10 - membawa jeno pulang ke taiyang

747 111 8
                                    

"Renjun, bisa ceritakan tentang masa kecilmu?" Suara Jeno membelah heningnya suatu malam di tengah musim panas.

"Tiba-tiba?" Lilin sudah dipadamkan dan mata Renjun sudah berat, tapi Jeno yang tumben sekali mengajaknya mengobrol sayang untuk dilewatkan.

Renjun berbalik pada futon nya untuk menghadap Jeno, didapati kedua mata Jeno memandang ia lurus.
"Baik, pegangan. Aku akan membawamu pulang ke Taiyang."

Renjun mengulurkan tangannya, membentangkan sejauh mungkin supaya bisa mencapai karpet di tengah dua futon terpisah mereka.

"Bawa aku ke Taiyang, baginda." senyum Jeno, menutup jarak antar tangan mereka dan meraih jari-jari Renjun yang terbuka.

"Taiyang itu surganya matahari, tempatnya bunga mekar sepanjang tahun. Banyak sekali bunga di Taiyang, Jeno. Mamaku bilang beliau mimpi kejatuhan bunga melati yang banyak sekali, lalu poof aku lahir." Renjun berkata, menimang pipinya dengan satu punggung tangan, tangan lainnya sibuk digenggam oleh Jeno.

Sejak kecil Renjun suka binatang, sering meminta mamanya berkunjung ke taman istana melihat kucing dan kupu-kupu. Ketika Renjun lebih besar, ia mulai melukis dan menyulam, ketika ia fasih membaca, ia bermain alat musik dan menyanyi–suara emasnya warisan dari sang ibunda.

"Mama mencintai seni musik. Ia seperti mau membuat kuartet, kakakku disuruh belajar erhu, sementara aku guzheng. Dia sendiri pandai main pipa." Gurau Renjun.

Ketika ditanya siapa orang keempat, Renjun bercanda ayahnya yang akan bernyanyi nanguan, balada menyayat hati diiringi oleh permainan istri dan anak-anaknya.

"Kakakku selalu kabur saat pelajaran musik, ia lebih suka berburu. Dia pergi menyelinap dengan sepupu-sepupuku. Pulangnya ia membawakanku beri hutan dan bunga liar supaya aku tidak mengadu."

Jeno terbahak, kelopak matanya meleleh menjadi sepasang bulan kembar. Jeno terkikik geli sampai pundaknya menyentuh telinga, namun ibu jarinya mengusap tangan Renjun lembut, meminta Renjun bercerita lagi.

Renjun berkisah tentang hari-hari bocah ciliknya; bagaimana posturnya paling kecil namun ia paling galak di antara sepupu-sepupunya, bagaimana ia menerima pelajaran membaca dan menulis dari tutor imperial sejak ia cukup kuat memegang kuas.

Awalnya dia tidak suka belajar, lebih suka meminta mamanya mengajak ia jalan-jalan di taman, tapi belakangan ketika ada sempoa untuk berhitung, Renjun lebih menyukainya.

Mamanya memanjakan Renjun, namun raja dan ratu Taiyang selalu mengkondisikan kedua anaknya sebagai manusia dewasa, meskipun Renjun sendiri baru menunjukkan naluri Omeganya— present satu tahun lebih yang lalu.

"Hmm, kamu menikmatinya ya, Jeno?" Renjun menusuk pipi Jeno dengan jarinya, menoel-noel kulitnya gemas. "Dulu kamu mengacuhkanku dan sekarang kamu meniru pertanyaanku?"

"Aku gugup, masa kecilku tidak menarik." Ucap Jeno membela dirinya. Bagaimana mau bercerita pajang lebar kalau di awal pertemuan mereka, lutut Jeno seperti gelatin terkena air panas setiap melihat Renjun. Itu pun baru melihat, belum bertindak, Jeno merasa tak mampu membuat satu pun tingkahnya benar.

Lagipula Jeno tidak ingat banyak tentang masa kecilnya dan tidak pernah ambil pusing dengan fakta itu. Jeno laki-laki sederhana, ia nyaman hidup di masa kini tanpa meromantisir masa lalu. Jeno cenderung menelan hal sedikit yang bisa ia ingat mentah-mentah dan membiarkannya begitu saja.

Biar demikian, Ia mengagumi Renjun yang melihat dunia lewat lensa dicelup warna mawar, ketika dirinya jauh dari pandai memintal kisah hidupnya.

"Aku senang masa kecilmu indah. Aku iri sekali kamu bisa mengingat semuanya."

"Iya benar, memoriku terlalu bagus." Renjun berbisik, genggamannya pada wajah Jeno ia tarik dekat-dekat ke dadanya.

Renjun memang melihat dunia dari balik lensa dicelup warna bunga mawar, tapi di balik itu semua ia merutuk satu hal yang tidak bisa ia lupakan, menggerogoti malam-malam dan mimpi-mimpinya.

Ia akan beritahu Jeno suatu hari, ketika waktunya tepat dan hatinya sanggup.

melati (noren | reupload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang