Bab 14 - Nenek Tris

202 12 0
                                    

Diesok hari nya, Anne dan Hendra sibuk melakukan kegiatan masing-masing. Hendra sibuk bertani, dan Anne sibuk berkebun. kegiatan yang sama-sama menanam namun, berbeda hasil.

"Wah, cantik ya mawar nya! Biru!" batin Anne melihat mawar biru tumbuh dikebun nya. Anne berkeliling kebun lagi, "Wah! Tumbuh juga marigold ku!" seru nya dalam hati melihat bunga yang ia tunggu akhirnya mekar juga walau masih kecil. Anne tersenyum, mencium kecil aroma bunga marogold itu.

"aduh, aku sedang flu,"

Anne berkeliling kebun, melihat-lihat bunga nya yang cantik. Dengan memikirkan hal-hal yang akan terjadi dimasa yang akan mendatang.

"Sebelumnya aku hanga bisa melihat bunga mawar merah dan bunga tulip, tapi sekarang ada banyak bunga yang bisa aku lihat.

Begini ya rasanya hidup mandiri dengan bebas, memiliki simpanan uang banyak tanpa ada yang menuntut.

Memiliki saudara laki-laki yang baik, tidak seperti abang yang sebelumnya, selalu meminjam seratus dengan omongan menusuk nya yang busuk!

Ujung-ujung nya juga tidak dikembalikan ...

Kira-kira bagaimana ya keadaan ku dikehidupan ku aslinya?

Apa sudah dikubur?

Atau koma?

Aku harap baik-baik saja.

Aku masih kepikiran soal ledakan di Tiuma ini nantinya.

Aku tidak ingin mati sia-sia walau sudah diberi hidup enak, sebagai tokoh antagonis yang tidak melakukan kejahatan!

Yah, mau seperti apapun jenis karakternya, kalaupun dia adalah tokoh utama dalam cerita itu pasti dia akan di dukung para pembaca bukan?"

Anne meraih bunga anggrek nya yang terlihat kacau. Sudah bisa ditebak, itu pasti ulah bocah tengil yang menginginkan bunga anggrek milik Anne tetapi tidak berani bilang pada Anne. Kemarin, Anne memergoki bocah itu sedang mencabuti bunga anggrek nya di sana.

"Xialan," kesal Anne, ini kedua kali nya.

Anne terus memperhatikan bunga-bunga nya, sesekali mencabuti bunga yang tampaknya sudah busuk. Sesudah berkebun, Anne bersiap untuk menuju pasar. Kini waktunya untuk membantu sang Kakak untuk berjualan.

Anne berjalan menuju pasar. Setelah berkebun wajah nya yang biasa berubah menjadi bahagia. Rencananya, Anne hari ini akan membeli roti kesukaannya dipasar yang memang biasanya penjual roti itu hanya akan berdagang pada hari-hari tertentu.

Sesampainya dipasar, suara ramai dari kebanyakan orang Desa itu menyapa pendengaran Anne. Walau tidak begitu ramai. Anne melangkah menuju rombong roti kesukaannya.

"Nenek !!!" sapa Anne pada Tris—penjual roti tiumtris.

"Ya ampun, nak Anne, kau datang lagi!" senang nenek Tris mendapati sosok Anne yang mendatanginya.

"Hehe~ Aku akan membantu kakak ku berdagang, nek! Oh iya, cucu nenek kemana ???" tanya Anne tidak bisa mendektesi keberadaan cucu nenek Tris.

"Geld sedang sakit, jadi nenek jualan sendiri," ujar nenek Tris sambil tersenyum manis oada Anne.

Anne menatap nenek Tris sendu, "Nek, mau tidak aku bantu berjualan?" tawar Anne.

Nenek Tris tidak enak, yang ada Anne akan kesusahan pikir nenek Tris waktu itu, "Tidak perlu, Nenek bisa sendiri, Nak.." lembut nenek Tris.

Anne lagi-lagi terpikirkan sebuah ide, "Erion kan masih ada kak Cerios yang membantu," batin Anne. "Ya sudah, Nek, aku pesan dua roti, ya!" Anne tersenyum lebar.

Nenek Tris mengacungkan jempol nya, mengambilkan roti untuk Anne. "Satu tambahan khusus untuk kamu," ucapnya.

Anne memberikan koin pada nenek Tris, tersenyum riang. "Waah ... Terimakasih, Nek!" Anne membungkukkan diri, "Yasudah, aku duluan ya, Nek!" pamit Anne diangguki oleh nenek Tris.

—###—

Sore hari nya, Anne membantu nenek Tris berjualan roti. Awalnya nenek Tris menolak Anne, namun karena Anne memaksa alhasil nenek Tris mengiyakan permintaan Anne untuk membantunya.

Roti nenek Tris tutup pada hari sebelum trngah malam datang. Saat ini, waktunya untuk nenek Tris membereskan rombong nya bersama Anne sebelum hari semakin larut. Anne sudah izin kepada Hendra untuk pulang telat karena, ia membantu nenek Tris.

"Nak," panggil nenek Tris.

Anne menengok pada nenek Tris, "Ya?"

"Kau sudah mengetahui tentang negeri ini?"

"Maksudnya?"

"Tentang ledakan itu,"

"Hah? Nenek percaya hal itu?"

"Hal ini sudah tercantum pada undang-undang dasar negeri Ornero,"

Anne menatap tak percaya pada nenek Tris, "Nenek akan pindah?"

"Kemungkinan besok hari,"

Bagaimana Hendra tidak mempercayai hal ini. Pasti orang-orang juga sudah memberitahuinya, apa yang ada dipikirannya sehingga tidak mempercayai hal ini, sih? Kalau diingat-ingat hari ini pedagang dipasar juga tidak seramai sebelumnya.

"Nenek tahu kau baru pindah, jika tidak, letusan itu akan mengincarmu."

"Letusan ini bukanlah letusan biasa seperti penjajahan, letusan ini adalah letusan sihir,"

"Ingat, pemilik letusan sihir ini tidak bersahabat dengan penjaga sihir mu."

-oOo-

#salampersatuanrepublikrakyatgalaw

Aku Menjadi si Antagonis di Sebuah Novel!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang