30. Shofia & Azrel

19 1 0
                                    

Disisi lain, terlihat seseorang yang sedang mengintip dibalik pintu yang terbuka kecil tersebut. Tampak matanya terlihat sinis ketika melihat semua yang terjadi tersebut

"aku tak akan membiarkan kalian hidup bahagia" ucap Azrel dengan mata penuh dendam menatap ke arah Shofia.

Mata yang dulunya selalu menatap Shofia dengan penuh cinta kini berubah menjadi penuh dendam kala mengingat kembali dirinya yang ditinggalkan oleh Shofia yang lebih memilih hidup dengan pria lain yang telah dijodohkan oleh orang tua Shofia. Ia benci senyuman yang dulu selalu Shofia perlihatkan padanya itu malah dimiliki sepenuhnya oleh suami Shofia nantinya. Katakan saja bahwa ia egois namun itu semua karena satu hal yaitu karena ia jatuh cinta pada Shofia.

Perasaan cinta yang perlahan digantikan oleh rasa benci dan dendam kala mendengar kabar bahwa Shofia telah menikah dan mempunyai anak yang bernama Arga. Hati siapa yang tidak hancur kala mendengar kabar bahwa pujaan hatinya tersebut telah mempunyai anak dengan pria lain yang bukan dirinya.

Akhirnya karena perasaan benci dan dendam yang membara membuat Azrel kehilangan akal sehatnya dan memilih membantai habis seluruh keluarga Shofia dan juga suaminya tersebut namun ia tak sanggup membunuh Shofia sehingga ia lebih memilih untuk mengurung Shofia dibawah ruang penjara bawah tanah istana yang sepenuhnya sudah diambil alih oleh Azrel. Sedangkan yang berhasil selamat dari peristiwa pembantaian itu hanya pelayan Shofia yang diberi tugas untuk membawa pergi Arga jauh-jauh agar tak dilenyapkan oleh Azrel.

Disisi lain, Azrel pun telah menikah dengan seorang wanita bernama Anna, namun itu semua pernikahan tanpa dasar cinta dan mereka pun akhirnya mempunyai anak bernama Lu Si, namun naasnya setelah melahirkan Lu Si, Anna pun harus kehilangan nyawanya. Semua yang mendengar kabar itu merasa sangat berduka namun berbeda dengan Azrel yang tampaknya terlihat datar seolah tak merasa kehilangan sama sekali.

Mengingat kembali itu semua membuat Azrel memejamkan matanya untuk menahan emosi agar tak menendang pintu yang ada dihadapannya itu. Tampak matanya yang melihat sosok Shofia dengan senyuman yang tercetak di wajahnya itu yang sedang memeluk Arga. Senyum yang tak pernah dilihatnya semenjak kejadian pembantaian yang dilakukannya itu. Semenjak kejadian itu, tak ada lagi senyum di wajah Shofia, yang ada hanya wajah datar ketika menatap Azrel. Melihat senyuman Shofia hanya membuat raut wajah Azrel menegang karena tak menyangkan harus merasakan hal berbahaya ini lagi

jantungnya berdetak keras.

Tak bisa ia pungkiri bahwa sejauh mana ia menyakiti Shofia, namun dalam hati kecilnya ada rasa tak tega kala melihat tangisan ketakutan yang selalu ditunjukan padanya. Ia tak memungkiri bahwa sejauh yang dilakukannya itu ternyata tak mampu menghilangkan perasaanya pada Shofia dan ia benci ketika menyadari itu.

Ia tau bahwa semua yang ia lakukan itu salah namun ia hanya tak ingin Shofia hidup bagian dengan orang lain yang bukan dirinya. Tangan yang tadinya terlihat mengepal perlahan terbuka lemas sembari berjalan meninggalkan tempat itu.

Disisi lain saat menyadari kehadiran seseorang membuat Lu Si menatap ke arah kepergian ayahnya, namun gadis itu lebih memilih diam ditempatnya saja, ia tak ingin bertemu dengan sang ayah untuk saat ini.

♤♤♤

Beberapa tahun kemudian

Disisi lain terlihat Azrel yang memasuki kamarnya dengan wajah yang terlifat frustasi, rambutnya acak-acakan dikarenakan pusing dengan tingkah laku anaknya yaitu Lu Si.

Lu Si tampaknya marah padanya dan tak ingin berbicara padanya. Berbagai cara telah coba ia lakukan namun gadis itu masih keras kepala padanya padahal ia sudah berbaik hati dengan membebaskan Shofia dan Arga, namun hal itu tak kunjung membuat Lu Si berbicara padanya. Wajahnya terlihat kacau dengan wajah yang semakin tirus karena kehilangan nafsu makan. Matanya terlihat seolah tak ada lagi cahaya kehidupan kala menyadari kebencian dari putrinya tersebut.

Kesehariannya tersebut hanya berakhir di dalam kamar yang terlihat gelap, tampaknya pria tersebut berniat mengurung dirinya sendiri untuk mengetes apakah Lu Si akan mencarinya atau tidak, apakah Lu Si peduli padanya atau tidak. Namun sayangnya hal itu tak sesuai dengan pemikirannya. Tampak gadis itu yang terlihat acuh tak acuh padanya.

Tak ada lagi tingkah laku manja putrinya tersebut, yang ada hanya raut wajah dingin yang selalu terpampang diwajah manisnya tersebut. Ia tak ingin hidup terus seperti ini. Ia ingin semuanya kembali seperti semula. Ia ingin Lu Si kembali bermanja-manja padanya seperti dulu namun itu semua mustahil karena Lu Si telah mengetahui seluruh perbuatan bejat yang selama ini ia sembunyikan.

Rupanya putrinya itu lebih memolih menghabiskan waktu dengan Shofia dan Arga dari pada dengan ayahnya sendiri. Memikirkan hal tersebut membuat hati kecil Azrel seakan diremas. Sakit? ya itulah yang dirasakannya. Apalagi melihat Lu Si yang terlihat tertawa lepas saat berbincang dengan Arga dan Shofia. Tangan Azrel terlihat mengepal karena kesal saat melihat itu semua dibalik jendela besar dari arah kamarnya tersebut.

Begitu banyak tugas yang tertumpuk dimeja kerjanya karena selama ini selalu ia tunda sehingga melihatnya saja membuat pria tersebut menjadih tambah pusing sehingga membuat pria itu memutuskan untuk berbaring sejenak di ranjangnya.

♤♤♤

Disisi lain, terlihat Lu Si yang tengah asik berbincang dengan Arga dan Shofia, dan dari sudut matanya ia menangkap sosok yang sedari menatapnya dari arah jendela dan ia tau bahwa itu pasti ayahnya, namun gadis itu berpura-pura seolah tak menyadari keberadaan ayahnya yang selama ini selalu memperhatikan kegiatannya.

Semenjak kejadian dimana Shofia bertemu dengan Arga, tampak jelas wanita tua tersebut bersifat baik padanya seolah tak terjadi apa-apa, entah apa yang dikatakan Arga pada ibunya sehingga wanita tua itu terlihat seolah tak terjadi apa-apa.

"Lu Si" ucap Shofia dengan nada serius

"sepertinya aku dan Arga tak bisa terus tinggal di istana ini" ucap shofia dengan raut wajah sendu sembari memandang istana megah yang dulunya adalah kediamannya tersebut. Ia tak ingin kembali mengingat semua masa lalu menyakitkan yang berusaha ia kubur dalam-dalam. Peristiwa berdarah-darah yang selalu mengganggu tidur malamnya, selalu mengganggunya lewat mimpi sehingga membuat wanita tua itu tampak menghela nafas kasar karena tak bisa menghilangkan rasa traumanya tersebut. Setiap malam ia selalu berhalusinasi seperti mendengar teriakan minta tolong dari orang-orang dikediamannya dulu yang dibunuh oleh Azrel.

Karena hal itu akhirnya membuat wanita itu memejamkan matanya dan memutuskan untuk meninggalkan istana yang menjadi saksi bisu perjalanan cintanya dan juga Azrel yang berakhir tragis. Tampak Shofia yang berusaha tegar untuk melupakan semuanya dan ia hanya ingin hidup damai dengan putranya yaitu Arga.

♤♤♤

8 Januari 2024

Jangan lupa vote dan komennya

Cold Blooded Killer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang