Bab 10 - Tiba-tiba

336 17 0
                                    

Hari-hari biasa berlalu dan, sekarang Waktunya anak-anak academy untuk pulang. Seperti biasanya, setelah pulang dua bersaudara Fraye ini melakukan kegiatan yang sama seperti sebelumnya. Membersihkan diri, mengganti baju, makan, dan beraktivitas seperti biasa. Seusai makan Florencia dan Erion mencari udara segar. Mereka jalan-jalan berkeliling istana.

Saat melewati ruangan kerja milik sang ayah, Florencia seperti mendengar suara orang mengobrol. Florencia menarik tangan Erion untuk berhenti. Memberi isyarat pada Erion untuk menguping pembicaraan di dalam.

"Pasukan perang sudah disiapkan, kan?"

"Tentu. Sesuai pengamatanku, sepertinya sudah cukup."

"Aku percaya padamu, Edzard. Jaga Florencia dan Erion. Jangan sampai mereka terebut oleh para rakyat Jiinkar."

"Itulah tugas ku sebagai ayah mereka."

"Sepertinya, besok kekaisaran Jiinkar mulai datang. Jangan sampai Erion dan Florencia diambil oleh sekutu."

"Hei, jika boleh kutanya, mengapa Florencia dan Erion harus dijaga? Apakah ada alasan tertentu?"

"Erion, anak itu lahir tepat pada hari dimana sang Dewa Renos menurunkan anugerah suci pada kekaisaran Jiinkar. Jadi, bisa dibilang Erion adalah anugerah suci yang dimaksud karena tidak ada pertanda anugerah suci turun pada kekaisaran Jiinkar. Pasalnya, Erion telah diramal sebagai sebuah anugerah suci dari Dewa Renos untuk para rakyat Jiinkar, untuk membawa kesucian pada tanah kekaisaran Jiinkar."

"Lalu, bagaimana dengan putriku?"

"Florencia. Kelak, ia akan seperti Dewi Artemis dan Dewi Leto. Sang dewi pelindung kaum hawa muda. Dan, Sang Dewi yang amat dihormati. Dari Jiinkar, Dewi Artemis dan Dewi Leto sangat dibanggakan. Kau tahu sendiri mengapa."

"Jadi—"

"Turuti saja aku, jaga me-re-ka."

"Baiklah."

Erion langsung menarik tangan Florencia menjauh dari ruang kerja Edzard. Sat dirasa sudah cukup jauh, Erion melepas tangan Florencia.

"Ren," panggil Erion.

Florencia menatap Erion dengan tatapan yang sulit diartikan. "Maksudnya?" tanya Florencia.

"Apa-apaan itu tadi? Dewi Artemis? Dewi Leto? Apa maksudnya, Erion?" tanya Florencia lirih.

Erion menghela napas, ia mengendikkan bahunya. "Kekaisaran Jiinkar, lalu, kenapa kita berhubungan dengan kekaisaran yang terkenal suci itu? Aku sendiri bingung!" mengacak rambutnya, Erion terlihat amat kebingungan.

"Kekaisaran Jiinkar ... Oh! kekaisaran yang katanya tempat Emma berasal dari novel?" batin Florencia.

Muncul dikepala Florencia sebuah ide gila, "Diingat-ingat, Florencia ini memiliki sihir perubah fisik, ya? Karena aku tidak tahu apapun dan tidak ingin ikut tangan, apa aku coba gunakan sihir Florencia yang itu, ya? Tapi, bagaimana?" bingung Florencia.

"Erion, ingin ikut aku?"

"Kemana?"

—###—

Diperpustakaan istana, Florencia menutup pintu perpustakan rapat-rapat, menunda pintu itu dengan mendorong meja dan kursi agar orang tidak bisa masuk dengan mudah ke perpustakaan. Ia memerintahkan Erion untuk mencari buku tentang cara menggunakan sihir perubah penampilan. Erion tanpa ba-bi-bu mematuhi Florencia.

Sampai sudah satu setengah jam, Florencia berhasil menemukannya, ia bersorak memanggil Erion yang ada dibagian atas perpustakaan untuk duduk bersamanya.

"Ini!"

"Ren, kenapa kau mencari buku ini?"

"Sepertinya aku bisa melakukan ini, yakin sekali aku!" ujar Florencia.

"Memang untuk apa, sih?" batin Erion menatap Florencia.

Florencia membaca buku tipis itu lalu mem-praktek-kannya pada Erion. Tak butuh banyak percobaan, pada percobaan kedua Florencia sudah berhasil menggunakan sihir perubah fisik itu.

"YEY !!" seru Florencia, mengambil kaca kecil disaku roknya lalu, menunjuukkan pada Erion.

Yang awalnya Erion bersurai pirang, bermata biru permata, dan berpakaian layaknya keluarga bangsawan, sekarang bersurai kelabu, bermata merah, dan berpakaian layaknya seorang rakyat biasa. "Heh !?" kejut Erion.

"Eh? Kok aku jadi begini?" tanya Erion.

Florencia tersenyum penuh harapan serta gemerlap bintang terpancar di matanya, "Erion—"

"Sopankah memanggil kakakmu dengan nama seperti itu?" tanya Erion melayangkan tatapan tajam pada Florencia.

"Tadi juga begitu, kok! Oh iya, Erion, aku ingin berbicara sesuatu." ujar Florencia.

Erion menatap Florencia malas, "Kembalikan fisikku yang asli." pinta Erion.

Serasa ada petir yang menyambar, Florencia tersenyum kaku. Dengan wajah polosnya ia membuka kembali buku yang tadi ia temukan, "Oh .. begini," gumamnya. "Bersiaplah," ujar Florencia. "Cahaya illahi datang Erion ..!"

Florencia mengucap mantra yang ada di dalam buku, berimajinasi akan sosok Erion yang asli. Tak butuh waktu lama cahaya keluar dari Erion, lalu setelah cahaya itu menghilang fisik Erion berubah seperti semula.

"Kak, kalau aku minggat—"

"Minggat?"

"Dengar dulu!" sahut Florencia, "Jadi, seperti yang kita dengar tadi, mengenai pembicaraan ayah dengan ... seseorang, itu menyangkut pautkan aku, dan juga kakak." jeda Florencia, menengok telapak tangannya. "Aku tidak ingin terbawa yang seperti ini, karena aku sendiri pun tidak tahu apa masalahnya. Oleh karena itu mungkin ini adalah hal negatif. Dan jika aku pergi dengan merubah penampilanku, apa kakak bisa memegang janji untuk tutup mulut mengenai kepergianku?" tanya Florencia menatap Erion dengan senyum miringnya.

Erion menatap Florencia sinis, "Hanya karena itu kau ingin pergi? Meninggalkan keluarga Fraye?" tanya Erion.

Florencia tersenyum biasa pada Erion sekarang, "Andai kakanda tahu sedang berada di situasi macam apa aku ini, mungkin kakanda juga akan berpikiran sama," ujar Florencia kemudian mengambil buku yang tadi diambilnya lalu berjalan kembali ke rak buku tempat buku itu berada. Erion mengikutinya.

"Apa maksudmu? Situasi bagaimana?" dua pertanyaan keluar dari mulut Erion.

"Ini cerita yang panjang, pribadiku." jawab Florencia.

Florencia menghadap ke Erion, "Bisa, kan, jaga mulut?" tanya Florencia pada Erion. Erion hanya terdiam, tidak mengerti tujuan jelas Florencia walau sudah dijelaskan.

"Aku ... ikut ..," ucap Erion ragu, kurang enak rasanya bila tidak disamping adiknya.

Florencia tersentak, ia terkejut akan ucapan yang keluar dari mulut Erion. Sedikit berpikir, bagaimana risiko jika seorang Erion mengikutinya pergi.

"Erion, apa ini bisa kita bicarakan baik-baik dengan ayahanda?" tanya Florencia.

Erion melengkungkan bibirnya ke atas membentuk seperti huruf c, "Mungkin ... bisa? Tetapi, jika tidak diizinkan bagaimana?" tanya Erion kembali.

Florencia tersenyum,

"Nanti akan kucoba,"

"Aku— ikut."

Florencia mengacungkan jempolnya sebagai jawaban, kemudian berbalik badan, melangkah kembali untuk mengembalikan buku.

-oOo-

Aku Menjadi si Antagonis di Sebuah Novel!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang