Lexa's POV
Matahari masuk dari celah jendela, membuatku terbangun dari lelap tidurku. Dengan rasa malas aku bergegas menuruni ranjangku menuju kamar mandi dan bersiap siap untuk kuliah pagi ini.
Ketika semua sudah siap (dan maksudku siap adalah memakai seperti 5 lapis kaus didalam baju kemeja ku.), dengan sigap aku mengambil mantelku, syal, dan kupluk coklatku kesayanganku. Rambutku kubiarkan terurai dan aku segera menuruni lift dan berjalan menuju halte.
"Dingin." Gumamku singkat sambil menggosok kedua tanganku. Tidak lama kemudian bus ku datang, dengan berhati-hati ku naiki bus ini. Kurasa hari ini tidak terlalu ramai, dan terlintas di pikiran ku.
"Dimana Harry?"
Oh. Mungkin motornya sudah datang dari London.***
"Jadi untuk hari ini, kita akan membahas beberapa materi dari tes yang akan saya adakan minggu depan."Mr. Green menjelaskan dengan penuh semangat, dan aku tentu saja dengan semangat pula menyimak penjelasannya dan mencatatnya dengan cepat.
Sampai kedua anak di belakangku memulai keributan. Tentu saja. Siapa lagi. Harry dan teman jahatnya itu. Mereka saling meniup bola bola kertas kecil beserta ludah mereka di dalam sebuah sedotan, (ew). Aku tak berani menengok ke belakang. Hanya mendengar suara tiup-tiupan saja.
Dan sampai Mr. Green menyadari apa yang mereka lakukan.
"Mau kalian ini apa sih?! Harry! Berhenti. Tertawa. Dan Josh, kalian berdua pergi ke ruang kesiswaan sekarang. Cepat!" Bentaknya tak tahan lagi. Aku hanya bisa menahan tawa mendengarnya. Harry dan Josh melengos dan Mr. Green mengikuti di belakang mereka menuju ruang kesiswaan.
***
Author's POV"Lex, kau mau pesan apa? Ya ampun, 15 menit dan kau hanya duduk diam entah memikirkan apa." Ucap Kate memecah lamunan Lexa.
"Eh?" Jawab Lexa bingung.
"Sudah, aku sudah membawakanmu Cheese croissant. Jangan coba-coba menolak." Ujarnya dengan nada melucu sambil menyodorkan sekantung croissant dan hot choco. Camilan kesukaan Lexa.
Lexa tersenyum tak mengatakan apa-apa, dan meraih yang tadi diberikan Kate. Lexa menyantapnya pelan-pelan. Kelasnya dimulai masih 15 menit lagi.
"Lex."
"Hm?"
"Kurasa lelaki itu memperhatikanmu dari tadi."
Perkataan Kate itu sukses membuat Lexa ikut melirik ke arah yang dilirik Kate. Dan sungguh mengejutkan siapa yang ia lihat.
"Harry?" Bisik Lexa pelan ke Kate.
"Iya."
Lexa kembali menoleh padanya, dan mata mereka berdua bertemu. Saling bertatapan. Harry dengan muka masamnya langsung membuang muka. Dan Lexa mengerutkan alis memperhatikannya.
"Psstt. Lex."
"Apa, Kate?"
"Kelasku sudah mau mulai. Aku duluan ya."
Tentu saja Lexa tak mau berada seruangan dengan lelaki yang terus menatapnya sedari tadi.
"Eh, tunggu. Aku ikut denganmu!"
"Apa? Kukira kelasmu masih lama."
"Iya aku mau ke perpustakaan dulu. Mr. Green memintaku untuk meminjam beberapa buku." Jawab Lexa mencari alasan.
"Oh. Ayo bareng aku saja."
Lexa bernapas lega dan segera mengambil mantelnya yang sedari tadi digantung di kursi sebelahnya.
***
Anak-anak berhamburan keluar kelas. Lexa dengan santainya berjalan di belakang kerumunan itu dan menyeruput jasmine tea-nya. Leather backpack-nya seperti biasa menempel di punggungnya sepanjang waktu.Lexa berjalan menuju halte. Butir-butir salju mulai turun, dan angin kencang mengikutinya. Lexa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantelnya. Hal sialan terjadi. Bus yang ia biasa gunakan sedang tak beroperasi hari ini dikarenakan menumpuknya salju di jalan di rute bus tersebut. Dan kejadian ini terjadi di hari pertama memasuki musim dingin.
Salju turun semakin lebat. Lexa bingung akan melakukan apa, dan ia hanya duduk terdiam di tempatnya biasa menunggu. Ia merutuki jalanan sialan itu. Maksudnya, kenapa harus hari ini? Kenapa harus ketika ia kuliah? Kenapa harus hari ini?
Pertanyaan itu semuanya tak bisa ia jawab. Dan deru motor terdengar semakin menjadi-jadi. Lexa hanya berpikir di dalam hati, "Apa yang orang bodoh itu lakukan mengendarai motor di tengah hujan salju?"
Lexa mulai melihat motor itu dari kejauhan. Awalnya kecepatannya tinggi, lalu lajunya mulai merendah ketika si pengendara melihat siapa yang duduk di halte tersebut.
"Harry?" Ujar Lexa tak percaya.
"Ngapain kau salju sedang lebat begini duduk-duduk di halte?"
"Hmm. Tadinya aku ingin pulang. Tapi ternyata bus tak beroperasi. Aku duduk disini sampai sekitar 15 menit. Entah apa yang akan kulakukan selanjutnya." Jelas Lexa.
"15 menit? Dan kau belum mati sekarang? Kau tahu kan salju selebat apa sekarang?"
"Yah, kurasa ya, aku belum mati. Hanya sedikit, dingin."
"Sedikit katamu?"
"Berhenti bicara sarkastis." Lexa menatap Harry ketus.
"Terserahlah. Kau ini mau pulang bagaimana?"
"Bukankah tadi sudah kujawab? Entah apa yang akan kulakukan selanjutnya. Jadi, entahlah."
"Naik."
"Hah?"
"Naik ke motorku sini."
"Maksudmu apa?"
"Tak kusangka kau sebodoh itu. Naik. Ke. Motorku." Ucap Harry dengan penuh penekanan.
"Hmm. Kau tidak berniat menculikku kan?"
"Hahahaa. Untuk apa? Mendengar rewelanmu itu tiap hari? Tidak, terima kasih."
Lexa biasa saja mendengarnya. Harry memang langsung menyuarakan apa yang ada di pikirannya. Berbeda jauh dengan Lexa yang selalu memikirkan timbal balik dari apa yang ia lakukan atau katakan.
"Baiklah."
Harry memberikannya 1 lagi helm untuk dipakai Lexa. Lexa segera memasangnya dan duduk di belakang Harry.
"Pegangan di pinggangku." Perintah Harry.
"Untuk apa?"
"Sekarang dingin. Aku tak mau kau sakit hanya gara-gara semua ini."
"Oh. Aku tak menyangka sebegitu pedulinya kau padaku." Balas Lexa sambil melingkarkan kedua lengannya perlahan di pinggang Harry sementara salju turun semakin banyak.
"Haha." Harry tersenyum miring. "Kau memang tak tahu."
Maaf chap ini pendek dan gajelas, author harap kalian suka ya!
vote and comment nya ya:)
All the love-AA