Chapter 18

102 13 1
                                    

"So, Lexa, kenalkan ini sahabat-sahabatku. Zayn, Liam, Louis. Satu lagi masih di perjalanan. Zayn, Liam, Louis, ini Lexa." Ucapnya memperkenalkan keempat sahabatnya yang tersenyum ramah mengulurkan tangan masing-masing.

Lexa menjabat semua tangan mereka, "Alexandria. Kalian bisa memanggilku Lexa." Ujarnya membalas senyum mereka. Mereka sedang menunggu pesanan mereka masing-masing di café di tengah kota.

"Wow. Harry, jadi ini kekasihmu sekarang? Hahaha. Tak kusangka kau bisa menemukan yang seperti ini." Louis tergelak mengejek Harry. Lexa menganga hendak mengatakan sesuatu, mendengar kata 'kekasih', tetapi Harry lebih cepat memotongnya.

"Okay Louis, pertama, dia teman dekatku," Ucapannya diberi jeda ketika dia melirik Lexa di sebelahnya. ", dan ya, dia memang spesial. Tapi kurasa dia pantas mendapat yang terbaik."

Uhh. Kalian harus melihat bagaimana Lexa tersipu mendengar perkataannya. Maksudku, gadis mana yang tak akan terlena mendengar kata-kata seperti itu?

"Hehehe. Lihat sekarang gadismu itu tersipu karena perkataanmu, Harry." Louis tersenyum miring pada Lexa. Lexa mendelikkan matanya pada Louis. "Shut up. Kau membuatnya malu." Ucap Harry serius pada Louis. "Kau ini. Aku kan hanya bercanda. Aku juga tidak menggodanya. Tenang saja." Balasnya mengangkat kedua tangannya.

Liam menyenggol sikunya, menyuruhnya untuk berhenti bicara. Lexa merasa bersalah, suasana jadi agak canggung sekarang. "Umm, jadi, menurut kalian Harry itu orangnya bagaimana?" Tanyanya berusaha mencairkan suasana.

"Kurasa ia baik. Memang agak ketus ketika pertama bertemu dengannya. Lama kelamaan jika dia merasa sudah nyaman denganmu juga ia akan melembut sendirinya." Liam menjawab pertama.

"Loyal. Jika kau memang benar akan menjadi kekasihnya, dia akan membunuh siapapun yang berani bermacam-macam denganmu." Kata Louis.

"Dia tak akan membuatmu kesepian. Ketika dia merasa ada sesuatu yang salah denganmu, dia akan mati-matian berusaha untuk menghiburmu." Zayn tersenyum.

Lexa's POV

Zayn tersenyum sembari mengatakan pendapatnya mengenai Harry. Tunggu. Kenapa senua kalimat mereka malah sepertinya mengarah pada pernyataan 'aku akan menjadi kekasih Harry'?

"Hey Guys. Maaf kami terlambat." Ucap Niall memasuki café merangkul kekasihnya yang kedinginan dan tertutupi salju. Tunggu. Niall? Berarti kekasihnya...

"Lexa?" Yap. Benar. Itu dia.

"KATE!! Astaga! Itu benar kau?" Aku berteriak dan berdiri dari tempat dudukku, berjalan menuju Kate yang rangkulannya sudah dilepaskan.

"Iya Lexa. Jadi, kau sekarang kekasih Harry ya?" Tanyanya setengah berbisik, tersenyum ke arah kekasihnya -menyuruhnya untuk duduk duluan- dan kepada sahabat-sahabatnya.

"Apa? Niall yang bilang? Huh. Tak kusangka lelaki juga suka bergosip." Aku mendengus kesal. "Ehehe. Ya sudahlah. Toh itu tidak benar, kan? Kau tidak berencana menjadi kekasih Harry?" Aku mengangguk. "100 persen salah." Apa aku yakin pada perkataanku sendiri?

Kate duduk di samping Niall, menyandarkan kepalanya pada pundak Niall. Hm. Terkadang aku iri..uhh. Kenapa denganmu? Kate pantas untuk bahagia dan kau tidak boleh iri tentang itu, batinku mengingatkan.

***
"Lain waktu kita benar-benar harus pergi keluar bersama lagi. Ini sungguh mengasyikan. Kuharap Niall selalu mengajakku kalau kalian bertemu seperti ini lagi." Ucap Kate menekuk wajahnya.

Niall menggandeng tangannya dan hanya terkekeh. "Oke. Kami semua harus pulang. Senang bertemu denganmu Lexa. Dan..semoga beruntung Harry." Ujar Zayn tersenyum hangat dan mengedip sebelah matanya pada Harry.

RealityWhere stories live. Discover now