17 - lee jeno

618 84 13
                                    

tw: dubious consent
mengingatkan kalau di reupload ada minor edits untuk memperkuat jalan cerita yaa

Setelah Jeno bersumpah akan memusnahkan orang yang menyakiti Renjun, ia seolah kehabisan seluruh waktu di dunia, mati-matian mengusut kemana kiranya pembunuh wisteria berdiam bersembunyi.

Ketenangan Jeno dan Alpha nya terusik, dendam menguasai diri Jeno, membuatnya membabi buta mengerahkan seluruh usaha mengejar bayang-bayang korps assasin elit keluarga Lim yang hilang tanpa jejak dengan sekuat tenaga.

Dinamika Jeno tidak menentu, tak lagi terkendali. Diterpa banyaknya petunjuk yang Jeno ingin usut dan taklukan serta sakit hati akibat pengkhianatan Minhyung, Jeno justru sudah lama sekali tidak bertemu Renjun.

Scenting yang setia dilakukannya tanpa absen satu tahun terakhir ia longkap, memilih hanya mengusap kepala Renjun sebelum dia sendiri berangkat semakin subuh. Jeno bergegas memadatkan semua jadwalnya agar punya waktu menginvestigasi. Dengan musim dingin mendekat, Jeno perlu memangkas waktu luangnya agar bisa menaruh semua hal yang ingin dikerjakan dalam satu piring.

Di momen Jeno ada untuk Renjun, alih-alih tenang, Renjun merasa sesak. Jeno pasti menyangkal nya, tapi Jeno jelas resah, tercium dari aromanya yang tidak stabil dan tergesa-gesa. Renjun masih menyukai harum cendana dan kesturi Jeno, masih aroma suaminya yang memberi Renjun keamanan. Tapi aroma kaya Jeno sekarang lebih sering tercium berat dan kacau.

Dynamics Jeno mengalami defisiensi, tapi Jeno ngotot, keras kepala menghabiskan waktunya bekerja dan berpikir tanpa memperhatikan kesehatan fisik.

Renjun berusaha memainkan peran pasangan Omega yang baik. Bila Renjun tidak letih, ia menunggu Jeno pulang lalu memijat punggungnya sampai Jeno tertidur.

Renjun menghibur Jeno dengan meminta Imo memasak ikan salmon yang Jeno sukai, menukar waktu melukisnya untuk menemani Jeno bekerja, menyanyi untuk Jeno kala ia sedang membaca surat-surat yang masuk. Renjun melakukan semua dalam pengaruhnya untuk meringankan beban Jeno, tanpa ikut campur.

Namun, menjadi lemah dan membungkam pikirannya sungguh bukan gaya Renjun. Renjun sama cerdasnya dengan ia keras kepala. Renjun ingin membantu Jeno yang rasanya semakin hari semakin frustrasi.

Pendekatan Jeno selama ini begitu terpaku pada fraksi Lim, mengusut segala sesuatu dari petunjuk kain wisteria tersebut. Bahkan janji Minhyung kepadanya tidak membuat Jeno bergeming. Jeno seolah dipasang kaca mata kuda, buta untuk hal yang lain kecuali kebenciannya terhadap Keluarga Lim. Padahal menurut Renjun, konfirmasi dari sang Singa Muda, sekaligus kakak Jeno sendiri bukan sesuatu yang harus dilewatkan.

Omega Renjun bertahan supaya ia menurut, apalagi ketika amuk dinamika Jeno begitu keras, bagai pasang yang tak kunjung surut-surut. Namun, Renjun adalah perlawanan sekeras batu.

"Jeno, menurutku fraksi Lim bukan pelakunya." Ujar Renjun, membuka pembicaraan seusai makan siang bersama.

Jeno yang sudah selesai menyesap teh penutupnya membanting gelas kasar ke atas meja beralas kain. Tidak cukup kasar untuk memecahkan porselen, tapi cukup untuk membuat meja makan bergetar.

"Bicara apa kamu, Renjun? Semua buktinya sudah jelas." Jeno mengernyitkan alis. "Aku anak kaisar, Renjun! Bukankah itu yang selalu kamu bilang?"

Pandangan Jeno gelap, ekspresinya setenang yang Renjun selalu ingat tapi nada suara Jeno berbeda. Dibalik wajah pangeran es nya, Jeno ternyata lucu dan patuh, berbicara dengan nada imut natural tanpa dibuat-buat.

Hari ini, suara Jeno otoriter dan menusuk, si Alpha akhirnya memanfaatkan wibawa yang terkandung dalam bariton suaranya untuk mengancam.

Renjun bisa merasakan kelit Alpha yang mengucur dari getaran kata-kata Jeno, namun Renjun mengeraskan hatinya dan mendorong maju, meski itu berarti melawan kehendak Jeno.

melati (noren | reupload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang