Bab Lima Belas.

5 1 0
                                    

Sretttt!

"AAAAAAA!!!! MALIIIIIINGG!"

Mama Jiwa memekik keras tatkala tasnya direbut oleh seorang pencuri. Cowok dengan wajah tertutup tersebut mencoba berlari namun Jiwa berhasil mengejarnya.

Disusul Mama Jiwa, wanita paruh baya tersebut menyaksikan sendiri betapa hebatnya anaknya menghajar maling itu.

Ia takjub!

Pertama, Jiwa melakukan aksi tendang-menendangnya dahulu. Kemudian meninju bagian dada si maling. Walaupun agak cenih, namun ia tidak tega melakukan aksi kekerasan ini.

Meski dirasa sekedar drama, tapi harus maksimal, kan? Daripada perjuangan mereka sia-sia. Tapi dari dalam hati Jiwa, ia tidak tega sampai begini.

"Ntar pas scene lo ngehajar gua, jangan tanggung-tanggung. Tendang gua sekeras lo bisa!" Jiwa membayangkan ucapan Afin ketika mereka sedang berencana.

Dalam tendangan akhirnya, Jiwa berbisik, "Maafin gua Kak, ini pasti sakit."

Bug!

Afin berlari kocar-kacir seraya memegang dadanya yang dirasa ngilu.

Jiwa melihatnya semakin jauh lenyap dari pandangan, ia mengerucutkan alis dan mengusap wajahnya seakan tidak memaafkan apa yang telah dilakukan.

Tiba-tiba ia merasa sebuah dekapan memeluk tubuhnya. "Kamu keren, naaakk! Mama bangga sama kamu! Ternyata taekwondo yang selama ini ga kamu kasih tau ke Mama sebagus itu. Mama mau kamu balik ke sana dan bilang Mama setuju Jiwa ikut lomba taekwondo!!"

Matanya berkedip cepat, perlahan bibirnya tertarik lebar, jantungnya berdenyut kencang. Jiwa speechless mendengarnya!

"B-beneran nih Ma? YEYYYYY MAKASIII MAMAAAA," gagapnya, sanking tak percayanya.

Sebelum kembali ke sekolah, Jiwa sudah mengantarkan Mama lewat taxi online. Segera, cewek itu kembali menyusuri jalan menuju sekolah.

🤍🤍🤍

Disana, Jiwa mendapati Afin bersandar di kursinya. Mukanya tidak lebam, tapi ada luka membiru di dadanya yang terbuka.

"Ssshh, aww. Pelan-pelan, Ren!"

Jiwa masuk tanpa mengetuk, "Hai... I'm sorry..."

Afin tergemap kaget, sontak ia membelalakkan matanya dan merebut seragam dari Joddy. "Lo ngapain anjir! Kalo masuk ketuk dulu kek!"

Cewek itu bergaruk kepala lalu tertawa, "Hehe, sorry. Maaf untuk masuk ngga ngetuk dulu dan maaf kalo nendangnya kekerasan..."

"Lo kalo mau atraksi taekwondo ga sekarang dong! Ini cuma drama, ngotak lah jangan sekuat ini sampe lecet," amuk Rendi seraya mengoleskan salep.

Joddy menceletuk, "Hm, betul-betul-betul! Heh, Fin, baju elu siniin lah biar berguna dikit peran gue di pengobatan lu."

Afin bergeleng keras. "Kaga! Udah cukup ngobatinnya, gua lanjut di rumah."

Jiwa merasa tidak enak. Andai Afin tidak memintanya untuk memukul sangat keras pasti tubuhnya tidak akan terluka. Cewek itu tegak di sampingnya yang tengah bercermin, "Coba deh Kak lo ngga nyuruh gue mukul kekerasan. Pasti badan lo ngga ngilu kea gini," ujarnya.

Afin berdengus, "Kaga papa! Kan yang lomba elo. Bukan gua. Kecuali kalo yang lomba gua dan kondisi gua kayak ini baru bahaya. Intinya emak lo udah ngizinin," terang Afin disusul senyuman menawannya.

ARLODY (Love In Virtual)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang