Keesokan harinya...
Levana kini berada di taman Daisy, gadis itu menikmati minum teh di pagi hari. Tidak lupa Hailey menemani nya di sana.
"Tampaknya nona Levana sedang bahagia?" Ucap Hailey yang menyadari nona mudanya dalam suasana bahagia.
"Apakah aku terlihat sebahagia itu, Hailey?" Tanya Levana menatap ke arah Hailey.
"Iya, nona Levana. Sebenarnya apa yang membuat anda begitu bahagia di pagi ini?" Ucap Hailey sedikit penasaran dengan nona mudanya.
"Aku...aku menerima Maxson menjadi kekasih nya tadi malam." Ucap Levana begitu gugup dan kedua pipinya tersipu.
"Benarkah, nona Levana?saya turut bahagia mendengarnya." Ucap Hailey langsung tersenyum lembut, dia sangat bahagia melihat nona mudanya telah menemukan laki-laki yang baik.
"Semoga hubungan kalian berdua sampai ke jenjang pernikahan, lalu memiliki anak." Lanjutnya.
Kedua pipi Levana semakin bertambah memerah mendengar ucapan Hailey, jujur saja dia sangat bahagia sekarang.
'semoga saja aku memilih keputusan ku ini tidak salah.' batin Levana.
Tiba-tiba Lydia dan Bianca berjalan menghampiri mereka berdua yang berada di sana, Hailey langsung meninggalkan tempat itu.
"Ada gerangan apa kalian berdua ke sini?" Ucap Levana datar sambil minum tehnya dengan begitu tenang.
"Apakah kakak mau ikut bersama ku dan mama ke butik? sesekali kakak ikutlah bersama kami." Ucap Bianca langsung memegang tangan Levana.
Levana langsung menghempaskan tangan Bianca, Lydia terkejut melihat perlakuan anak pertamanya kepada anak bungsunya.
"Apa-apaan kamu ini, Levana?" Ucap Lydia menatap tajam Levana, namun gadis itu hanya memasang wajah datarnya.
"Aku tidak suka di pegang-pegang, apalagi seorang hama." Ucap Levana dingin.
Lydia dan Bianca sedikit takut dengan aura dingin yang dikeluarkan Levana bahkan sedikit dingin dari Declan dan Rowan.
"Kenapa kakak berbicara seperti itu kepada ku?" Ucap Bianca sambil mengeluarkan air mata buaya nya untuk mencari perhatian Lydia.
"Bianca adalah adik mu, Levana." Ucap Lydia sedikit geram dengan anak pertamanya yang keras kepala.
"Lalu apa peduliku?mama lebih mementingkan dia daripada diri ku, oh aku ingat kalau aku ini anak yang tidak diinginkan oleh mu." Ucap Levana sambil tersenyum sinis menatap Lydia.
Bagai tertusuk duri, Lydia langsung terdiam mendengar ucapan Levana. Memang benar selama ini dia tidak pernah merawat anak pertamanya dengan begitu baik, tidak jarang juga dia selalu membedakan ketiga anaknya.
"Kenapa diam?" Ucap Levana menatap datar Lydia, dia tidak peduli kasar dengan ibu kandungnya sendiri. Karena wanita itu selalu membedakan dirinya dengan kedua adiknya.
"Kakak jangan berbicara seperti itu kepada mama, mama adalah ibu kita yang sudah melahirkan kakak ke dunia." Ucap Bianca langsung membela Lydia.
"Aku tahu mama yang melahirkan ku ke dunia ini, tapi dia mengabaikan keberadaan ku." Ucap Levana datar.
"JAGA UCAPAN MU, LEVANA!" Teriak Lydia sambil menunjuk ke arah Levana.
"Untuk apa aku jaga ucapan ku, mama." Ucap Levana menekan kata mama di ujung ucapannya.
"Seharusnya aku menggugurkan mu waktu kamu masih dalam kandungan ku kalau akhirnya kau seperti ini." Ucap Lydia datar.
Deg
'jangan menangis Levana, kau gadis yang kuat.' batin Levana menyemangati dirinya sendiri.
"Apa-apaan ucapan mu itu, Lydia."
Declan langsung menghampiri istrinya dan kedua anaknya, pria itu mendengar semua pembicaraan mereka bertiga. Dia menatap tajam ke arah Lydia.
"Coba ulangi apa yang kau katakan kepada anakku." Ucap Declan menekan kata anakku, Levana tersenyum menang di dalam hatinya karena papa nya membela dirinya.
"Declan." Ucap Lydia sedikit gugup dan takut dengan aura dingin yang di keluarkan oleh suaminya.
"Papa jangan lakukan itu kepada mama." Ucap Bianca berusaha menarik perhatian kedua orang tuanya.
"Kau kembali ke kamar." Ucap Declan menatap tajam Bianca, karena anak bungsunya anak pertamanya selalu di kucilkan oleh istrinya.
"Tapi papa..."
"Sekarang, Bianca." Ucap Declan dingin.
Bianca langsung meninggalkan tempat itu, dia benar-benar takut dengan aura dingin yang dikeluarkan oleh Declan. Gadis itu menahan amarahnya dalam hati karena tidak bisa membuat Levana tersingkir.
Sedangkan Levana masih duduk sambil minum tehnya, gadis itu senang karena Bianca sudah pergi. Dia sekarang menatap pertengkaran kedua orang tuanya tepat di depan nya.
"Sebenarnya apa salah Levana di mata mu, Lydia?dia juga anak mu, anak kita." Ucap Declan menatap tajam Lydia.
"Karena dia tidak seharusnya hadir di keluarga kita, Declan. Aku tidak suka anak perempuan menjadi anak perempuan." Ucap Lydia menahan rasa takutnya.
"Apakah aku pernah memaksa mu untuk melahirkan anak pertama harus laki-laki?aku tidak pernah mempermasalahkan jenis kelamin anak kita, Lydia. Baik perempuan maupun laki-laki, aku tetap terima." Ucap Declan berusaha menahan amarahnya.
Lydia terdiam mendengar ucapan Declan, memang benar suaminya tidak pernah menuntut dirinya harus melahirkan anak laki-laki sebagai anak pertama. Bahkan saat Levana lahir, Declan lah yang begitu bahagia dengan kelahiran anak pertamanya. Bahkan pria itu rela tidak tidur semalaman untuk merawat Levana yang demam.
"Jika kamu tidak berubah menjadi lebih baik, maka aku tidak segan-segan menceraikan diri mu. Aku tidak peduli harus kehilangan mu asalkan Levana bahagia." Ucap Declan.
"Jangan berbicara seperti itu, Declan. Aku akan berusaha menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anak kita." Ucap Lydia yang sedikit takut mendengar kata cerai di mulut Declan.
"Ini kesempatan terakhir mu, tapi kalau kau tidak berubah. Maka siap-siaplah kau angkat kaki dari manor ini dan kita bercerai." Ucap Declan datar.
Levana menatap pertengkaran kedua orang tuanya seperti menonton film, tapi sayangnya di dunia ini tidak ada telivisi. Gadis itu makan cemilannya dengan begitu tenang.
"Levana."
Declan berjalan menghampiri Levana yang makan cemilannya, pria itu tersenyum tipis melihat putri kesayangannya. Sedangkan Lydia tertegun melihat suaminya tersenyum kepada anak pertamanya.
"Ya, papa." Ucap Levana.
"Papa sangat bahagia melihat putri papa ini sudah menemukan pasangannya." Ucap Declan sambil mencubit pipi Levana yang hampir chubby karena sering makan cemilan.
"Dari mana papa bisa tahu?" Tanya Levana sedikit terkejut mendengar ucapan Declan, begitu juga dengan Lydia.
"Apakah kamu lupa kalau papa bisa tahu semuanya?" Ucap Declan sedikit menyombongkan dirinya.
'pasti Arthur yang mengintip aku dan Maxson tadi malam, semoga saja pantat di gigit bebek.' batin Levana.
Memang benar Arthur mengintip Maxson dan Levana yang berpelukan di balkon, tapi Declan juga berada di sana. Dia sangat bahagia karena putrinya akan segera menikah.
TBC...
Jangan lupa vote dan coment ya teman-teman karena itu gratis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI KAKAK FEMALE LEAD
Fanfictionberawal dari tidak sengaja membaca novel dan mengumpat semua karakter yang berada di sana, Cecily bertransmigrasi ke novel itu dan lebih sialnya lagi dia menjadi kakak female lead yang terkenal sangat pendiam dan pemalu. jangan lupa vote dan coment...