Bab Dua Puluh Dua.

12 1 0
                                    

22.03

Afin berusaha membangunkan Jiwa yang tak kunjung membuka matanya. Gadis itu justru terlelap dalam tidurnya dan tidak tahu di tempat dan waktu mana ia tidur.

"Jiwa, bangun! Dasar kebo. Anak siapa sih!" katanya seraya menggetarkan lengan letoy itu. Sehingga lengan tersebut terhempas dari meja.

Deg!

Afin merasa ada yang tidak beres.

Segera, cowok itu membopong Jiwa keluar dari cafe. Ia menaruhnya di pelukan dada sehingga wajah Jiwa terpampang di bahunya.

Afin membunyikan remote motor dan segera menaruhnya disana seraya berpikir bagaimana bisa Jiwa tidur semudah ini.

Ia pun menaiki motor dan mengalungkan lengan Jiwa pada pinggangnya erat-erat agar tidak jatuh. Afin juga berkendara pelan-pelan, namun mereka cepat meninggalkan cafe tersebut.

Marrisa dan Kasih panik tak karuan. Mereka mondar-mandir mencari jalan keluar. Tapi apa daya? Bukankah kopi tersebut sudah diminum dan racunnya pun sudah bereaksi?

Marrisa mengusuti rambut rapihnya. "Argghh! Kok bisa gini?"

Mereka mendengar lonceng berbunyi dan seseorang keluar dari cafe tersebut. Siapa lagi kalau bukan Riski?

Melihat ketenangan yang dialami Riski, Marrisa makin menggila. "INI SEMUA IDE BEGO LU KASIH! ANDAI LU GAK NGEHASUT GUE. DAN TUH CEWEK GAK BAKAL MATI!"

Kasih hanya bisa membelalakkan kedua matanya dan jantungnya berdegup kencang. Ia memegang erat meja dapur. "Gak, gak. Ini ga mungkin! Kenapa bisa salah sasaran coba? Sebelumnya udah direncanain mateng-mateng kan?"

"Kasihhhh! Ini udah 10 menit, obatnya pasti bereaksi! Tuh cewek ga berdosa udah mati Sih, hiks!"

Marrisa tak menghiraukan perkataan Kasih. Ia terduduk lemas di lantai. Menangis, menjerit dan menyesali apa yang sudah terjadi.

Kasih membuka kembali loker pribadinya dan mengambil botol racun yang dia pakai untuk minuman Riski.

Ia membaca aturan pakai tersebut dan anehnya justru tertawa terbahak-bahak. "He-hehe. Hahaha! Marrisa obat ini.."

"Apa sih goblok? Ketawa gila lu?"

Plakkk!

Marrisa menjiplak kelima jarinya di wajah mulus Kasih. Ia emosi dengan tingkah kawannya yang mulai menggila.

"Sakit nying!"

"Lu udah gila, hm? Obat lu habis? Minum tuh obat!"

Kasih pun menuruti perkataan Marrisa. Gadis itu meminum langsung botol racun tersebut dan membuangnya setelah kosong.

"KASIH!"

Kasih tertawa puas, menggelegar sampai-sampai waitress boy datang untuk mengecek kekacauan yang terjadi.

Marrisa makin panik, ingin rasanya menjerit tapi suaranya sudah tak mampu lagi.

Kasih berkata untuk terakhir kalinya dengan matanya yang sudah ikut sayu, "Bego! Gw salah beli. Ini obat tidur, bukan sianida anjing! Bye Marrisa, gw mau tidur."

ARLODY (Love In Virtual)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang