Levana sekarang sudah berada di ruang kerja milik Declan, gadis itu menatap ke ayahnya yang juga menatapnya. Tidak lupa Arthur berada di sana,dia berdiri di belakang Declan.
"Apa yang membuat mu datang menemui papa?" Tanya Declan.
"Aku membawa 2 anak kecil ke sini, mereka berdua akan menginap untuk malam ini. Besok aku akan mengantar mereka berdua ke panti asuhan Eleanor." Ucap Levana.
"Mengantar ke panti asuhan?" Ucap Declan sedikit terkejut mendengar ucapan anak pertamanya.
"Iya, mereka berdua kakak beradik yang sudah di tinggalkan oleh kedua orang tuanya. Atau bisa di katakan mereka berdua yatim piatu." Ucap Levana.
"Orang tua mereka berdua sudah meninggal dunia?" Tanya Declan.
"Iya, sudah meninggal dunia." Ucap Levana.
"Siapa nama kedua anak kecil itu?" Tanya Declan.
"Kenapa papa menanyakan nama mereka berdua?" Ucap Levana sambil bersedekap dada.
"Papa hanya bertanya saja, apakah itu tidak boleh? apalagi tidak biasanya kamu seperti ini." Ucap Declan menatap putri pertamanya.
"Setiap orang pasti akan berubah, papa." Ucap Levana menatap datar Declan.
"Iya, setiap orang pasti akan berubah." Ucap Declan.
"Nama mereka berdua adalah Evan dan Louis." Ucap Levana.
"Kenapa kamu tidak mengangkat mereka berdua menjadi anak angkat mu? apalagi kamu belum menikah sampai sekarang." Ucap Declan.
Brak
Levana memukul meja kerja Declan sehingga kertas berhamburan ke lantai, Declan dan Arthur melihatnya. Levana menatap datar sang ayah karena ucapannya begitu sensitif di telinga nya.
"Jangan pernah membicarakan hal itu kepada ku, aku tidak suka mendengarnya. Aku bisa mengangkat mereka berdua menjadi anak angkat kalau aku mau,tapi mereka berdua lebih baik tinggal di panti asuhan. Dan satu lagi,aku tidak suka papa membicarakan tentang aku belum menikah. Aku tidak suka itu, karena suatu saat nanti aku pasti akan menikah dengan pria yang aku cintai." Ucap Levana menatap tajam Declan dan mengeluarkan aura dinginnya.
"Apakah papa mengerti?" Lanjutnya.
"Papa mengerti." Ucap Declan sedikit takut dengan sifat Levana, apalagi anak pertamanya mengeluarkan aura yang begitu dingin.
Arthur tidak menyangka kalau nona pertamanya benar-benar sudah berbeda dari sebelumnya.
"Bagus kalau papa mengerti." Ucap Levana langsung meninggalkan tempat itu.
Declan dan Arthur menatap kepergian Levana, mereka berdua benar-benar terkejut dengan perubahan gadis itu. Yang dulunya pendiam sekarang pemberani.
⭐⭐⭐⭐⭐
Malam harinya...
Levana makan malam bersama Evan dan Louis di balkon, Hailey juga ikut malam bersama mereka bertiga.
"Bagaimana makanannya?" Ucap Levana menatap ke arah Evan dan Louis.
"Ini sangat enak, kak Vana." Ucap Evan.
"Iya, sangat enak." Ucap Louis sambil tersenyum manis.
"Kakak sangat senang mendengarnya." Ucap Levana sambil tersenyum lembut.
Baru kali ini Hailey melihat Levana tersenyum lembut,dia benar-benar sangat senang dengan perubahan nona mudanya yang sekarang.
Tanpa mereka sadari bahwa Declan dan Arthur bersembunyi tidak jauh dari sana, Declan baru kali ini melihat sisi lembut anak pertamanya. Bahkan tersenyum lembut kepada kedua anak kecil tersebut.
"Dia tampak begitu bahagia, Arthur." Ucap Declan.
"Iya, Duke." Ucap Arthur sambil mengangguk kepalanya.
Levana tertawa kecil mendengar kisah lucu Evan dan Louis, hati Declan sedikit sakit melihat putrinya tampak begitu bahagia dengan orang lain.
"Sebaiknya kalian berdua langsung tidur ya." Ucap Levana menatap ke arah Evan dan Louis yang tampaknya sudah mengantuk.
"Iya, kak Vana." Ucap Evan dan Louis.
"Hailey, antar mereka ke dalam dulu." Ucap Levana menatap ke arah Hailey.
"Baik, nona Levana." Ucap Hailey.
Hailey mengantar Evan dan Louis ke dalam kamar, lalu Levana beranjak dari tempat duduknya.
"Kalian berdua boleh keluar sekarang." Ucap Levana tanpa menatap ke arah kedua orang tersebut.
Declan dan Arthur langsung muncul di hadapan Levana dengan sihir teleportasi, Declan terkejut bahwa Levana menyadari keberadaan persembunyiannya.
"Kenapa kalian berdua mengawasi ku?" Ucap Levana datar.
"Kamu tahu, nak?" Ucap Declan.
Levana mengangguk kepalanya, dia menyadari bahwa Declan dan Arthur mengawasi nya dari jauh. Makanya dia menyuruh Hailey membawa Evan dan Louis ke dalam.
"Seharusnya kalian berdua tidak perlu repot-repot mengawasi ku." Ucap Levana sambil bersedekap dada.
"Papa hanya ingin melihat mu saja." Ucap Declan.
"Sebaiknya papa jangan sok peduli pada ku, abaikan aku seperti dulu. Aku sudah terlanjur nyaman di abaikan oleh kalian, seharusnya papa awasi Bianca." Ucap Levana menatap datar Declan.
"Kenapa harus mengawasi Bianca?" Ucap Declan sedikit penasaran dengan ucapan Levana.
"Ya awasi saja dia, karena saat acara minum teh di tempat Karine. Dia membuat masalah dengan putri Elysia, dia menuduh tuan putri dengan tidak-tidak." Ucap Levana sedikit kesal dengan kejadian di tempat Karine, apalagi dia yakin Bianca mengatakan kepada Lydia karena dirinya tidak membela adik nya.
'aku benci memiliki seorang adik seperti Bianca.' batin Levana.
"Benarkah begitu?" Ucap Declan terkejut mendengar ucapan Levana.
"Aku tidak berbohong,oh aku yakin kalau Bianca pasti mengadu kepada mama kalau aku tidak membelanya. Aku tidak sudi membelanya." Ucap Levana sedikit memutar bola mata malasnya.
"Seharusnya kamu..."
"Tidak,aku tidak mau membelanya. Sampai kapanpun aku tidak mau membelanya, dia yang berbuat salah kenapa aku yang harus membela nya." Ucap Levana memotong ucapan Declan.
"Maksud papa tidak seperti itu, Vana." Ucap Declan.
"Jangan memanggilku dengan panggilan Vana,hanya Evan dan Louis yang bisa memanggil ku seperti itu." Ucap Levana.
"Tapi aku papa mu." Ucap Declan.
"Aku tetap tidak mau." Ucap Levana.
Levana langsung masuk ke dalam kamarnya, gadis itu mengunci pintu balkonnya. Sedangkan Declan dan Arthur masih berdiri di sana.
TBC...
Jangan lupa vote dan coment ya teman-teman karena itu gratis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI KAKAK FEMALE LEAD
Fanfictionberawal dari tidak sengaja membaca novel dan mengumpat semua karakter yang berada di sana, Cecily bertransmigrasi ke novel itu dan lebih sialnya lagi dia menjadi kakak female lead yang terkenal sangat pendiam dan pemalu. jangan lupa vote dan coment...