Chapter 2

1.4K 101 0
                                    

Hari-hari kulewati sangat sempurna meskipun ada rasa tersirat rindu kepada nenek, namun aku tidak boleh merasa sedih setiap harinya karena nenek akan merasakan hal yang sama. Kini, jam menunjukkan pukul Sembilan malam, shift ku sebentar lagi selesai dan buru-buru pulang kerumah untuk beristirahat. Sepertinya menu makan malam ku pada hari ini adalah mie instan karena sudah lama aku tidak memakannya.

"Taeyong, kau sudah boleh pulang." Salah satu mahasiswa yang sudah bekerja sebagai shift penggantiku selama 2 bulan belakangan ini akhirnya dating, aku melepaskan pakaian penjaga kasir dan name tag yang masih menempel untuk digantikan dengan name-tagnya. Jangan tanyakan kepadaku mengapa seragam penjaga toko kasir di toko ini memiliki pola yang sama dengan seragam seperti polisi lalu lintas, jika mereka berwarna hijau, maka kami berwarna biru muda.

"Nah, aku pulang dulu. Makanan-makanan yang besok kadaluarsa sudah aku pindahkan di barisan depan. Kau tinggal menyusun ulang jika membuangnya" Aku meninggalkan pesan agar mahasiswa itu melanjutkan pekerjaan yang tertunda di toko serba ad aini, ia membalasnya dengan anggukan dan acungan jempol sebagai penanda 'iya'. Sebetulnya aku sangat bangga dengan mahasiswa itu, ia masih bekerja keras meskipun dirinya sudah dianggap sebagai mahasiswa oleh masyarakat, pasti tanggungan nya sangat besar, aku tidak bisa membayangkan bagaimana mereka mengatur waktu bekerja sambal kuliah seperti apa, membayangkannya saja sudah sangat pusing.

Aku berjalan menelusuri jalanan yang melewati gang-gang kecil disamping bangunan yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Orang-orang yang melewati jalanan ini; termasuk aku, sama sekali tidak memperdulikan apa yang terjadi di gang tersebut jika ada orang yang sedang berkumpul karena itu urusan mereka, tidak sopan jika ikut campur. Kemarin, aku pernah secara tidak sengaja menemukan orang yang sedang berhubungan intim di gang tersebut, lebih bahaya nya lagi adalah cowo yang sedang menghisap kemaluan cowo lainnya, mengapa ia tidak jijik? Aku tau, sudah tidak menjadi tabu lagi di negara ini dengan hubungan sesama jenis, dan semua orang termasuk aku akan menemukan kaum-kaum seperti mereka setiap harinya, bahkan kebanyakan dari mereka sudah ada yang melangsungkan pernikahannya, aku sering mendengar dan melihat berita tersebut di televisi yang disediakan di tempat aku bekerja.

"Jaman sudah berubah." Celutukku dengan gelengan pelan dikepala.

Sepertinya, hari ini aku menemukan kasus yang berbeda pada gang kecil tersebut. Seorang Wanita berteriak meminta tolong, namun hanya aku saja yang dapat mendengarkannya karena tidak ada orang lain yang berlalu lalang disekitar lingkungan ini, "TOLONG!!!!"

Aku mengintip sekilas, ternyata ada seorang lelaki yang sedang mencekik wanita tersebut di lehernya dengan gaya pitingan. Perempuan itu berusaha berontak sambal memukuli kepala pelaku yang berada dibelakangnya, "Siapapun! Tolong aku!" Sudah terlambat bagiku untuk menghubungi polisi, mungkin saja lima menit lagi perempuan itu akan dibunuh olehnya.

"HEI! LEPASKAN PEREMPUAN ITU!" Entah keberanian dari mana, aku tiba-tiba saja menghampiri mereka, ponsel yang ku taruh di kantong celana aku pindahkan ke jaket terlebih dahulu agar tidak terjatuh karena ada kancing resleting yang menutupinya. Mungkin saja aku akan berkelahi dengan lelaki yang sedang mencekiknya.

"Kau siapa? Apakah kau pacar terbarunya? Wanita sialan! Sudah berapa banyak kau tidur dengan pria lain dan terus-terusan saja mengkhianatiku?" Ternyata ada kisah dibalik mengapa lelaki tersebut melakukan hal sekasar ini kepadanya, memang lebih baik aku tidak langsung menyimpulkan bahwa lelaki ini jahat, dan sekarang terbukti bahwa dirinya melakukan kekerasan karena merasa dikhianati oleh pacarnya sendiri.

"I - iya dia pacar terbaruku!" Tentu saja aku terkejut mendengar perkataan perempuan itu barusan, mebgapa ia memfitnahku sebagai pacar terbarunya? Padahal aku kesini karena ia sedang meminta tolong.

"Tidak! Aku disini karena mendengar teriakan minta tolongmu!" Aku membantah dengan lantang dihadapan mereka.

"Sayang? Mengapa kau berbohong? Kita baru saja berhubungan badan semalam. Dan kau janji akan menjagaku selamanya!" Apakah perempuan itu menjadi gila karena lehernya sedang dicekik? Jika kalian melihat raut wajahnya sekarang, kalian akan merasa geli dan tidak percaya dia bisa berakting begitu jahat. Sebenarnya, ada satu hal yang sedikit membuatku bertanya-tanya, perempuan ini menganakan baju yang bagus dan terlihat sangat mahal begitu pula dengan tas nya, rambut pendek dan riasannya masih terlihat rapi, dia seperti orang kaya yang disekap oleh orang miskin untuk dimintai uang. Namun, lelaki yang berpakaian lusuh itu berkata dihadapanku jika dia adalah pacarnya. Situasi saat ini begitu membingungkan.

"Ohh, jadi selama ini kau berpacaran dengan wanitaku? IYA?!" Lelaki itu meninggkikan suaranya, sontak ia melepaskan cekikan nya dan perempuan itu langsung berlari dari gang meninggalkan ku sendirian dengan fitnah yang dibuat olehnya. Dasar perempuan manipulative.

"HEI! Kau mau pergi kemana?" Perempuan itu sama sekali tidak menoleh kebelakang ketika meninggalkanku seorang diri, kini hanya ada aku dan lelaki ini yang dengan wajah nya yang penuh tatapan marah. Aku pun pasrah dan menerima keadaan, mau tidak mau harus melawannya karena ia mengeluarkan pisau dari saku jaket yang dikenakannya.

Sangat Kacau.

Aku berdiri dihadapannya dengan posisi siap menerima serangan darinya. Ketika aku dirasa sedang dalam keadaan tidak fokus, lelaki itu langsung melayangkan pisaunya ke wajahku, untung saja aku menghindar seperkian detik menjadi berada dibelakangnya, masih tak tinggal diam, dia pun melayangkan pisaunya kembali ke bagian perutku dan aku sempat menghindarinya lagi. Kini, aku tidak tinggal diam karena membalas serangannya, aku memukul bagian lemah lelaki itu terlebih dahulu yaitu perutnya. Aku membiarkan lelaki tersebut mendekat dan langsung menyerang perutnya hingga membuatnya menjadi linglung.

BUGH!

Satu pukulan yang aku kenakan sanggup membuatnya lemah sebentar, kemudian ia melayangkan pisaunya lagi dan sempat aku hindari, akupun menargetkan rahang bawahnya untuk dipukul, dan pukulan tersebut mengenainya hingga mulutnya berdarah, sedangkan aku hanya memiliki luka di bagian pipi karena terkena goresan pisau darinya.

"Sialan!"

BUGH! BUGH!
Aku terus memukuli lelaki itu hingga ia menjadi tumbang tak berdaya di bawah tanah, padadahal proporsi tubuhnya dengan tubuhku hampir sama, namun tetap akulah yang memenangkan pertarungan di gang ini. Sebelum aku meninggalkannya yang terkapar diatas tanah, aku meninggalkan sepatah dua patah kalimat untuknya dengan keadaan nafas yang masig ngos-ngosan, "Kau bajingan busuk. Bisa-bisanya dengan mudah kau percaya dengan perkataan perempuan itu, aku sama sekali tidak mengenalinya, bahkan baru hari ini aku bertemu dengannya. Kuharap, kau bisa menemukan wanita yang lebih baik darinya dan tidak memperlakukan orang lain seperti ini lagi."

Dan tak lama kemudian akupun meninggalkan lokasi dengan wajah yang masih mengeluarkan darah meskipun sedikit. Aku berjalan sekitaran sepuluh menit dengan nafas yang masih tidak beraturan, aku membuka pintu kamar kost-an ku dan menggantung jaket yang kupakai, meninggalkan pakaian kaos dan training yang sudah menjadi pakaian biasaku sehari-sehari. Tanpa memperdulikan luka yang masih bisa kurasakan goresannya, aku langsung merebahkan diri ke atas kasur dan mengisi daya ponsel agar besok terisi penuh. Andai saja sekarang nenek masih hidup, pasti dia akan mengobati Lukaku dengan air dingin. Jujur, aku tidak boleh berbohong saat ini juga, aku sangat rindu kepada nenek. Aku rindu dengan makanan nya, rindu kecupannya, rindu pelukannya, rindu tentang semua dirinya. Aku tidak bisa terus-terusan hidup sendiri seperti ini, tak mungkin juga aku kembali kepada ibuku yang sudah menemukan kebahagiaannya.

"Jika saja aku menjadi orang kaya, pasti aku tidak merasa kesusahan seperti ini. Aku ingin memakan makanan enak seperti dulu lagi bersama nenek, aku ingin tidur tanpa memikirkan mau makan apa di hari esok. Tuhan, aku hanya ingin menemukan kebahagiaanku sendiri dengan menjadi orang kaya. Namun bagaimana caranya? Tolong berikan aku kesempatan ini, sekali saja seumur hidupku. Jika kau memperbolehkannya, aku ingin menjadi orang lain dan bukan menjadi diriku sendiri, karena aku ingin hidup tanpa menggunaan tubuh ini"

Aku berucap tanpa didengarkan oleh orang lain, mengeluarkan keluh-kesah yang kurasakan saat ini. Namun tanpa aku sadari, ternyata ada kejadian besar yang mengubah kehidupanku tiga ratus enam puluh derajat dengan tantangan besar yang aku hadapi.

——————— Tbc

Me & My Other Body | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang