37. surat 2

23 2 0
                                    

Disisi lain terlihat Shofia yang tengah membuka lipatan surat dari mendiang Azrel. Tampak wanita tua tersebut menguatkan dirinya sendiri untuk membuka surat tersebut hingga terpampang lah isi dari surat itu.

Shofia, maaf untuk semua yang terjadi, maaf karena sudah merebut semua kebahagiaanmu. Kupikir dengan membuatmu hancur akan membuatku merasa senang namun ternyata aku salah besar. Aku sangat membencimu  karena kau tega meninggalkanku seorang diri demi pria lain bahkan hingga memiliki keluarga kecil yang terlihat bahagia. Hari berganti hari dan tahun berganti tahun, perasaan dendam itu terus bertumbuh.

Aku sangat membenci tawa bahagiamu yang bukan untukku. Hal tersebut membuatku gelap mata dan menyusun rencana untuk merusak hubungan kalian bahkan merebut orang-orang yang kau cintai, namun ketika melihat air matamu membuat hati kecilku menjadi teriris dan juga sakit.

Mengapa aku merasakan itu semua? bukankah seharusnya aku merasa puas karena telah berhasil melakukan balas dendam tapi mengapa aku malah merasakan tidak sanggup lagi untuk terus melihat raut wajah sedihmu itu?

Kau tau mengapa?
itu karena aku masih mencintaimu walaupun kau telah menikah dengan orang lain namun perasaan itu tak pernah padam dan aku berharap jika saja aku memiliki kesempatan kedua, aku ingin hidup bersama denganmu dan menebus kesalahanku.

Shofia yang membaca surat itu pun hanya bisa tertunduk lemas sembari tangannya mengepal dan meramas kertas tersebut. Tampak wanita tua itu terlihat memejamkan mata sembari menggigit bibirnya kuat agar tak mengeluarkan tangisan. Hatinya berdetak keras ketika mengetahui jika Azrel ternyata masih menyimpan rasa untuknya.

Perasaan bersalah mulai melingkupi hatinya karena merasa penyebab Azrel berubah dikarenakan dirinya, Shofia hanya bisa berdoa agar Azrel tenang di alam sana.

Beberapa tahun kemudian

Disisi lain, Lu Si kini telah menjadi pewaris tunggal atas tahta yang harus dijalaninya, hingga kini wanita itu sudah diangkat menjadi seorang ratu yang dicintai oleh seluruh masyarakat. Tentu menjadi seorang ratu tidak semudah yang dibayangkan karena hampir setiap hari ia selalu disibukkan dengan berbagai pekerjaan yang tiada habis-habisnya.

Lu Si yang dulunya selalu dikenal sebagai sosok yang lemah lembut dan ceria kini telah hilang dan digantikan dengan sosok yang dingin dengan sorot mata yang tajam, tak ada lagi Lu Si yang lemah lembut. Banyaknya pekerjaan yang menumpuk membuatnya menjadi jarang bertemu dengan Arga sedangkan Arga hanya bisa menatap Lu Si dari kejauhan.

Semenjak ayah Lu Si meninggal, Lu Si tak pernah lagi mau menemuinya bahkan selalu menghindar saat dia mau menghampiri Lu Si. Tampaknya gadis itu masih membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan dirinya sehingga Arga pun berusa untuk mengerti dengan keadaan Lu Si.

Hingga berita Lu Si jatuh sakit pun akhirnya terdengarlah oleh Arga sehingga dengan paksa Arga masuk ke istana untuk bertemu Lu Si. Lu Si yang mendengar keributan dari luar dan mengetahui jika itu semua ulah Arga pun hanya bisa menghela nafas pelan dan berkata pada para pengawalnya untuk membiarkan Arga bertemu dengannya.

Tampak kedua mata Arga yang menatapnya penuh rindu dan cinta yang tak bisa lagi di pendam. Arga pun berjalan pelan menuju Lu Si yang sedang berbaring di ranjang lalu duduk disebelah gadis itu. Tangannya dengan lembut memegang kening Lu Si untuk mengecek suhu tubuh gadis itu.

Lu Si yang melihat sorot mata khawatir dari Arga hanya bisa menahan senyum, tampak gadis itu yang juga menatap balik ke arah Arga dengan intens, rasanya sudah lama sekali ia tak melihat Arga dan ia sangat merindukan pria tersebut.

Melihat Lu Si yang balik menatapnya membuat Arga pun menjadi terhanyut dengan suasana hingga tanpa sadar ia pun mulai mengurung gadis itu di bawahnya lalu melumat bibir gadis itu kasar, bibirnya menyusuri leher gadis itu sembari terus menggigit kecil leher itu hingga menimbulkan warna merah menghiasi leher gadis itu.

Pria itu terlihat memegang erat leher belakang gadis itu dan memajukannya sehingga bibir mereka pun semakin menempel satu sama lain bahkan Lu Si tampak membalas lumatan pria itu dan tangan mungilnya tampak menggenggam helaian rambut Arga ketika pria itu mengecup lehernya dengan kuat hingga menimbulkan bekas, suara desahan pun tak terhindarkan lagi hingga Arga pun menghentikan aksinya karena mengingat Lu Si yang masih sakit, pria itu pun mengecup singkat kening Lu Si dengan lembut. 

Melihat obat ramuan berwarna hitam yang tidak diminum oleh Lu Si membuat Arga pun memasang raut wajah bertanya yang langsung dijawab Lu Si dengan cepat

"aku tak suka, rasanya pahit" ucap Lu Si dengan wajah cemberut membuat Arga pun tersenyum jahil lalu mengambil ramuan itu lalu meminumnya dan dengan cepat menarik wajah gadis itu dan membuka paksa mulut Lu Si dengan bibirnya dan menyalurkan kembali obat tersebut ke dalam mulut gadis itu sehingga tampak wajah Lu Si yang menahan kesal karena tingkah Arga.

"Bagaimana rasanya? maniskan?" ucap Arga jahil sembari menunjuk bibirnya ke arah Lu Si. Lu Si yang kesal pun hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal sehingga Arga pun tertawa lalu dengan gemas menggigit sebelah pipi berisi Lu Si hingga memerah

"aw" ringis Lu Si karena Arga menggigit pipinya.

Lu Si tampak menatap tajam ke arah Arga lalu ia pun melayangkan pukulan ke arah Arga yang langsung ditangkap Arga hingga tanpa sengaja mereka berdua malah jatuh dengan posisi Arga yang menimpa tubuh Lu Si. Tampak Arga yang tak beranjak dari posisinya, rupanya pria itu nyaman dengan posisi mereka tersebut. Tangan Arga pun telah melingkar tubuh gadis itu dan merapatkan tubuhnya mendekatinya.

Wajah Lu Si terlihat terbenam di dada Arga dengan tangan Arga yang satunya mengelus rambut Lu Si sembari berkata

"tidurlah, kau pasti lelah dengan semua pekerjaanmu, istirahatlah" kata Arga berbisik disamping telinga gadis itu.

Mendengar itu pun Lu Si menggangguk dan tangan gadis itu balik memeluk Arga sembari terus menghirup aroma wangi mint khas pria itu. Tampak Lu Si yang kini telah tertidur lelap dengan Arga yang terus menjaganya disampingnya.

Mata pria itu tak pernah lepas dari wajah Lu Si, sorot mata penuh cinta itu tak pernah hilang dari sosok Arga. Matanya selalu menatap penuh cinta ke arah satu satunya gadis yang berhasil mencuri hatinya itu. Tangannya tampak mengelus alis mata indah milik Lu Si lalu perlahan menyentuh hidung mungil gadis itu, dirinya dibuat terpesona dengan wanita dihadapannya itu. Arga pun ikut memejamkan mata dengan tangan yang tak pernah lepas dari pinggang Lu Si

"aku selalu mencintaimu, apapun yang terjadi kau hanya milikku" ucap Arga berbisik kecil disamping telinga berharap kepada gadis yang sudah tertidur itu mungkin saja mendengar suaranya lalu Arga pun ikut terlelap disamping Lu Si.

10 Juli 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cold Blooded Killer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang