Chapter 8

152 22 5
                                    

Author's POV

Lexa menapakkan kakinya ke lantai kamar tidurnya. Matanya masih berkedip-kedip beradaptasi dari alam mimpi. Keran shower ia nyalakan, dan mulai menyanyikan pelan lagu kesukaannya. Air hangat mengucur menuruni tubuhnya, menyusuri setiap inci kulit badannya.

Ketika ia sudah keluar dari kamar tidur dan berpakaian, Lexa segera menyeduh kopi paginya dan menyiapkan kembali benda-benda yang harus dibawa ke kelas. Ia memiliki kelas pukul 9, dan sekarang masih pukul setengah 8. Masih banyak waktu untuk bersiap-siap, namun Lexa tak pernah mau membuang waktu di pagi harinya. Ia bersenandung pelan, menunggu sarapannya yang merupakan makan malam sisa yang ia hangatkan di microwave.

TING!

Lexa memasukkan makanannya itu ke dalam paperbag, dan menuang kopinya ke gelas kertas sekali pakai. Ia melilitkan syal coklatnya, dan sekali lagi mengingat-ngingat apalagi yang harus ia bawa. Melirik ke luar jendela, terlihat bahwa salju turun tak terlalu lebat pagi ini. Untuk sekali ini, ia mempertimbangkan untuk mengendarai mobilnya. It's freezing outside, for sure. Lexa mencari kunci mobilnya, dan sialnya, ia lupa terakhir kali meletakannya dimana. 15 menit mencari, dan benda kecil itu masih saja belum ditemukan. Lexa mendengus kesal, memikirkan bahwa ia harus menaiki bis umum lagi di tengah pagi yang begitu dingin ini.

Tok..tok.

Ketukan pelan terdengar dari pintu depan. Lexa berdiri lagi di kakinya setelah menunduk-nunduk masih mencari kunci mobilnya itu. Ia engintip dari lubang pintu dan melihat sosok yang tak disangka-sangka.

"Harry? Sedang apa kau disini? Kau tak ada kelas?" Tanyanya bingung. "Aku..aku berpikir mungkin..mungkin..." Ucapnya menggantung. Lexa menaikkan satu alisnya, memintanya untuk melanjutkan kalimatnya yang belum selesai. "Nevermind. Maaf aku mengganggumu." Harry membuang nafas panjang, dan membalikkan badannya kembali menuju lift. Lexa memutar bola matanya, agak bingung dengan kejadian tadi, dan berbalik juga, hendak menutup pintu di belakangnya. "Aku berpikir mungkin kita bisa berangkat bersama?" Ucap seseorang dari belakangnya setengah berteriak. Bahkan berteriak. Lexa memutar badannya cepat, dan menemukan Harry di hadapannya.

"Apa?"

"Aku berpikir mungkin kita bisa berangkat bersama?" Ulangnya menarik nafas, mungkin ia berlari dari lift kembali lagi kesini. Perjalanan yang cukup jauh. Tidak juga.

Lexa berpikir lagi. Mempertimbangkan untung dan ruginya. "Kau bawa motor?" Lexa tahu seberapa dinginnya diluar. Dan mengendarai motor sepertinya bukan pilihan terbaik saat ini. Harry seakan bisa membaca pikirannya."Sayangnya, iya. Aku tahu udara diluar seperti, sangat-sangat dingin. Tapi kurasa lebih baik daripada naik bus yang bisa saja berhenti di tengah rute. Atau kau mau aku untuk membawa mobilmu?" Tanyanya menawarkan pilihan yang lebih baik. Sialnya, kunci mobilnya itu masih juga belum ditemukan. "Ya ampun. Kunci mobilku entah kemana. Aku lupa tempat aku menaruhnya, setelah terakhir kali aku menggunakannya. Biasanya aku terorganisir. Mengapa jadi begini ya." Jawab Lexa kesal. Harry menahan senyumnya melihat Lexa menggerutu memarahi dirinya sendiri.

"Mobilku juga masih di London. Jadi?" Tanya Harry mencari kepastian.

Selang beberapa menit Lexa menjawab.

"Oke."

"Ambil sweater mu, pakai beanie mu juga, sarung tangan jangan lupa. Syal jangan kau lepas." Ucap Harry panjang lebar, mengingatkan Lexa segalanya untuk mempersiapkan diri melawan angin musim dingin. Lexa hanya diam menurut saja, berlari kesana kemari mengambil benda-benda yang diperintahkan Harry untuk dipakai.

"Ayo." Ucap Lexa akhirnya setelah menyiapkan semuanya. Lexa mengunci pintu flat di belakangnya, lalu Harry menarik tangan kirinya, memintanya untuk berjalan berdampingan. Lexa berusaha sekeras mungkin untuk menariknya dari genggaman Harry, namun usaha itu seakan sia-sia. Harry tetap menggenggam tangannya sambil menyenandungkan lagu entah lagu apa.

Harry memberi helm cadangan untuk Lexa untuk ia pakai. Lexa mengibas rambutnya sedikit, lalu memasukkan kepalanya kedalam helm itu.

Harry membawa kedua lengan Lexa ke perutnya agar ia mau memeluknya dari belakang. Lexa mengikutinya saja dan mengeratkan pelukannya. Bagaimanapun juga, ia sedang menumpang dengan Harry. Ia sempat melirik jam tangannya sebentar tadi. Mereka punya 20 menit untuk berkendara. "Jangan mengebut. Bahaya." Lexa mengingatkan Harry. Harry mengangguk dan mengencangkan lagi pegangan tangan Lexa di perutnya.

***

"Jadi?"

"Hm? Maaf aku kurang mendengarkan."

"Aku melihatmu kemarin dengan Harry di sebuah kedai kopi. Ku kira kau membencinya atau apalah." Ulangnya.

"Aku pulang bersamanya."

"Apa? Kukira kau membencinya atau apalah." Tanyanya lagi dengan raut wajah bingung.

"Hahaha. Kau sudah mengatakannya tadi. Dan ya, awalnya kukira ia seperti pembenci perempuan atau sejenisnya, tapi ternyata dia membuatku nyaman dengan cara yang bahkan tak ku mengerti." Jawabnya menjelaskan panjang lebar. Lawan bicaranya mengangguk-angguk sambil menyedot habis jus buahnya.

"Baguslah."

Lexa menoleh ke sampingnya menatapnya dengan satu alis terangkat, meminta penjelasan dari perkataannya sebelumnya. "Maksudmu tadi itu apa?"

"Baguslah, karena sepertinya ia memiliki 'sesuatu' denganmu." "Sesuatu bagaimana?" Tanyanya lagi, mencari penjelasan lebih.

"Sedari tadi ia menatapmu."

Lexa melotot, tersedak dalam minumannya sendiri. Kate menepuk-nepuk pelan punggungnya sambil mengelusnya. Lalu ia melirik lagi Harry yang berada di belakang Lexa.

"Sekarang ia melihatmu dengan khawatir."

Lexa melotot lagi, tak tersedak kali ini. Malah ia menggigit bagian dalam pipinya, kebiasaan lamanya ketika ia sedang gugup yang diturunkan oleh Dad nya.

"Jangan menoleh ke belakang. Dia akan melihatmu menatapnya. Biarkan saja seperti ini. Hahaha. Kalian berdua lucu sekali." Ucap Kate mencubit gemas pipi Lexa. Lexa memukul lengan Kate pelan dan derai tawa mengikuti mereka berdua.

***

Lexa's POV

"Bagaimana kau pulang?"

Aku yang sedari tadi menunduk untuk meletakkan buku di loker menoleh ke samping untuk melihat lawan bicaraku.

siapa lagi kalau bukan...

HARRY

*************************

harry lagi harry lagi......

maavkan author pikirannya tersendat. Chap ini gaje,ngebosenin,byk typo

plish jangan jd sider yahh....

next? yay or nah?

kayanya author bakal lama update soalnya mudiq. HAHA gadenkkkk. Ikutin terus yaa ....

*yg di mulmed ga ada hubungannya dengan chap ini yak.

ALL THE LOVE -AA





RealityWhere stories live. Discover now