Lexa's POV
Udara dingin musim gugur menusuk tubuhku. Mantel tebal yang kugunakan ini setidaknya cukup membantu menghadangnya. Meskipun aku masih sedikit menggigil. Dedaunan pada pohon di sekitar halte ini sudah mulai berubah kecoklatan. Beberapa bahkan sudah menggugurkan diri. Bersiap-siap menghadapi musim dingin yang segera mendatangi kota.Angin kencang di depanku membuyarkan lamunan pagiku. Pintu bus terbuka. Dan ternyata ini bus yang kutunggu sejak tadi. Aku segera melangkahkan kakiku masuk kedalam, dan mendudukkan diri di 1 bangku yang masih kosong. Keadaan di pagi hari ini cukup ramai. Mengingat bahwa ini adalah pagi di hari kerja. Tentu saja.
***
BRUK!Hahahaahhh!!
Astaga. Anak-anak itu lagi. Aku mendengus kesal dan segera mengambil kembali barang-barangku yang tadi (dengan sengaja) dijatuhkan oleh mereka.
"Lexa?"
Aku mendongak keatas, dan mendapati Kate, sahabatku sedang menatapku iba. "Sini aku bantu." Ia meletakkan tas dan buku-bukunya di lantai, dan membantuku mengambil barang yang berserakan. "Terima kasih, Kate." Ujarku pelan sambil menengok kearahnya. "Iya, sama-sama." Balasnya tersenyum ramah.
"Kau ada kelas apa setelah ini?" Tanyaku kepada Kate saat sedang berjalan di koridor kampus, menuju ke kelas masing-masing. "Musikalisasi." "Oh." Jawabku singkat. "Sepertinya kelasmu sudah mau dimulai, Lex. Sejarah, bukan?" Tanyanya. "Astaga. Iya. Terima kasih untuk bantuanmu tadi dan mengingatkanku. Nanti siang kita break bersama ya!" Ujarku padanya sambil berlari kecil menuju kelasku dan tersenyum renyah pada Kate.
***
"Phoebe McGee"
"Anabella Knight"
"David White"Satu persatu nama dipanggil untuk mengambil hasil tes minggu kemarin.
"Alexandria Dominic"
Aku segera melangkahkan kakiku ke depan, dan mengambil kertas tes ku, tanpa melihatnya sedikit pun. Aku kembali ke tempat dudukku, dan melirik ke kertas itu.
"Perolehan nilai tertinggi, dicapai oleh, Ethan Wate, Barry Rogers, dan Alexandria Dominic." Ucap sang dosen.
Aku tersenyum bangga. Tertangkap dari sudut mataku, semua anak di kelas menatap kami bertiga -menatapku- kesal.
***
"Gimana hasil tesmu minggu kemarin? Kudengar hari ini diumumkan, ya?" Tanya Kate sambil mengunyah chicken sub miliknya. "Iya. Yah begitulah." Jawabku seadanya, masih meneguk milk shake ku. "Aku juga mendengar bahwa kau mendapat nilai tertinggi. Sedangkan tes tersebut cukup sulit." Sambungnya. Aku hanya mengangguk pelan. 'Wow!! Selamat ya! Kamu memang hebat dalam mata kuliah ini, sudah 3 kali berturut-turut mendapat perolehan tertinggi." Ucapnya heboh memberiku selamat."Haha, terima kasih. Kau juga akan pentas kan?" Tanyaku memastikan. "Hehe, iya. Aku akan tampil dengan biola di acara kampus selanjutnya." Kate tersipu. "Semoga aku bisa datang deh, untuk nonton kamu." "Yeayy, makasih, Lex." Ucapnya gembira. "Aku akan jadi yang bersorak-sorai paling heboh." Jawabku. Kate hanya terkekeh pelan mendengar ucapanku.
"Hey, nanti mau pulang bersama? Kamu naik bus kan? Sepertinya kakakku masih tidak bisa menjemput." Tanyanya berharap. "Hm. Iya aku naik bus. Kita bareng saja deh. Aku juga tak ada acara apapun sepulang kuliah." Jawabku. "Oke. Kita bertemu didepan kelasmu ya. Aku ada kelas sebentar lagi. Duluan ya." Ucapnya cepat sambil menyambar tasnya dan melesat keluar dari cafetaria. Kelasku dimulai 15 menit lagi. Dan sekarang aku menunggu disini, duduk dalam kesendiriran, mencoba untuk menghabiskan milk shake ku, teguk demi teguk.
***
Anak-anak berhamburan keluar kelas, memenuhi koridor sekolah yang tadinya sepi. Dan Kate sesuai dengan janjinya sudah menunggu di depan kelasku, menagih janjiku untuk pulang bersama. "Hey!" Sapanya ramah. Aku membalasnya dengan senyuman yang tak kalah ramah. "Ayo, kita langsung ke halte saja." Ujarnya cepat sembari menarik tanganku, membawaku melewati kerumunan manusia disini.Kate menghentakkan kakinya berulang kali ke lantai. Aku terkekeh pelan melihat tingkahnya. Maklum, lah. Kate memang jarang naik kendaraan publik. Kakaknya yang umurnya tak beda jauh darinya, selalu menjemputnya pulang kuliah mengendarai mobil Kate. Atau Kate membawa mobilnya sendiri. Mungkin kali ini kakaknya itu sedang menggunakannya. "Tunggu saja. Lagipula kita baru berdiri disini sekitar 5 menit." Jawabku menenangkan. Tak lama setelah aku berkata seperti itu, sebuah bus berhenti tepat di depan kami. "Ayo." Ujarku menarik tangan Kate yang sedari tadi menunggu dengan tidak sabar.
"Bye, Lex. Hati-hati ya." Ucapnya ketika bus mulai mencapai halte di dekat rumahnya. Aku memberinya satu pelukan hangat, dan ia berjalan keluar ketika bus berhenti maksimal.
***
Author's POVUap panas mengepul di depan wajahnya. Ia menyeruput sedikit demi sedikit espresso yang ia buat tadi. Berdiri di depan jendela kaca flatnya. Memandang keindahan kota New York, yang penuh dengan pencakar langit. Sudah 10 menit ia melakukan ini. Berdiri, memegang espresso di tangannya, menyeruputnya sedikit, dan menatap kosong pemandangan yang disuguhkan oleh kota ini. Semua tergambarkan dalam kaca flatnya yang besar. Cukup untuk menampilkan view New York yang tak ada duanya.
KRINGGG!
Gadis itu pun meletakkan kopinya di coffee table di dekat kaca tersebut, dan berjalan ke arah ruang TV. "Lexa?" Tanya yang di seberang sana. "Iya. Ini aku. Ada apa?" Jawabnya singkat. "Aku minta maaf." "Kau sudah mengucapkan itu berkali-kali. Dan aku muak akan semua itu. Simpan saja semuanya untuk kekasih barumu." Ucapnya cepat, dan memutuskan sambungan, secara sepihak. Ia terduduk di lantai sekarang, disamping sofa. Menangisi pria itu. Tunggu. Untuk apa? Untuk apa ia sebenarnya menangisinya? Lexa menyadari semua itu, dan ia menghapus air matanya kasar. Tak peduli lagi akan kenangan itu. Ia kembali ke coffee table, mengambil kopinya, dan melanjutkan kegiatannya tadi. Mengagumi keindahan kota tempat tinggalnya ini.
Vote dan comment ya.
Maaf kalau gaje,ngebosenin dan banyak typo. Soalnya ini baru pertama buat.
**Lexa and Kate on mulmed.
All the love -AA