Chapter 6

192 26 9
                                    

Lexa's POV

Motor melaju dengan kencang. Dan entah mengapa aku malah mengeratkan peganganku di pinggang Harry. Sekali aku mengendurkannya, spontan aku mengeratkannya lagi. Butir-butir salju menabrak wajahku dan tersangkut di rambutku yang tersisa di bawah helm ini.

Semoga saja jalan menuju Herald tak tertimbun salju. Semoga.

Dan benar saja. Jalan disana tertimbun salju.

"Ah, yang benar saja." Gumamku pelan. Harry didepanku mendecak melihat jalan yang benar-benar tertumpuk salju. Harry memutar balikkan motornya cepat, dan melaju lagi. Entah kemana.

Sekitar 10 menit kemudian kami turun dari motor dan masuk ke sebuah kedai.

"Aku kopi hitam saja. Lexa, kau mau apa?" Tanya Harry masih menatap menunya.

"Lexa."

"Eh?"

"Kau mau pesan apa?" Ulang Harry.

"Hot choco saja cukup." Aku tersenyum pada Martha, sang pelayan.

"Jadi kopi hitam dan hot chocolate. Tak ada tambahan lain?"

Kami berdua mengangguk.

"Oke, ditunggu sebentar ya. Terima kasih."

Pelayan itu pun berlalu, meninggalkanku dan Harry disini, duduk dalam lingkaran penuh kecanggungan.

"Mengapa kau membawaku kemari?"

"Aku hanya ingin mencari minuman hangat, itu saja. Dan tentu saja kau harus kubawa. Apa kau mau kutinggal di jalanan tadi?"

Lexa menggeleng kuat-kuat, dan Harry terkekeh kecil melihat tingkahnya.

"Yah, terima kasih. Lagi."

"Iya. Tak masalah." Jawab Harry.

"Jadi kapan salju ini akan reda?" Tanya Harry akhirnya memulai kembali pembicaraan.

"Hmm. Tak tentu juga. Tapi kuharap tak begitu lama."

"Kenapa? Kau tak suka disini bersamaku?"

"Well, pertama, tentu saja karena kita berdua jelas-jelas kedinginan. Kedua, kau begitu aneh memperlakukanku baik selama beberapa hari setelah pentas itu. Ya. Itu yang sebenarnya membuatku agak merasa kurang nyaman. Kau..berbeda." Jelas Lexa sehalus mungkin.

Karena jujur, dia memang agak gelisah melihat Harry yang tingkahnya agak berbeda belakangan ini. Ya meskipun dinginnya masih benar-benar terasa, namun ia tetap berbeda.

"Hmm. Mungkin karena ada sesuatu. Entahlah. Aku juga tak terlalu menyadarinya kok, Lex."

Lihat? Tumben sekali ia memanggilku Lex. Atau bicara denganku dengan baik dan normal seperti sekarang.

"Kopi hitam dan hot chocolate untuk meja 6." Ucap pelayan sambil meletakkan nampan di meja mereka berdua.

Lexa melepas sarung tangannya dan mengambil cangkir minumannya. Bukannya meminumnya, ia malah mengaduknya lama, dan menatap kosong ke arah pemandangan bersalju di luar jendela disampingnya.

"Kau tak akan meminumnya?" Ujar Harry pelan sambil menatap ponselnya.

"Hmm."

Harry meniup kopinya pelan, lalu menyeruputnya sedikit demi sedikit. Sedangkan Lexa masih menatap dalam diam ke arah luar.

Yang tak ia sadari, adalah Harry menatapnya lekat-lekat, tersenyum kecil, dan meminum kopinya kembali, masih tak melepaskan pandangannya.

Selang beberapa menit, Lexa mengakhiri lamunannya dan mulai menikmati hot choconya.

RealityWhere stories live. Discover now