"Penjaga sihir— ku ?..." gumam Anne.
-oOo-
Paginya, keadaan dipasar Tiuma menjadi semakin surut suara. Anne sedari malam terpikirkan oleh omongan nenek Tris. Ia tidak mengetahui maksud dari omongan nenek Tris.
"Ada yang menjanggal ...."
Anne berkeliling pasar. Menemukan tempat dagabg Claire yang tidak berpenghuni. Ia bisa menebak, pasti Claire akan pindah atau malah sudah pindah. Untuk memastikan, Anne pergi ke rumah Claire. Ternyata dugaannya benar.
Anne bergegas pulang. Menuju kamar nya dan mengemasi barang-barang hariannya ke ransel nya lalu, memasukkan ransel itu ke almari milik nya.
Beberapa waktu setelahnya, Hendra pulang dari bertani. Lepas Hendra membersihkan diri, Hendra duduk disamping Anne. Melihat adik nya berdiam diri membuatnya merasa aneh. Walau Anne memang pendiam tapi kadang Anne masih bisa bertingkah konyol.
"Anne, ada masalah?"
Anne menatap ke Hendra, "Aku takut," lirih nya.
Hendra mengelus pucuk kepala Anne, "Tenang saja, jangan percaya kabar burung tentang ledakan aneh itu," Hendra menenangkan Anne.
"Tapi sudah banyak orang pindah dari sini karena itu, kata nenek Tris ini memang sudah tercantum pada undang-undang dasar negeri Ornero!"
"Katanya ini perjanjian antara dua negara, mengapa hanya tercantum pada undang-undang Ornero saja?" Anne terdiam.
"Benar juga, ya ..."
Hari ini semasa Hendra ke pasar, Anne tidak lagi berkebun. Anne terbaring diranjang nya. Memikirkan apa dia nanti jadi minggat atau tidak.
"Ugh!" Anne terduduk, menatap almari nya dengan tatapan tajam.
"Aku takut, aku penakut, daripada aku kepikiran terus menerus tentang hal ini lebih baik aku kabur saja! Ya— Daripada terpikirkan terus menerus yang membuatku jadi gila. Sudah gila, tambah gila." pikir Anne.
Anne membuka almari nya, "Firasatku mengatakan lebih baik aku minggat, semoga ini jalan terbaik!"
"Kalau aku bilang pada Erion dia pasti tidak akan ikut dan malah menyuruhku untuk menetap di sini."
"Setidaknya koin ku masih cukup untuk menaiki kereta gerobak,"
Anne segera membawa ransel yang tadi ia taruh dialmari ke pundak nya. Menengok dari jendela suasana di luar rumah. Melihat suasana di luar sana sepi, Anne mengganti fisik nya dengan sihir dan menggunakan jubah nya. Setelah itu Anne bergegas keluar rumah, tidak peduli nanti barang rumah itu akan dicuri orang atau tidak, yang penting bukan barang milik Anne. Kalaupun milik Anne, itu bukan barang penting karena, barang penting Anne sudah ia bawa.
Anne pergi ke stasiun kereta gerobak, menunggu kereta gerobak selanjutnya untuk beberapa waktu. Untung tidak ketiduran. Untuk tujuan kali ini, Anne memutuskan untuk pergi ke negeri Ornero. Sekalian mencari tahu bagaimana kebenaran dari letusan itu.
Setelah kereta gerobak ke-5 sampai ke stasiun Tiuma, Anne segera memasuki kereta gerobak itu sebelum berdesakan dengan orang-orang yang akan masuk.
Waktu demi waktu berjalan, langit sudah menunjukkan sang Surya yang tenggelam.
"Erion sadar tidak kalau aku hilang?" pikir Anne.
Anne membuka jubah nya, memperlihatkan wajah baru nya yang ia ubah menggunakan sihir. Mata hijau tua kekuningan, dan surai merah kecokelatan.
"Permisi," ucap seorang pria bersurai hitam dengan iris mata amber yang berdiri di depan Anne.
"Ah, iya?" tanya Anne.
"Di sini penuh, boleh aku duduk di samping mu? kulihat tempat ini kosong." pinta pria itu.
Anne dengan mudah mengiyakan pria itu, membuat pria tersebut bernapas lega. Akhirnya ia bisa mendapati tempat untuk duduk walau di samping wanita.
"Nama mu siapa?" tanya pria itu membuka obrolan.
"Nama? Aduh, namaku siapa, ya? Bosan ah pakai Anne! Aha!"
"Namaku Arleto,"
"Hoho ...! Katanya, kan aku mirip dewi Artemis dan dewi Leto!"
Pria itu mengangguk-angguk, "Salam kenal, namaku Virgo," usul pria bermata amber di samping nya.
Arleto, inilah sekarang identitas palsu Florencia.
Arleto mengiyakan Virgo, lagipula ia tidak bertanya siapa namanya. Virgo menatap mata Arleto, terlihat cantik baginya. "Matamu cantik," ucap Virgo membuat Anne juga memuji mata Virgo.
"Kau ingin pergi ke Ornero?"
"Ke Palung Mariana! Pake nanya,"
"Hah? Palung Mariana?"
"Jangan bilang saat ini mereka belum menetahui apa itu Palung Mariana,"
"Tentu saja ke Ornero, kemana lagi?" pungkas Anne.
Virgo tersenyum sopan, "Pembicaraan apa lagi yang harus kuberi? Rasanya aneh jika tidak ada obrolan!" batin Virgo.
Arleto menyapu pandangan ke arah lain. Ia dapat melihat sepasang kekasih dengan satu anak nya. Mengingatkan Arleto pada Diana dan Edzard. ''Pasti mereka keluarga bahagia, apalah aku yang malah jadi antagonis dan minggat dari rumah,'' batin Arleto.
Virgo melihat ke arah pandangan Arleto, "Dia bocah terlantar ya?" pikir Virgo.
—###—
"Hendra !!! Dia tidak ada dimanapun!"
Hendra menghela napas kasar. Sedaritadi ia mencari-cari keberadaan Anne namun, tidak membuahkan hasil. Hendra memukul dinding dengan keras, urat-urat diwajah nya semakin menonjol.
Hendra menarik napas, membuangnya pelan untuk meredakan emosi. Sesekali menendang benda yang ada di depannya. Kepalanya terangkat, menatap langit malam.
"Florencia sialan ... Rencanaku digagalkan lagi, haha ...." ia menggertakkan gigi nya.
-oOo-

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Menjadi si Antagonis di Sebuah Novel!
Historical FictionFlorencia Fraye adalah putri bungsu dari keluarga Fraye. Ia memiliki orang tua yang lengkap serta seorang saudara lelaki yang lebih tua darinya. Dari novel berjudul 'I'll be the only one!' , Florencia Fraye adalah sang tokoh antagonis yang berusaha...