Bab Dua Puluh Tujuh.

6 1 0
                                    

"Siapa?" tanya Mama Layla sedatangnya ke ruang tamu.

Afin langsung menghempaskan tangannya.

Sedangkan Jiwa dengan raut wajah gembiranya langsung menutupi kecanggungan tersebut.

"Ini Mah, Kak Afin.. yang subuh-subuh aku pulang dari rumahnya," kata Jiwa seraya melirik lelaki di sebelahnya.

Afin membelalakkan matanya dan menoleh ke arah Jiwa.

"Afin? Oh..."

Cowok itu pun menyenggol Jiwa, "Jiw, lo kenapa sih bilang kayak gitu? Ntar Mama lo..."

"Mama udah tau."

"Oh iya, duduk aja duduk. Ini yang mau saya bincangkan," kata Mama Layla tiba-tiba ramah dan menyilakannya duduk.

Afin berkutik jemari gelisah. Ia tidak menatap mata di depannya, jika pun ia hanya memasang wajah tidak enak.

"Saya udah tahu semuanya, Jiwa cerita. Kamu gaperlu takut, semuanya sudah terjadi. Meski saya bilang gapapa tapi semuanya ga patut terjadi," ujar Mama Layla.

Afin menganggukkan kepalanya. "I-iya Tante.."

"Saya mau dengar kronologinya."

Sigap, Afin menceritakan apa yang terjadi secara detail, tanpa menyembunyikan apapun dari Mama Layla. Lelaki itu sangat mengundang atensinya karena ketika ia bercerita tangannya bergerak lincah layaknya tengah presentasi di kelas.

Mama Layla mengangguk paham sedangkan Jiwa hanya bisa tersenyum simpul mendengarnya.

"Saya rasa ini harus dilaporkan kepada polisi," ujar Mama Layla tiba-tiba.

Keduanya terperangah.

"Lapor polisi? Ngapain Ma? Nih Jiwa gapapa sehat-sehat aja kok alhamdulillah. Buat apa pake lapor polisi segala?" tanya Jiwa tidak setuju.

"Tidak bisa. Jika ini berlanjut akan banyak korban lain yang kena. Untung kamu selamat, kalau justru sebaliknya bagaimana?" tekan Mama Layla pada argumennya. Ibu dan anak itu sempat memperdebatkan hal yang sepele menurut Jiwa.

"Iya, Te. Menurut Afin memang seharusnya dijadiin kasus, karena dari awal Afin curiga pasti ada senyawa yang dicampurkan ke minumannya Jiwa. Kaga tau motif apa, yang pasti kalo abis minum kopi jadi seger," tambah lelaki itu, tak berpihak pada Jiwa kali ini.

"Ini semua buat kebaikan lo dan orang-orang di luar sana, emang mau orang lain ngerasa kayak lo? kata Afin melirik gadis di sebelahnya.

"Okay I'm lost! But bisa ngga Ma jangan nambah masalah dulu sementara waktu ini? Jiwa mau fokus sama lomba dulu."

Sekuat apapun alasannya, Jiwa sudah pasti kalah dengan argumen dua lawannya yang saling mendukung. Ia memilih pasrah saja dan mengikuti apa kehendak mereka.

Deal!

🤍🤍🤍

"Seengganya biarin gue tenang sampe besok!"

Jiwa berusaha memejamkan matanya meski suara berisik dari telepon terus-terusan membuat gendang telinganya hampir pecah. Gadis itu menyembunyikan ponsel di balik bantalnya agar suara Bianca tidak menggema lagi.

Di jam 19.30 ia nyaris terlelap di tidurnya. Namun tiba-tiba saja Mama Layla mengetuk pintu kamar histeris.

Ia berdecak, "Mama ngapain sih malem-malem ngetuk gitu. Serem banget kayak ada hantu ngejer aja."

Ia beranjak dari ranjangnya dan menekan gagang pintu perlahan.

"Mama-"

"JIWAAAAA! BESTIE YIPPIE!"

ARLODY (Love In Virtual)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang