"100 tahun yang kau lalui dengan banyak penderitaan yang kau alami, ternyata tidak seberat diriku." - Singhantara Alam Samasta
Rasa sakit yang tidak bisa di sembuhkan, bertahan hingga kehidupan selanjutnya.
~ Kisah ini menceritakan tentang Singhant...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tolong beritahu aku. Saat kebahagiaan di renggut, Bisakah itu di peroleh kembali?"Kim Jihoon, The Killing Vote
🐟🐳🐋🐬🦈
Hai, All? Terima kasih banyak, ya 💐
****
Cerita ini sepenuhnya fiksi dan tentunya apa? Cacat logika. Meski begitu, terima kasih mau baca😭🤘
****
Jangan lupa apa? Jangan lupa untuk Vote dan komen, ya?
***🍏***
🍉 Jum'at, 16 Febuari 2024 🍉
*** 🧡 ***
[Kehidupan ke 4, 1979]
Suara berisik dari radio terdengar di dalam sebuah kamar. Terlihat seorang perempuan berambut panjang terurai itu tengah asik bernyanyi dan menari dengan enerjik di depan sebuah kaca.
Terlihat jelas, setiap sudut kamarnya terdapat poster dari penyanyi-penyanyi terkenal di era itu. Perempuan itu juga menempelkan hasil lukisannya di beberapa sudut kamarnya.
Bahkan ada sebuah gambar yang tertempel di kaca. Gambar seorang laki-laki. Dan perempuan itu melabelinya sebagai Pembohong.
Perempuan berusia 22 tahun itu terlihat begitu menikmati hidupnya. Pasalnya dirinya lahir dari keluarga yang cukup mapan. Ayahnya adalah dokter, dan ibunya membuka toko di sekitar pasar.
Tiba-tiba sebuah gelas yang terbuat dari plastik itu mengenai tepat Kepala perempuan berparas cantik dan manis itu.
Tentunya dirinya berdesis dan memegangi kepalanya.
"Sri!!!"
Seorang perempuan yang terlihat lebih tua darinya itu terlihat berapi-api di tengah-tengah pintu.
"Kak?"
"Pagi-pagi pasti kamu selalu dengerin musik dari radio. Tidak mau bantu."
"Berisik lagi!"
Perempuan itu dimarahi.
"Kak, aku sedang menikmati masa muda ku."
Perempuan itu mendapatkan satu lagi lemparan mangkuk, kali ini oleh seorang perempuan lain yang nampak lebih marah.
"Asri Bunga! Kamu hidup bukan hanya untuk bersenang-senang!"