Bab 11 - Persetujuan

215 15 0
                                    

Florencia mengetuk pintu kamar sang ayah, mengetahui ayahnya berada di sana setelah bertanya pada Lucifer, penjaga malam istana.

Pintu dibuka, menampakkan sang ayah dengan baju tidurnya, dada Edzard terlihat jelas dimata Florencia. Sontak Florencia menutup matanya. "A-ayah, tutupi dulu bagian dada ayah," peringat Erion dengan nada cemas, Edzard pun menuruti Erion.

"Kenapa kalian belum tidur?" tanya Edzard.

Florencia mengelus dadanya, kemudian menjelaskan maksud dari tujuannya menemui sang ayah. Tetapi, sebelumnya Edzard mempersilahkan kedua anaknya itu untuk masuk. Menjelang tengah malam, Florencia terus berbincang pada sang ayah dengan sedikit pemaksaan. Banyak alasan yang masuk akal ia keluarkan dari mulutnya, ia tak ingin lagi hidup sesat di dunia novel ini.

Edzard sangat kecewa dibuatnya, Florencia adalah anak putri kesayangannya, bagaimana mungkin dia bisa melepas Florencia begitu saja. Belum lagi dengan Diana, bagaimana perasaan seorang ibu yang telah ditinggal oleh putra-putri yang notabenenya adalah anak kandung sendiri.

Akhirnya Edzard menyuruh mereka pergi menemui Diana di dapur untuk meminta persetujuan bagi mereka. Edzard bilang, jika Diana mengizinkan maka Edzard juga akan mengizinkan. Dua kakak beradik Fraye itu bergegas ke dapur untuk menemui sang ibu. Sesampainya di dapur, Florencia meminta Diana untuk pergo agak jauh dari dapur agar pembicaraan mereka tidak terdengar. Diana terkejut mendengar penjelasan dan permintaan putrinya, ia mengerjapkan mata, menatap putra dan putrinya bergantian. Seperti yang dilakukan tadi, Florencia memberi alasan yang menurutnya masuk akal untuk dirapalkan pada sang ibu. Diana menutup mulut nya dengan tangan, antara terkejut, bingung, dan sedih karena ingin ditinggal putra dan putrinya. Setelah berlama-lama mengeluarkan kata-kata, akhirnya Diana pun menjawab;

"Baiklah, aku menyetujuinya. Akan tetapi, apakah kalian akan baik-baik saja? Apa kalian tidak sedih berjauh jarak dengan ibu kalian yang cantik ini? Apa kalian tidak akan kembali? Bagaimana kalian akan melanjutkan pendidikan di academy? Dan bagaimana jika ibu yang sedih dan rindu kalian? Apa kalian tega ...?" ujar Diana menunduk, mengeluarkan air mata buaya agar Florencia dan Erion tidak menjauh darinya.

"Itu namanya nggak setuju ..! setuju, sih, tapi gak ikhlas!" batin Florencia kesal.

Florencia mencoba meyakinkan Diana. Dianapun pastah dan menyetujui permintaan Florencia. Florencia meloncat-loncat kegirangan lalu melangkah kembali ke ruangan ayahnya, sebelum itu dia berbalik badan dan memberikan kiss jauh untuk sang ibu, Diana. Diana hanya menggeleng pelan.

Erion daritadi diam mengikuti Florencia melangkah, rasanya dia tidak ingin meninggalkan istana dan kedua orang tuanya. Akan tetapi, dia jug lebih tidak ingin meninggalkan adik tersayangnya.

"Kenapa?" tanya Florencia.

"Ha?" beo Erion.

"Daritadi, hanya diam saja. Yakin ingin mengikuti ku minggat?" tanya Florencia lagi, melirik Erion yang berjalan di belakangnya.

Erion menundukkan pandangan, "Aku yakin," jawabnya kembali memandang adiknya. Florencia tersenyum tipis, kembali fokus pada langkahnya. Takut-takut tersandung seperti dahulu kala.

Singkat cerita, Florencia dan Erion telah mendapati persetujuan dari kedua orang tuanya. Florencia tidak perlu menyiapkan, sudah dari dulu dirinya menyiapkan barang-barang jika dia ingin minggat. Batu sihir komunikasi, 2 penutup wajah, sisir, beberapa makanan dan minuman yang baru-baru ini ia dapat, dan yang paling utama, Uang. Hasil menabung Florencia dan, hasil palakan Florencia pada Edzard. Sedangkan Erion, kini berada dikamarnya, membawa uang berjumlah besar yang tak kalah banyak dari Florencia. Hanya itu saja yang Erion bawa, dia tidak ingin terlalu repot membawa banyak bawaan.

"Kapan kita akan berpetualang?"

"Petualang? katamu minggat,"

"Minggat berkedok mengembara!"

"Mengembara atau berpetualang, yang jelas!"

"Ketiganya. Minggat, berpetualang, dan mengembara! Oh iya, jauh sebelum itu, aku bisa terbang menggunakan sapu sihir yang sudah kuasah sejak kecil, lho!"

"Oh,"

"Cih, kembali ke topik awal !! Sepertinya kita akan pergi malam ini? Kan, katanya Jiinkar akan datang esok hari ..."

"Sudah izin ayahanda dan ibunda?"

"Kau ini budeg, ya? Tentu saja diizinkan! Tadi ayahanda sudah mengangguki izinku,"

"Sekarang sekali? Bagaimana kita pergi?"

"Nanti malam. Kita akan menggunakan kereta gerobak."

"Tujuan kita kemana?"

Hening sejenak. Florencia sudah menyiapkan segala kebutuhannya dari lama untuk pergi, tetapi belum sama sekali menentukan kemana tujuannya setelah meninggalkan wilayah kekaisaran. Alhasil, sekarang Florencia tengah bereskpresi layaknya orang dongo. Memang dongo, sih.

Erion menghela napas seakan tahu kalau adiknya tidak tahu kemana tujuan mereka setelah pergi, "Ke Garnelio?" tawar Erion.

"Apa itu Garnelio? Itu kekaisaran? Dusun? Pulau? Ibukota? Nama orang? Sebuah academy? Judul buku? Jenis butik terbaru?" tanya Florencia bertumpuk membuat kakaknya menepuk dahi.

"Sebuah wilayah, tapi bukan kekaisaran. Jadi sepertinya akan seperti sebuah kota biasa." timpal Erion.

Florencia memangut-mangut mendengar balasan Erion. "Apa dengan kereta gerobak kita bisa sampai disana?" tanya Florencia lagi membuat ekspresi Erion seperti ekspresi Florencia dongo tadi.

Baiklah, sekarang cari tahu bagaimana caranya pergi ke Garnelio karena, letak Garnelio sangat jauh dari kekaisaran Voldemort sehingga mustahil untuk sampai ke sana menggunakan kereta gerobak.

"Bagaimana dengan Tiuma? Di sana juga sama, sebuah kota biasa. Letak nya tidak jauh, kok. Mungkin akan sampai dengan menggunakan kereta gerobak, daripada harus menggunakan kapal ke Garnelio," saran Erion pada Florencia. Mendengar nya, ia mengacungkan jempolnya untuk menanggapi.

"Setelah ini aku akan hidup tenang, kan !? Setelah ini, aku tidak perlu memikirkan bagaimana kematianku, kan !? Asyikk !!!"

-oOo-

udah tanggal 1 aja, besok nyus sekolah lagi :))
met tahun baru kakak"

Aku Menjadi si Antagonis di Sebuah Novel!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang