Bab Dua Puluh Tiga.

13 1 0
                                    

Dia Joddy, tiba-tiba muncul entah darimana.

"Gapapa, tangisin aja Fin. Gue ngerti, gue bakal berdiri disini ngikut lo."

Afin memandang Joddy sendu. Cowok itu mengangguk dan tetap menundukkan pandangannya. Ia sangat lemah sekarang.

"Fin, gue mau ngomong tapi takut lo makin sedih," kata Joddy.

"Bilang aja kaga papa."

Joddy menarik nafas dan menghembusnya perlahan, "Lo jangan berkecil hati gak bisa di satu bidang, dengan ini gak bikin sinar lo redup kok. Jangan lupa kalo lo adalah juaranya taekwondo nasional bertahun-tahun, gak ada yang bisa nandingin lo selama ini. You is starboy!"

Afin hanya tersenyum mendengar motivasi dari temannya barusan. Ia mencerna kata-kata tersebut tapi tetap saja ia ingin menangis.

🪷🫧🪩

SMA DARGAMADA, Sekolah Kita Tercinta, Aset Masa Depan.
Waktu istirahat telah dimulai.

Para siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Sama dengan siswa kelas 10 terutama X MIPA 3 yang baru saja menyelesaikan mata pelajaran Pak Djarot.

Bianca berkata, "Jiwa, selamat bestie! Lo berhasil selesaiin tugas dari Pak Djarot. Lo layak bangett deh dipuji, udah pinter taekwondo, Bahasa Inggris plus Matematika lagi. Good girl!"

Jiwa tersenyum simpul dengan perkataan Bianca barusan. Ia tidak tinggi karena pujian, mereka melanjutkan jalan kaki menuju kantin.

"Sebenernya gue ngga pinter amat tentang Matematika."

Bianca menepis, "Ah! Jangan merendah untuk meroket deh Jiw."

Jiwa kembali membantah, "Ngga, gue serius loh. Semua orang bisa aja ngerti Matematika karena setiap bab beda rumus dan itu bisa dipelajari. Tapi ngga untuk Bahasa Inggris, itu beneran susah. Butuh keterampilan lebih agar lo bisa lancar speaking." Ia menatap Bianca yang menatapnya juga.

"Kebetulan dikasih kisi-kisi kan sama Pak Djarot? Gue udah pelajari, ntar gue bakal lupa," katanya seraya tertawa.

"Jadi ga ada orang yang pinter Matematika gitu?" tanya Bianca penasaran.

"Ada! Nah itu really genius, cause otaknya mampu bener nampung rumus dan angka yang membludak."

"Kayak?"

Jiwa menjawab, "Kak Afin!"

Bianca lupa akan hal itu. Bisa-bisanya ia melupakan anak No. 1 di Dargamada.

Deg! Jiwa merasa jantungnya berdegup kencang.

"Anyway, lo tau ngecrushin siapa Jiw?" tanya Bianca lagi, kali ini dalam konteks berbeda.

Ia berdecak, "Ck, kenapa sih Bi nanyain mulu? Kepo deh!"

"Yaa jawab aja apa susahnya coba???"

"Kalo gue jawabnya Pak Djarot, kira-kira lo percaya ngga?" kata Jiwa tiba-tiba. Membuat Bianca berpikir di luar nalar.

"Ya gak lah anjir! Yakali lo naksir cowok tua bangka, mau jadi bini ketiganya???"

"Konteks crush itu bukan buat pacaran aja Bi, yaa bisa buat temen atau sekedar contoh figur gitu. Gue suka Pak Djarot karena dia tegas dan good mathematics aja sih."

"Hmm, berarti selera lo cowok suka Matematika ya?" tebak Bianca yang tepat sekali.

Jiwa berdebar, ia berkata di dalam hati, "Tau aja nih anak, sial!!"

ARLODY (Love In Virtual)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang