yang memantul-mantul saat ia bersorak gembira dipeluk Minhyung–tim mereka mengalahkan tim Chenle dan Kai–si prajurit dari Barat.

"Kamu baru pernah bertanya ini, ya hyung." Jisung bertanya balik. Jisung tidak tersinggung, tapi raut wajahnya terbaca bingung.

"Ya soalnya aku kira itu tabu, kalian tidak ada yang suka dengan status terkutuknya kan?"

"Benar sih."

Setelah beberapa saat Jisung angkat bicara, "Setahuku hyung ke sini saat ia berumur tujuh, setahun setelah ayahnya naik tahta. Lalu iya, alasan pengasingannya adalah, ia terkutuk."

"Masa bisa bocah tujuh tahun dituduh terkutuk. Apa yang bisa dia lakukan memangnya?" Gerutu Renjun, meskipun ia tahu Jisung tidak punya jawaban.

Jisung mengedikkan bahu, "Itu kata Jaehyun-samchon, um, maaf, panglima Jung, hyung. Dia selalu mengajarkan Jeno untuk tidak berbuat masalah, katanya anak terkutuk tidak boleh macam-macam."

Renjun mengangguk-angguk. Pada dasarnya, Alpha punya fisik yang kuat–tampak dari betapa mudahnya Jeno menggendong Renjun ke kasur mereka kala ia ketiduran di ruang belajar Jeno.

Beberapa Alpha bahkan punya aura dominan bawaan sejak lahir–yang membuat mereka pemimpin natural dan memiliki Command yang lebih kuat. Alpha secara naluri juga punya kepala besar–senang mencari pengakuan dan dipuaskan, arogan dan sombong akan dominasinya. Terlebih Alpha memang dilahirkan dengan fisik dan pheromone yang superior dibanding Beta dan Omega.

Jeno adalah Alpha muda yang kuat dan gagah–badannya berisi otot padat dan parasnya menyaingi Dewa-Dewa. Nyaris sempurna, Alpha yang layak dijadikan percontohan untuk disanjung dan dielukan.

Namun Jeno seolah selalu menyembunyikan ke-Alpha-an nya. Seolah, Jeno sedang menutupi jati dirinya dari sesuatu.

Jeno selalu berolahraga, melatih tubuhnya saat pagi-pagi buta, sebelum menjaga aroma dan wibawa Commandnya tak terdeteksi sepanjang hari, dan baru berani berlatih pedang saat gelap tiba.

Kata Jisung, rutinitas Jeno ini ia mimik dari panglima Jung. Jung Jaehyun adalah panglima asal keluarga Jung yang terhormat, dilayani oleh keluarga Park yang masih setali dengan keluarga cabang Jung.

Kendati orang-orang pulau mengira panglima yang membesarkan Jeno adalah ayah Jisung, ayah Jisung hanya mengambil peran tersebut setelah Jaehyun wafat. Orang inilah yang membawa Jeno dari istana pusat dan mengajari Jisung seni pedang juga–meskipun untuk Jisung ia lakukan terang-terangan di siang bolong. (Beruntung aku tidak pernah disuruh latihan pagi-pagi, hyung. Aku belum bangunaku Jisung).

Karakter panglima Jung belum Renjun pahami sepenuhnya, tapi sosok inilah Ayah bagi Jeno, yang mengajarkan ilmu pedang dan cara manipulasi dinamika yang begitu elit–orang tua kandung Jeno justru tidak dalam gambaran masa kecil si pangeran.

"Keluarga ibunya tidak pernah mengunjungi?"

Jisung menggeleng "Katanya Omega Kim Doyoung diputuskan dari silsilah keluarga karena menikahi kaisar. Soalnya keluarga Kim mengawasi kuil, Omega-Omega nya dijadikan pendeta pendoa."

melati (noren | reupload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang