Kelas X MIPA 3.
Hening. Tiada suara berisik manusia melainkan hanya desakan tinta yang menodai selembar kertas putih di meja. Sebetulnya sekedar bohong belaka, dengan kepala yang tertunduk hormat kepada papan tulis di depan agar tidak disuruh mengerjakan soal-soal mengerikan oleh bapak guru.
Pak Djarot, selesainya menulis materi, empat mata yang bersilau itu mengawasi para siswa satu persatu.
"Ada yang berani mengerjakan soal yang saya berikan?"
Seketika mereka memainkan drama seperti biasanya. Menulis, membaca, berpikir dan memalingkan muka agar terhindar dari tunjukan Pak Djarot.
Semuanya, kecuali satu siswi.
"Jiwa ingin maju, Pak!"
Seluruh telinga yang mendengar langsung bernafas lega tanpa melihat siapa yang bersuara. Karena mereka tahu, jika bukan siswi itu maka habislah satu kelas. Dia lah penyelamat X MIPA 3, Jiwa Marrisa Pharsalia."Saya akui kamu paling pemberani disini, Jiwa. Dibanding teman-trmanmu yang pengecut. Beri applause untuk penyelamat kalian!"
Pak Djarot amat puas terhadap apa yang ditulis Jiwa. Bagaimana tidak, dalam enam bulan terakhir Jiwa menjadi juara umum mewakili kelas X pasca semester ganjil. Oleh karena itu, ia selalu disanjung terutama pada pelajaran Matematika.
SMA DARGAMADA, Sekolah Kita Tercinta, Aset Masa Depan.
Waktu istirahat pertama.Alarm bel istirahat pertama berbunyi. Tanpa nada dering, diiringi reff lagu Mars SMA Dargamada yang membangkitkan semangat.
"Kayak biasa, selalu lo yang jadi penyelamat kita."
"Santai kali, ah. Gue gak ada maksud untuk pamer kemampuan, ya."
"Heh. Siapa yang nanggepin gitu anjir? Malah kita seneng, kalo lo maju gaada yang ditunjuk sama si Djarot," ujar Bianca agak kurang ajar memanggil si guru tanpa Pak.
"Pake Pak, dong. Kan, Pak Djarot lebih tua dari lo," kata Jiwa diiringi tawa ringan.
"Lagian. Udah tua masih aja emosian. Gue yakin, pulang-pulang pasti cek darah."
Keduanya bersenda tawa seraya berjalan menaiki tangga menuju kelas. Dengan semangkuk mie ayam perlahan mereka melangkah agar tidak ketumpahan.
"Duh, panas banget. Lupa nih kasih piring alas," keluh Bianca sampai kewalahan memegang mangkuknya.
Bruk!
"Anjing!"
"Heh, brengsek! Kalo lari tuh liat ke depan bego! Bukannya minta maaf kabur aja lo bamsat," umpat Bianca kepada seorang siswa yang baru saja menabrak dirinya sehingga bawaannya tumpah berhamburan.
Ting!
Sebuah sendok berbunyi nyaring setelah mengenai kepala siswa tersebut. Siapa lagi yang melempar kalau bukan si korban tidak jadi makan? Barulah Bianca merasa puas.
"Bianca! Kuahnya kena tangan lo ngga?" tanya Jiwa memastikan.
"Gak. Kayaknya kena tangan dia deh. Syukurin! Balesan bikin gue gak jadi makan huhuhu."
"Ah, sialan lo! Mana harus ngeberesin ini. Pasti karna ngeroasting Pak Djarot tadi. Ya cacam, bukan Senin tapi nyebelin," dumelnya seraya memasukkan kembali mie itu ke mangkuk.
"Udah, biar gue yang beresin. Lo naik aja ke atas, makan punya gue," kata Jiwa yang membuat Bianca speechless.
"Kalo gue makan punya lo, lo makan apa dong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLODY (Love In Virtual)
Novela Juvenil[ ARLAN & MELODY VERS IN REAL LIFE ] >>> Sepasang kekasih virtual yang tidak saling kenal dalam dunia nyata. Dalam status mantan sepihak, mereka masih mencari satu sama lain dan secara tidak sadar alam telah mempe...