Chapter 8

860 85 6
                                    

Setelah mendengar penjelasan dari pelayan Choi; aku menanyakan nya sebelum ia beranjak pergi, kini aku menuju ke dapur karena ingin mencari makanan instan. Mungkin aku bisa mendapatkan beberapa makanan seperti mie atau semacamnya, yang penting aku harus sarapan. Lusa kemarin aku masih memiliki perut yang berisi dan sanggup untuk menampung segala jenis makanan selama sehari, namun sekarang sudah tidak, perut ramping Taeyomi tidak memberikan efek lapar yang berlebihan untukku. Ususnya masih terbilang kecil.

Aku melihat piring bekas yang dipakai oleh Mark sebelum ia berangkat dari sekolah, sepertinya sudah dibereskan oleh pelayan dan anak kecil itu telah berangkat ke Taman kanak-kanak. Di dapur ini bukan tempat para pelayan koki memasak, melainkan anggota rumah sendiri, biasanya mereka; para pelayan koki menggunakan dapur yang berada di bawah tanah rumah ini, tempatnya hampir sama seperti dapur restoran bintang lima pada umumnya.

Darimana aku mengetahui hal tersebut? Pelayan Choi tak hanya menceritakan tentang Mark, ia juga menceritakan tentang seluruh ruangan yang terdapat di rumah sebesar ini. Bahkan aku sempat dengar bahwa ada ruangan khusus untuk berolahraga yang sering dipakai oleh Jaehyun. Ngomong-ngomong tentang Jaehyun, aku belum menemukan lelaki itu di pagi ini, mungkinkah dia sudah berangkat kerja?

Aku membuka lemari dapur yang disangkut diatas, ternyata ada mie instan yang sering aku jumpai pada toko serba ada, namun tak pernah mencicipi mie tersebut karena terlalu mahal. Aku tidak tau jika tinggal dirumah ini akan membawa keberuntungan atau tidak?

Akupun mengambil daging yang berada di dalam kulkas, lalu memotong daging itu secukupnya saja. Kemudian aku mengambil pisau yang besar, aku sudah terbiasa dengan barang-barang tajam seperti ini, karena dulu selalu membantu nenek mengupaskan sawi yang akan diolah menjadi kimchi menggunakan pisau.

“Hei, tunggu.” Jaehyun berteriak dari pintu masuk dapur keluarga setelah melihatku ingin memotong daging menggunakan pisau tajam ini. Ia berlari ke arahku menggunakan jas kantornya yang terlihat rapi, buru-buru Jaehyun melepaskan pisau yang masih berada di genggaman ku, namun aku menolaknya.

“Ada apa denganmu?! Mengapa kau merusak acara sarapanku yang berharga ini?”

“Kau itu takut dengan pisau, biarkan pelayan yang memotongnya untukmu.” Jaehyun berucap dengan tegas sambil mencengkram lenganku.

Lelaki aneh, bisa-bisanya sekarang ia mengkhawatirkanku disaat sudah memiliki simpanan wanita lain, “Aku tidak takut dengan pisau. Dan apa pedulimu tentang aku takut dengan pisau atau tidak?” Aku mengayunkan cengkramannya agar terlepas dan kembali memotong daging itu, Jarhyun hanya berdiri dan tidak berkutik lagi.

“Dulu kau sangat takut dengan benda tajam.” Sahutnya.

“Kau tidak usah mengkhawatirkanku, bukankah ada hal lain yang perlu kau urus?” Aku sudah tau bahwa ada seseorang yang mengintip kami dari dibalik dinding ruang dapur keluarga, “Simpanan mu mendengarkan percakapan kita.”

Jaehyun menoleh kebelakang, dan simpanan yang aku maksud tidak lagi bersembunyi melainkan menghampiri kami. Ia masih memakai baju tidur dengan kain yang teramat tipis, seperti baju yang digunakan oleh seorang istri untuk menggoda suaminya. Aku bersumpah, semua pelayan disini yang melihat dia akan merasa tak nyaman dengan kehadirannya.

“Jaehyun, kau tidak berangkat ke kantor?”

“Aku menunggu supir, lagian tugas ku hari ini hanyalah menandatangani surat dan mengurus beberapa hal saja.”

Perempuan itu mendekati Jaehyun, ia mengelus bahu nya yang masih terbaluti dengan jas, “Kalau begitu kau bisa menggunakan sisa waktumu untuk dihabiskan bersamaku, kan?”

“Aku tidak tahu, Naeun.”

Sebenarnya aku sama sekali tidak memperdulikan mereka yang sedang berbicara, hanya saja tatapan wanita yang Bernama Naeun itu menatapku seperti ingin menunjukkan keromantisannya dengan Jaehyun. Demi Tuhan, aku sama sekali tidak iri dengan hubungan mereka, yang terpenting sekarang adalah sarapan terlebih dahulu untuk memenuhi isi perut yang daritadi sudah diminta diisi makanan.

Jaehyun melihat ke arah ponselnya yang berdering, ia dipanggil untuk segera keluar oleh supir yang telah menunggunya untuk diantar ke kantor, “Aku berangkat terlebih dahulu, permisi.” Ia menundukkan wajahnya pelan untukku, sedangkan untuk Naeun hanya senyuman saja.

Sekarang hanya ada aku dan Naeun di dapur ini. Ketika Jaehyun tidak ada, sifat asli Naeun pun ditunjukkan kepadaku, “Hei, buatkan aku makanan juga.”

Dasar gila, aku tidak sudi untuk memasak untuk dia. “Kau perempuan, bukankah sebagai calon istri yang baik harus pintar memasak? Silahkan gunakan dapur ini, lagian aku sudah selesai.”

Ketika aku ingin pergi dari hadapan orang yang menyebalkan ini, Naeun mengambil salah satu pisau yang baru saja aku letakkan dekat wastafel, ia mengarahkan ujung pisau itu ke wajahku sambil tertawa, sepertinya ketakutan Taeyomi akan benda tajam tak hanya diketahui oleh Jaehyun, melainkan seluruh orang yang ada di rumah ini.

“Hahaha, wajahmu lucu sekali saat ketakutan.” Katanya dengan nada mengolok. Aku tidak suka dengan sifatnya yang sudah terlalu keterlaluan, awalnya ingin kuabaikan saja namun sudah berlebihan, bagaimana jika Taeyomi yang asli sedang berada di situasi sekarang? Apakah dia akan menangis karena wanita ini? Akupun meletakkan mangkok yang sudah terisi mie dan daging di atas nampan, lalu dengan sigap mengambil pisau di tangan Naeun dan membalasnya dengan perlakuan yang sama.

“Sekali lagi kau todongkan pisau ke wajahku, jangan harap masih bisa bernafas dirumah ini dasar wanita murahan.” Akupun melempar pisau itu ke lantai dan mengambil sarapan yang telah aku buat untuk dibawa ke kamar. Sepertinya suasana hatiku akan terasa semakin buruk jika menyantap makanan ini di meja makan atau di ruang tamu, karena mengharuskan untuk bertemu dengan seluruh keluarga yang ada dirumah ini. Aku benar-benar ingin ditemani oleh Pak Kim ataupun Mark.

----------------------- Tbc

Me & My Other Body | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang