Bab Enam

14 1 0
                                    

"Untuk amanat. Istirahat di tempat, GRAK!"

Seluruh siswa serentak melipat kedua tangan ke belakang pinggang. Helaan nafas kasar memburu ketika telinga sudah bosan mendengarkan amanat guru yang isinya selalu tentang kebersihan. Senin pagi, tepatnya ketika upacara bendera rutin dilaksanakan.

Di podium, ada Bu Tuti sebagai pembina upacara kali ini. Setelah kebersihan ia membahas tentang dampak negatif perasaan insecure serta maraknya kasus pembullyan yang merusak generasi bangsa.

Ia mengatakan bahwa tidak seharusnya rasa tidak pede menghantui, ini adalah jiwa kita. Milik kita dan hak kita, semua nyawa berhak untuk disayang.

Alih-alih membahas subtopik, Bu Tuti mengumumkan kejuaraan siswa yang mengikuti ajang di luar sekolah. Sudah ada 1 piala untuk siswa tersebut. Bukan tanpa alasan, kompetisi tersebut merupakan ajang bergengsi bagi para pelajar se-Indonesia. Bagaimana tidak harus disanjung. Mana juara satu lagi.

"Kita panggilkan, Afindra Dagaskara dari XII MIPA 5!"

Siswa-siswi bersorak-sorai, khususnya kelas XII MIPA 5 yang meneriakkan teman mereka sendiri. Dengan bangganya lebih dari satu kali, kelas mereka unggul dalam menyabet piala.

Sedangkan banyak mata yang tertuju padanya, Afin maju ke depan meski diikuti rasa ragu. Ya, karena dia tidak merasa ikut lomba apapun kemarin.

"Selamat ya, nak, atas kemenangannya dalam Olimpiade Taekwondo Nasional sebagai juara satu. Kami bangga untukmu!" ujar Bu Tuti penuh atensi. Ia menyerahkan piala tersebut sebelum dokumentasi diambil. Afin hanya dapat tersenyum menutupi kebingungannya. Mengapa ada pembagian piala dua kali??

"Wih! Pinjem piala lo, gua mau foto!" paksa Joddy sebelum menjepret dirinya bersama benda bersinar itu.

Rendi tersenyum bangga kepada Afin. Namun, pada akhir ia justru ikut bingung. "Gue heran deh, Fin. Kan, kemenangan lo udah diumumin waktu itu. Kok diumumin lagi?"

Afin bergendik bahu merasakan hal yang sama. "Ntahlah, Ren. Apa ini karena-"

"Gegara Jiwa ngebela elu?" sahut Joddy tanpa menatap dua pasang mata di depannya.

"Darimana lo tau?" tanya Afin. Padahal rahasia kemarin tidak ada yang tahu.

"Tempe lah! Orang Bianca yang ngeinfoin."

Mendengar hal tersebut, Rendi mulai mencerna. "Oh! Ini alasan dia ngaku pacar lo kemarin hmm?"

"Hah? Pacar???" sahut Afin terkaget-kaget.

"Lo baru denger kali ya. Kemaren Jiwa datang berdua sama temannya, ituu cewek yang bikin tangannya luka. Entah sejak kapan mereka tukeran WA, karena itulah si Bianca ngakuin Joddy sebagai pacarnya," jelas Rendi terdengar creepy.

Afin tertawa. "Emang kalian chatan bahas apa? Sampe diakuin pacar gitu. Rasain! Waktu itu lo ngatain gua karena pacaran sama yang virtual. Sekarang, chatan bentar doang langsung baper!" seru Afindra seraya menepuk meja spontan.

"Sumpah gua gabisa berkata-kata!"

——— FLASHBACK ——


Joddy berjalan mengitari gang belakang sekolah sambil bersiul menikmati kesantuy'an bolosnya. Dengan sepuntung rokok terapit pada dua jari ia menghirup lalu berhembus asap lega. Akhirnya rencana minggat kesekian kalinya berhasil.

"Happy banget gue hari ini. Pulang ntar maen ps ah," wacananya. Lalu menikmati gumpalan asap yang menutupi wajahnya.

"Gua mau ngechat Afin deh. Ntar nyariin lagi."

ARLODY (Love In Virtual)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang