Chapter 3

193 27 1
                                    

Author's POV

Nada pendek dari musik klasik Bach terdengar dari ponsel Lexa.

"Lex, jangan lupa hari ini aku tampil yaa. -Kate."

Tentu saja Lexa tak akan lupa. Penampilan dari satu-satunya sahabat yang ia punya. Ya. Tentu saja ia tak akan lupa. Lexa tersenyum kecil membaca pesan itu, meletakkan kembali ponselnya di samping tempat tidur, dan memulai kembali rutinitas hariannya. Tetapi kali ini, ia membawa satu surprise untuk Kate yang sedang bergembira itu. Lexa berdandan untuk acara ini. Ia mengenakan dress terbaiknya dan memakai lipstick nuansa merah untuk menonton sahabatnya itu. "Apapun untuk Kate." Pikirnya.

***
Lexa buru-buru berlari ke aula tempat pentas kampus diadakan. Ia harap ia tak terlambat. Bus sempat mogok di tengah jalan tadi, membuat Lexa harus berlari melawan dinginnya udara 7 blok dari tempat itu ke kampus ini. Dan benar saja. Semua tempat duduk telah terisi.

Kecuali satu. Di pojok ruangan sebelah sana. Dekat pintu sebelah Timur. Lihat saja siapa yang datang dari arah itu dan menuju kursi itu. Lexa buru-buru berusaha berlari untuk menempati kursi itu terlebih dahulu. Dan ia berhasil. Namun lelaki tadi, yang berusaha untuk mendapatkan kursi yang sama dengannya, menarik lengan Lexa dan mendorongnya pergi. Setelah itu ia duduk dengan santainya di kursi tadi.

"HEY!" Teriak Lexa menahan amarah. Emosinya sudah berkobar sekarang. "HEY!!" Teriaknya lebih kencang. Yang dipanggil menengok. "SSSSSTTT!!!" Ucapnya kearah Lexa, membuat amarahnya semakin membludak- bludak. "Maaf, Harry, tapi aku sudah duduk disana terlebih dahulu. Dan kau tak berhak menarikku pergi begitu saja. Kau kira kau ini siapa sih?!" Lexa mencoba untuk menahan lagi amarahnya. Mengingat bahwa tempat ini penuh dengan orang.

Harry menengok, "Ya, tapi aku ingin duduk disini. Jadi kau, harus pergi." Ucapnya menyombong. "Setidaknya aku bisa duduk disitu sebentar. Sebentar lagi juga aku akan ke belakang panggung menemui Kate." Mohon Lexa. "Hm. Tidak." Jawab Harry bersikukuh. "Ya sudahlah. Aku berdiri disini saja. Toh acaranya tak lama juga." Lexa mengalah. Tak ingin lagi berdebat.

Tapi yang tak disangka, adalah acara ini berlangsung lama. Sangat lama. Kaki Lexa yang mengenakan  stiletto hitam dan  mini dressnya terasa sangat sakit. Ia meringis kesakitan pelan. Tapi Lexa tetap berdiri disana. Menunggu penampilan sahabatnya itu. Tanpa Lexa sadari, Harry yang duduk di kursi itu menatap Lexa...iba? Entah apa yang dirasakan Harry, tapi perasaannya itu sudah mampu meluluhkan sedikit bagian dari hatinya yang beku itu. Ia berjalan meninggalkan kursinya, menarik lengan Lexa dan mendudukannya di kursi itu, sementara ia berdiri disampingnya sekarang. Lexa memijat kakinya pelan, lalu menatap Harry dengan cepat, tanpa Harry menyadarinya. Dan Lexa tersenyum kecil sekarang. "Terima kasih."

***
Lexa's POV

"LEXA!!!" Teriakan itu sukses membuatku kaget. "Astaga, Kate! Kau sangat menawan malam ini." Pujiku. "Lexa, kau sangat sangat cocok dalam dress itu! Aku jadi iri padamu, hahaha!" "Kau ini bisa saja, Kate. Kau sudah siap kan?" "Iya, sebentar lagi aku tampil, kamu duduk saja di tempatmu tadi." Jawabnya. "Oke, okee. Sukses yaa. Everyone's gonna love you!" Ucapku sembari memberinya pelukan hangat untuk mengurangi rasa groginya. "Terima kasih banyak, Lex. Bye!"

Aku kembali ke tempat dudukku, dan mendudukinya. Celingukan mencari Harry. Tadi kuperbolehkan ia duduk disini sementara aku pergi ke belakang menemui Kate. Tapi sekarang entah kemana ia. Kuhiraukan saja itu, ketika Kate dengan mini dress nya memulai penampilan di panggung.

Nada dari biolanya sangat indah. Suaranya yang merdu dan menenangkan, membuat semua orang yang hadir terkagum-kagum. Tak diragukan lagi, Kate memang pemain biola yang handal. Tangannya yang lihai lincah bergerak kesana kemari membunyikan alat musiknya. Matanya terpejam ikut menikmati suasana. Aku duduk terdiam disini, tersenyum bangga melihatnya.

***
"Kau, benar-benar menyebalkan."

"Apa-apaan kau, Harry!"

Hahahaha!

"HARRY!" "Sudahlah, Kate. Aku juga sudah lelah." Ucapku. "Jelas-jelas kau dipermalukan. Didepan publik! Dan kau bilang 'sudahlah' ?" Jawab Kate marah. Sebenarnya aku juga marah. Dia mempermalukanku. Tapi apa yang bisa kuperbuat? Anak-anak itu memang sudah lama membenciku. Lalu ditambah Harry yang benar-benar brengsek. Apa yang bisa kuperbuat? Kate mendengus, dan berlalu melewatiku menuju parkiran di depan. Aku menarik napas dalam-dalam dan melepasnya perlahan lahan.

Aku tak mengerti. Kurasa tadi ia sempat berbuat baik padaku, ketika aku tak bisa duduk dimanapun. Apa yang bisa membuatnya mempermalukanku seperti itu? Aku tak melakukan apapun kepadanya. Kecuali insiden ketika ia menuduhku menguping percakapannya di telepon. Astaga. Ya. Itu pasti penyebabnya. Aku benar-benar harus bicara padanya. Dan juga pada Kate.

Maaf chapter ini agak pendek hehe maaf yaa kalo gaje, gak nyambung, dan banyak typo.
Jangan lupa vomments!

*Lexa on mulmed

All the love -AA

RealityWhere stories live. Discover now