Masa lalu

630 105 63
                                    

Anyyeong chinguduel! Ini double partnya, semoga kalian suka. Semangat kalian jaga kesehatan juga jangan sampai sakit ya minetz?









Happy Reading

Setelah acara award tadi selesai dream beserta beberapa staff kembali melaksanakan schenduel hari ini. Haechan tampak lelah bagaimana tidak berada didua unit itu tidaklah mudah terkadang ia sulit membagi waktunya karena itulah dia jarang menemui adiknya.

"Tidurlah chan, nanti saat sampai lokasi akan ku bangunkan." ujar Jaemin melihat kantung mata haechan.

Walaupun haechan kadang juga menyebalkan jaemin tetap menyayanginya. Masih ingat tentang? Wawancara kala itu Jaemin berkata "Haechan adalah anggota dream paling dia benci juga paling dia sayangi."

Haechan hanya menganggukan kepalanya tanpa menjawab sepatah katapun. Sekarang tepat mereka tiba di lokasi syuting. Jujur mereka lelah tapi karena ini sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai idol mereka harus mau melakukannya.

"Chan, bangun." ucap Mark membangunkan haechan yang senantiasa masih menutup mata.

"mmm... hyung iya sebentar." balasnya kepala haechan pusing sebab dia masih kurang untuk jam tidurnya.

"Arghhh." rintih haechan apakah ini efek saat operasi itu?

"Ada apa hyung?" tanya Jisung penuh tatapan khawatir.

"Ah tidak aku hanya bercanda jisung-ah." jawab haechan tersenyum padahal sudah jelas dia merasakan sakit dibagian dadanya.

"Ah begitu, yaudah ayo kita melanjutkan syuting kita lagi hyung." ajak Jisung

"Haechan! Yak!" Teriak Renjun penuh amarah karena sedari tadi haechan mencium wajah renjun bukan kenapa napa laki-laki china itu hanya risih.
Dia tidak sungkan sungkan menjambak rambut haechan.

"Aduh sakit. Bisa gak sih kamu tuh ga pake kekerasan." ucap Haechan dengan nada manja.

"Kau! jika aku tidak memakai kekerasan mana berhenti!" Tegas renjun segera pergi meninggalkan haechan yang hanya bisa tersenyum melihat amarah renjun.

Jeno hanya mengelengkan kepalanya melihat kelakuan pemilik emot rubah dan beruang jika mereka bertengkar itu adalah tontonan yang seru.

Selesai syuting mereka memakan makanan yang sudah dibelikan staf tadi. Dengan penuh candaan dan tawa memenuhi tempat tersebut.

"Kenapa harus kembali sakit." batin Haechan memegang dadanya.

Jeno menotice haechan yang dari tadi memegang dadanya sembari tertawa. Haechan kau kenapa?
Jeno mendekati haechan yang berada disebelah jisung.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Jeno tentu haechan terkejut apakah tadi jeno melihat dirinya meremat dadanya karena menahan rasa sakit.

"Memang aku kenapa jen?" dia malah mengalihkan pembicaraan dengan bertanya balik.

"Jangan berbohong chan." bisik Jeno kemudian kembali duduk ditempatnya semula.

Haechan benar benar tertutup tentang masalahnya sendiri bahkan selama ini mereka bersama haechan tidak ada yang tau jika sebenarnya orang tuanya tiada karena kejadian kecelakaan.

Flashback

"Haechan, appa pergi dengan eomma mu dulu ada urusan pekerjaan diluar." ujar Appa Haechan

"Kamu jaga adikmu ya dirumah, jika terjadi apa-apa telefon eomma atau appa." Mendengar hal itu haechan mengangguk kepalanya.

"Eomma, mau kemana?" ucap si kecil siapa lagi kalau bukan lael.

"Pergi yang jauh." ceplos eomma niatnya hanya menggoda anak perempuannya itu.

"Huaa eomma jahat!" tak lama suara tangisan pun terdengar.

"Ah tidak lael, eomma hanya menemani appa mu kerja. Kan ada Oppamu kenapa harus takut?" ujar Eomma mengusap wajah anak bungsunya yang penuh air mata karena tangisan sambil memeluk tubuh kecil.

"Masa anak eomma cengeng, nanti kalau eomma tiada appa tiada mau nangis kayak gini?" tanya Eomma kepada lael sedangkan si kecil mengusap air matanya kemudian tersenyum kearah eomma oppanya. Percakapan itu hanya dilihat haechan dengan diam tanpa suara.

"Sudah, kita pergi dulu ya." kata Appa mengajak eomma untuk segera pergi karena mereka sudah ditunggu klien.

Tak berselang lama mereka pergi dari sana meninggalkan kedua anaknya.

Tut.. Tut..

Suara dering telefon rumah berbunyi, segera haechan mengangkat telefon itu.

"Halo."

"Kami dari pihak rumah sakit. Sebelumnya apakah ini benar keluarga tuan Lee?" tanya seseorang yang berada disana.

"Nee. Ada apa?"

"Tuan lee beserta istrinya kritis dirumah sakit ****."
Haechan yang tidak main ekspresi terkejutnya itu segera memanggil supir untuk mengantarnya.

"Bibi, tolong jaga lael ya." ucap Haechan dengan pakaian seadanya menggunakan jaket dan sandal.

"Iya den, den mau kemana?"

"Ada urusan bi, titip lael dulu ya. Jika nanti dia bertanya bilang saja oppanya sedang ada urusan." Balas Haechan

Mobil melaju dengan cepat tepatnya sekarang haechan sudah berada dirumah sakit. Usianya masih 10 tahun walaupun begitu dia sosok sedari kecil sikapnya sudah dewasa karena memang didik oleh Eomma dan Appa menjadi kakak yang memiliki sifat yang lebih dewasa dari adiknya. Takut jika terjadi sesuatu yang tidak mengenakan kepada mereka berdua.

"Dok, saya anak dari Tuan lee." ucap Haechan dengan raut ketakutan. Dokter yang baru saja keluar dari ruangan opname itu segera menyuruh haechan untuk mengikutinya.

"Ah maaf sebelumnya nak, apakah tidak ada keluarga lain paman atau bibimu?"

"Tidak dokter, apa yang terjadi dokter bagaimana keadaan eomma dan appa?"

Dokter hanya menggelengkan kepalanya menandakan jika ini berita tidak baik. Haechan sudah tidak tau lagi harus bagaimana, dia takut kehilangan mereka.

"Eomma dan Appamu telah tiada nak, maaf dokter tidak bisa menyelamatkan nyawa mereka. Donter sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tidak memungkinkan karena luka mereka parah." jelas Sang dokter menahan kesedihan ia merasa gagal tidak bisa menyelamatkan orang tua dari anak laki-laki dihadapannya.

"Hiks." Air mata haechan turun dia sudah tidak bisa menahannya lagi.

Bagaimana nanti dia memberitahu adiknya. Jadi perihal obrolan tadi pagi adalah ucapan perpisahan terakhir mereka? jika begitu haechan pasti akan melarang orang tuanya untuk pergi.

Jasad kedua orang tuanya telah berada dibangkar dengan kain putih yang menutupi seluruh badan sang Appa dan Eomma.

Setelah kejadian itu haechan trauma.

Dia benar benar trauma.
















Kata kehilangan?







Itu terus mengusik pikirannya.
















Mengapaa Tuhan tidak adil kepadanya?













Dan sekarang dia harus bertahan?













Kematian adalah takdir kita tidak bisa merubah hal itu.














Raga mereka hanya mati tetapi jiwa mereka masih tetap ada di hati kita.






















Tuhan apakah ini akhir hidupku?



















Love, minetz!

Thank u, target 2k view❤️

My Brother Haechan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang