Bab 1 - Awal Kejadian

1.3K 77 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, seorang gadis kecil bersurai pirang dengan warna mata permata ruby saat ini sedang disisir oleh para pelayannya.

Gadis kecil berumur enam tahun.

Yang kemarinnya ia bersifat egois, manja, angkuh, serta sombong, dipagi hari ini ia cukup berdiam diri.

Seorang pelayan menghampiri gadis kecil itu yang sedang duduk membaca buku.

"Anu ..."

Ucap pelayan itu ragu. Gadis kecil itupun menoleh ke arah pelayan tersebut. Mata merah ruby nya sangat indah dan memesona.

"Apakah nona baik-baik saja ...?"

Tanya pelayan berambut panjang itu pada sang gadis kecil.

"Eh? Apakah aku terlihat sakit?" tanya gadis kecil itu kembali dengan nada serta ekspresi wajah yang terlihat kebingungan.

Pelayan itu menggeleng dengan cepat, "Tidak, anda tidak seperti sedang sakit ..." jawab pelayan berambut panjang itu, "Tapi hari ini anda terlihat murung karena berdiam diri dengan membaca buku terus, nona Florencia ..." lanjut sang pelayan.

Ya, namanya adalah Florencia.

"Oh? Nama gadis ini Florencia ..? Seperti nama tokoh dalam novel ..." Florencia terdiam sejenak. Kemudain berkata; "Nama panjang ku adalah Florencia Fraye?" tanya nya.

"Eh? I-iya, mengapa anda bertanya seperti itu?" tanya pelayan itu setelah menjawab pertanyaan Florencia.

Florencia terdiam selama kurang-lebih satu menit lamanya, "Florencia ... Fraye ..? Tooh anatagonis di novel yang pernah kubaca? Ah.. apa ya nama novel itu? Aku lupa!!" batin Florencia nampak berpikir keras. "Kalau aku Florencia Fraye ... pelayan di depanku ini ..." gantung Florencia dalam hati.

"Emilia Gunvor?"

"Ya?" tanya pelayan itu seraya memiringkan kepalanya kala merasa dirinya dipanggil.

"Oh!" seru Florencia, ia kemudian melihat penampilan fisiknya lewat cermin yang tidak jauh dari kursi yang sedang ia duduki.

Emilia pun bertanya, "Apa nona baik-baik saja?" dengan tangannya yang kemudian menempel pada pundak Florencia.

Florencia pun menatap Emilia, "Emilia ... bolehkah semua pelayan yang ada di sini meninggalkan ku sendirian sesaat?" tanya Florencia, "Sepertinya aku butuh waktu untuk menyendiri. Tolong, ya?" lanjut Florencia menatap Emilia sembari tersenyum tipis.

"Ah.. baik!"

Emilia pun melaksanakan permintaan Florencia. Kemudian pada saat semua pelayan sudah pergi dari ruangan kamar nya, Florencia pun mengunci pintu dari ruangan tersebut dan kini duduk diranjang milik nya.

Sejenak ia tampak berpikir.

"Aku ... Florencia Fraye? Sang tokoh antagonis yang pernah aku benci sendiri?.. ah! Mas bodoh! Disini makanannya enak-enak tidak ya? Apa manisan disini juga enak?" dalam hati nya ia bertanya-tanya.

Suara ketukan dari luar jendela ruangan terdengar di telingab Florencia, setelah ia menengok ke arah jendela ternyata ada sebuah burung yang hinggap di sana.

"Hanya burung.."

Ucap nya, kemudian ia kembali berpikir lagi menanyakan ini-itu dibatin nya. "Seingatku, Florencia besok nya akan diasingkan karena perbuatan licik nya terhadap Emma, kan? Humn ... kehadiran Emma disebab kan karena Erion Fraye yaitu kakak kandung Florencia telah tiada. Berarti aku harus menghilangkan adanya kehadiran ajal seorang Erion, ya ..? Menyusahkan sekali! Tapi mau bagaimana lagi?" gumam Florencia, berusaha berpikir keras.

"Yah, daripada harus menjadi sang protagonis yang awal nya tidak enak, pahit, masam, mengenaskan, menyeramkan, suram dan lain sebagainya dengan hal negatif kemudian hidup enak dan bahagia seterusnya. Lebih baik menjadi antagonis yang hidup enak diawal dan aku hanya harus mengubah takdir nya saja agar dapat hidup enak, bahagia, menenangkan dan lainnya sampai seterusnya!"

Jelas Florencia pada dirinya sendiri dengan enteng tanpa memperkirakan apa yang harus ia lakukan seterusnya untuk menghentikan ajal mendatangi Erion.

Florencia pun membaringkan dirinya diranjang seraya menatap langit-langit ruangan kamar nya, lalu dengan menghela nafas pendek ia pun menguap kecil.

"Kalau ini mimpi, aku harap aku mempunyai kekuatan menjadikan mimpi untuk nyata ... asal mimpi nya happy ending."

Derap langkah kaki seseorang pun terdengar ingin menuju ruangan kamar milik Florencia.

Pintu diketuk.

Membuat Florencia yang ingin tidur terlelap menjadi harus bangun untuk membukakan pintu kamar nya. Saat pintu sudah ia buka, nampaklah sesosok anak kecil lelaki yang terlihat lebih tinggi darinya.

"Hm, gaun mu terlihat cocok dengan mu, Floren. Ingin jalan-jalan keliling denganku?"

Tanya anak lelaki itu sembari mengulurkan tangan kanannya. Florencia terlihat kebingungan, lagi-lagi sebuah pertanyaan serta kemungkinan liar muncul dalam otak nya.

"Hah? Siapa anak ini? Mirip sekali dengan ku ... rambut pirang nya, dan juga ... mata biru permata nya! Jangan-jangan anak ini adalah aku versi ganderband !? Wah! Tampannya ..!" batin seorang Florencia yang sedang melamun melihat wajah lelaki di hadapannya itu.

Lelaki itu terlihat bingung, "Hey.. Kenapa malah melamun? Kau sedang tidak ingin keluar kamar ya hari ini?" dua pertanyaan keluar dari lisan anak lelaki itu.

Florencia pun segera menggeleng lalu berkata; "Tidak, Tidak! A-aha ... maaf malah melamun! Aku ingin, kok! Ayo!!" dikemudian detik Florencia pun menerima uluran tangan anak lelaki itu.

Anak lelaki itu pun tersenyum manis kemudian menarik Florencia mendekat padanya lalu menutupkan pintu kamar Florencia.

"Baiklah, adikku."

Ucap Erion pada Florencia.

"'Adikku' katanya? He?? Erion Fraye !? Kakak kandung Florencia !? Baru juga dibatin, panjang umur!" batin Florencia tersenyum manis pada Erion.

Erion pun melangkah sambil menggandeng tangan Florencia, adik kesayangannya.

Disepanjang perjalanan mengelilingi area kerajaan, Florencia hanya terfokus pada wajah tampan Erion yang memanah hati nya.

"Hmm.. aneh juga jika seorang adik menyukai sang kakak, tapi mau bagaimana lagi? Semua wanita jika melihat pria tampan pasti akan langsung jatuh hati! Tak peduli jika pria itu nyata maupun tidak." batin Florencia memperjelaskan pada diri sendiri.

Karena hanya fokus memandang ketampanan Erion dan bukanlah fokus memandang depan, Florencia pun tersandung kaki sendiri yang membuat ia dan Erion terjatuh bersamaan karena bergandengan tangan.

"Aduh !!!"

Teriak Florencia saat pantat Erion menumpu pada punggung nya.

"Eh !?"

Tersadar akan itu Erion pun dengan cepat bangkit dari punggung Florencia, begitupun dengan Florencia yang ingin terduduk untuk melihat kondisi lutut nya yang saat ini terasa perih.

"Kau tak apa, Ren?!" tanya Erion pada Florencia sembari mengulurkan tangannya untuk membantu Florencia agar dapat berdiri.

Florencia tersenyum pada Erion, "Tidak, tidak apa-apa, kok! Hanya ..." Florencia melihat ke arah lututnya yang terlihat berdarah walau tidak banyak.

Melihat lutut sang adik keluar darah, Erion pun bergerak dengan cepat untuk menggendong Florencia.

"Heh !?" Florencia tampak terkejut, "Lepaskan !!" teriak Florencia pada saat itu, ia merasa malu jika harus digendong.

Erion segera berlari menuju ke ruangan dokter kerajaan. Namun, karena Erion terlalu terburu-buru, Erion pun jatuh lagi karena tersandung batu saat ingin berbelok jalan. Dengan otomatis Florencia yang Erion gendong pun terjatuh lagi.

Kini Florencia merasakan sakit pada bagian pantat nya.

"ERION FRAYE !!!"

-oOo-

Alur nya nggak jelas, bahasa nya juga ngasal ...
However, hope u like it! 'v'

Aku Menjadi si Antagonis di Sebuah Novel!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang