Kami memutuskan untuk pergi terlebih dahulu dari hadapan mereka, tak ingin berlama-lama lagi ikut terlibat kekacauan di malam hari yang berawal dari sifat kecemburuan Naeun. Aku tidak takut jika Tuan Jung memarahiku meskipun dia adalah segala-galanya di keluarga ini, karena aku sedang berusaha mencari titik kelemahannya terletak dimana. Kudoakan semoga tidak susah dan bisa kutemukan semampuku.
“Kalian yakin tidak apa-apa?” Jaehyun bertanya untuk memastikan aku dan Mark baik-baik saja didepan pintu kamarku.
“Kami tidak apa-apa. Sepertinya Mark tidak mau kembali ke Ibunya, biar aku saja yang menjaga nya malam ini.” Aku membalas anggukan untuk Jaehyun.
“Baiklah, kalau begitu aku kembali ke kamar sendiri. Ehm, kalau ada perlu sesuatu kau bisa memanggilku atau menghubungiku dengan handphone. Kamarnya tidak jauh, hanya beberapa langkah menuju arah kanan, kau bisa melihat pintu warna cokelat dengan corak batik yang berada di sudut.”
Menghubungi Jaehyun sepertinya mustahil, karena aku sendiri pun tidak tau dimana Taeyomi meletakkan ponsel tersebut, “Sepertinya aku tidak bisa menghubungimu karena ponselku tak menyimpan kontakmu.”
“Sini ponselmu!” Jaehyun mengulurkan tangannya untuk meminta ponselku, akupun memberikannya dan tanpa lama Jaehyun mengisikan nomornya sekaligus disimpan menggunakan nama ‘Jung Jaehyun nya Yomi’.
“Ini pemaksaan dan kau harus menerima nama kontak seperti ini. Selamat malam Taeyomi, have a nice dream and sleep well.” Jaehyun mengusak-usak rambutku sambil memberikan ucapan selamat malam sebelum ia beranjak dari sini.
“Kau menjengkelkan, selamat malam juga Jaehyun.”
Jaehyun tersenyum kepadaku hingga menimbulkan lesung pipitnya. Aku semakin sadar bahwa pria ini sangat tampan, mungkin karena aku sangat jarang melihatnya tersenyum saat berada dirumah ini, Jaehyun benar-benar menanggung beban yang membuat dirinya kebingungan sepanjang hari. Pertama kali bertemu dengannya aku pikir Jaehyun adalah pria yang brengsek, namun ada alasan dibalik hal tersebut mengapa Jaehyun terlihat seperti itu.
Selain kekhawatiran ku terhadap Jaehyun dalam menanggung beban nya dirumah ini, aku juga penasaran kenapa Pak Kim memberikan ponsel yang terlihat masih baru, tidak ada data-data penyimpanan yang disimpan oleh Taeyomi saat ia menggunakannya, aplikasi yang terinstall seperti baru karena hanya ada bawaan dari ponselnya, aku baru menyadari hal ini karena menggunakan ponsel tersebut hanya untuk menghubungi Tuan Kim saja.
Esok akan kucarikan dimana Taeyomi menyimpan ponsel aslinya, mungkin saja ada beberapa rahasia yang ia ketahui tentang keluarga Jung, serta alasan dibalik Taeyomi kecelakaan enam bulan yang lalu.
Sejauh ini orang-orang mengatakan kepadaku bahwa Taeyomi kecelakaan karena mobil tidak bisa di rem saat membelok di tikungan tajam sehingga mobilnya masuk ke jurang dan menewaskan supir tersebut ketika perjalanan ke rumah sakit.
###
Tidak ada yang menarik di kamar Taeyomi, seluruh ruangan kamarnya sudah kuperiksa di setiap sudut dan tak ada satu petunjuk pun dimana ia letakkan ponsel nya. Bagian dalam lemari; biasanya sering digunakan oleh orang kaya untuk menyembunyikan barang penting pun tidak ada isinya, kosong. Informasi Kartu Tanda Pengenal dan beberapa dokumen penting tentang Taeyomi sama sekali tidak ada di kamar ini.
Aku melihat ke arah jam dinding dan tanpa kusadari sudah jam lima sore, sebentar lagi Jaehyun akan pulang. Perihal tentang Ibu Jaehyun, dia sama sekali mengabaikan ku seharian penuh, aku sama sekali tidak memikirkan tatapan yang diberikan oleh Nyonya Jung, tugas ku hanya makan untuk mengisi perut dan mendapatkan uang dari rekening yang diberikan oleh Pak Kim. Aku juga tidak tahu darimana uang tersebut berasal, mungkin saja Ayah Taeyomi yang mengirimkannya.
‘Lelaki ini benar-benar penuh rahasia. Dompet nya saja tidak ada didalam lemari ini. Atau jangan-jangan berada di rumah yang dulu?’ Gumamku sambil memikirkan bagaimana cara pulang ke rumah orang tua Taeyomi, rumah Tuan Lee.
Bagaimana jika meminta bantuan Jaehyun? Apakah dia mau menemaniku?
Jawabannya adalah Ya, Jaehyun mau menemaniku berkunjung ke rumah Tuan Lee esok harinya meskipun jarak yang sedikit jauh dari sini, aku mengatakan alasan karena ingin mengunjungi tempat kelahiranku agar ingatanku bisa pulih dengan mengenang masa lalu, padahal masa lalu tersebut hanya ada di kenangan Taeyomi saja, bukan kenanganku.
Jaehyun rela mengambil cuti kerja hanya untuk menemaniku, katanya untuk membalas kebaikanku yang menahan tangan Nyonya Jung ketika hendak menamparinya.
Selama perjalanan kami hanya diam didalam mobil karena hanya berdua saja, mungkin sedikit ramai jika kuajak Mark karena celotehan tentang fantasi anak kecilnya bisa menghangatkan suasana, bukan malah merasa canggung dan diam seribu bahasa.
Aku sudah tidak malu kejadian lusa kemarin ketika berciuman dengan Jaehyun, karena kami tidak pernah mengungkitnya atau menanyakan nya lagi. Akan kuanggap kejadian tersebut karena reflek dari tubuh Taeyomi yang menginginkan ciuman dari suaminya.
Huft, sepertinya aku lebih baik begini saja tanpa mengobrol bersama Jaehyun disepanjang perjalanan, karena melihat toko-toko yang ada di pinggiran kota lebih seru ketimbang membahas tentang diriku, percuma saja Jaehyun hanya menceritakan diriku yang sudah kuketahui dari Pak Kim ketika ia memberikan setumpuk kertas tebal itu.
Yang anehnya, selain tidak ada status hubungan yang jelas Mark dengan keluarga Jung, Pak Kim juga tidak menuliskan bahwa aku dan Jaehyun memiliki Mall yang kami bangun bersama, aku baru mengetahui hal tersebut saat Jaehyun menceritakannya.
Mungkinkah Pak Kim juga ikut turut menyembunyikan sesuatu kepadaku? Tapi tidak mungkin, selama Taeyomi koma, Pak Kim lah yang selalu menjaga ku di rumah sakit selama enam bulan. Aku tidak bisa memikirkan sesuatu hal yang buruk tentang Pak Kim, karena jasa nya terhadap Taeyomi sangatlah besar.
“Bilang kepadaku jika kau ingin berhenti untuk membeli makanan atau minuman.”
“H-hah? Huh, iya…”
“Kenapa begitu terkejut?”
“Tidak ada, hanya saja kau—”
“Ya, aku tahu. Aku sedang berusaha mencairkan suasana di sini.” Jaehyun terlihat malu untuk melihatku.
“Aku ingin mengatakan bahwa kau terlihat lucu jika wajah dan kuping mu merah seperti itu” Mungkinkah wajah Jaehyun menjadi merah karena malu?
“Y-ya itu… Em… sebenarnya aku ingin berbicara denganmu sepanjang perjalanan. Hanya saja kau begitu diam hari ini.”
Jadi selama ini aku salah paham dengan Jaehyun dan Jaehyun salam paham denganku? Situasi ini sangat lucu sekaligus membingungkan, aku tertawa sebentar ketika Jaehyun mengatakan kalimat barusan. Ku pikir suasana canggung tersebut karena kami tidak berani mengobrol satu sama lain, ternyata menunggu siapa yang terlebih dahulu untuk mengobrol dengan lawan bicaranya.
“Kau bebas bercerita apa pun denganku, Jaehyun.”
“Benarkah?” Aku mengangguk menanggapinya.
“Kalau begitu akan ku ceritakan tentang masa kecilku agar kau merasa terhibur, mari dimulai dengan aku menangis karena monyet yang kuberi makanan pisang di kebun binatang tidak mengucapkan ‘Terimakasih’ untukku.”
Dan begitulah kami semakin menjadi lebih dekat satu sama lin, obrolan ini begitu panjang hingga tak sadar sudah sampai dirumah orang tua Taeyomi, yaitu Tuan Lee.
-------------------------- Tbc
Hai, mohon maaf ya kalau misalkan ada salah kata seperti Pak Kim yang jadi Tuan Kim di beberapa chapter sebelumnya.
kalau ada saran & masukan dari kalian silahkan diisi di kolom komentar ya. Aku suka kalai ada yang ngasih saran untuk memperbaiki kualitas cerita yang aku tulis sendiri.
Terimakasih! Semoga Jaeyong jaya selalu!
—#Chib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & My Other Body | Jaeyong
Fanfiction[SLOWBURN] Suatu hari, aku mengalami kecelakaan hingga menyebabkan berpindah jiwa dengan tubuh seseorang, tubuh yang sama sekali bertolak belakang dengan sifatku. Namun, seiring berjalannya waktu aku ingin membantunya untuk mengungkapkan apa yang te...