Sebuah pena digoreskan sampai terjiplak ke halaman belakangnya. Bukan main gairah dan semangat anak SMA ini dalam mengerjakan PR-nya. Meskipun dihujani dengan tumpukan tugas, ia tetap gigih mengejar nilai tinggi.
Gadis berseragam putih abu itu menunjukkan apa yang sudah ia kerjakan dari tiga jam yang lalu kepada sang tutor. Kali ini bukan tutor ekskul, tetapi tutor terpercaya yang sudah disewa untuk membimbingnya masuk ke PTN impiannya.
"Look, Sir! Aku udah selesaiin tugas-tugasnya. Cepat dan tepat bukan?"
Tutor mengoreksi dengan teliti pekerjaan Jiwa. Ia tersenyum bahagia karena anak muridnya ini pandai tanggap. Namun di akhir ia justru bermanyun bibir.
"Ada apa, Sir? Tugasnya ada yang salah?"
"Gak ada yang salah, Jiwa. Semua tugas kamu tuntas. 100 sempurna. Tapi ada sesuatu yang perlu kamu perhatikan. Ini fatal banget, bisa menghambat kamu untuk kedepannya," kata Tutor yang membuat Jiwa cemas.
"Apa tuh Sir?"
"Meskipun nilai rapormu seratus sempurna, itu aja ga cukup untuk penunjang prestasi. Kamu tau, siswa eligible itu sulit? Sekarang bisa saja kamu juara umum. Tapi ini masih abu-abu. Di SMA Dargamada, saingannya ketat loh, Jiwa. Sainganmu mereka yang punya sertifikat lomba."
"Yah, jangan bilang gitu dong, Sir," erang Jiwa yang jadi nervess dibuatnya. Ia sampai menggigiti kuku tangan yang dingin.
"Ngga, Jiwa. Selain keaktifan di kelas kamu juga perlu kumpulin sertif ekskul. Susul kakak kelasmu yang jadi juara saat ini."
"Sertifikat taekwondo, Sir?"
"Betul," kata Tutor dengan anggukan kepala mantap.
🪷🫧🪩
"Kamu juga perlu kumpulin sertif ekskul. Susul kakak kelasmu yang jadi juara saat ini."
Meski kegelapan sudah menghampiri, Jiwa masih terbayang kata-kata Tutor tadi. Matanya tidak bisa terpejam untuk menyelam ke dunia mimpi walaupun jam sudah menunjukkan pukul 21.52. Mana lagi besok ada presentasi mapel sejarah. Ia pula moderatornya. Entahlah, pikirannya jadi mumet.
"Enak aja Tutor ngomong banyakin sertifikat taekwondo, tekniknya aja belom banyak yang gue kuasain bejir," gerutunya.
Ia tak henti bolak-balik badan karena gelisah. Jiwa mencari cara agar bisa mendapatkan sertifikat lomba taekwondo.
Terbesit di pikirannya untuk mengcopy milik orang lain saja lalu membayar mahal. Bukankah lebih simple?
"Gila lo Jiwa mau yang instan aja," sadarnya dengan menampar pipinya sendiri.
"Taekwondo, susul kakel. Maksud Tutor, kayak Afin?"
Jiwa terbangun dari rebahnya. Berpikir matang-matang sehingga sebuah ide muncul di benaknya.
Sedangkan seorang lelaki tengah duduk di teras menikmati angin malam yang meniup rambutnya sehingga cemasnya lenyap dibawa pergi. Ditemani secangkir kopi, Afin meragukan untuk cerita kepada orangtuanya untuk memenuhi panggilan Bu Tuti.
Sebab, ia tidak tega melihat orangtuanya dipanggil karena kenakalannya. Selama ini mereka bangga menginjakkan kaki ke sekolah untuk prestasinya. Namun kali ini, pastilah orangtuanya malu menghadap guru atas tingkah blunder Afin.
Ting!
+62xxxxxx
P
ini kontaknya kak Afin bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLODY (Love In Virtual)
أدب المراهقين[ ARLAN & MELODY VERS IN REAL LIFE ] >>> Sepasang kekasih virtual yang tidak saling kenal dalam dunia nyata. Dalam status mantan sepihak, mereka masih mencari satu sama lain dan secara tidak sadar alam telah mempe...