26

18.3K 1.5K 19
                                    

Malam harinya...

Levana sedang menatap ke arah Lydia yang berlutut dihadapannya, gadis itu menatap datar ibunya. Apalagi dia sudah tahu kalau papa nya mau menceraikan mama nya, dia juga tahu kalau Bianca besok akan di eksekusi karena Maxson yang memberitahu nya.

"Mama minta maaf, nak. Mama minta maaf." Ucap Lydia.

"Sebenarnya apa mau mama?" Tanya Levana datar.

"Papa mu mau menceraikan mama, tolong bujuk papa mu untuk tidak menceraikan mama." Ucap Lydia sambil memohon kepada Levana.

"Aku tidak bisa, mama. Aku tidak bisa mengubah keputusan papa, apalagi ini semua karena mama sendiri. Jadi terimalah akibatnya." Ucap Levana datar.

"Berani sekali kamu berbicara seperti itu kepada mama? apakah kamu tidak pernah di ajarkan sopan santun kepada orang tua mu?" Ucap Lydia.

"Inilah alasan papa menceraikan mama, aku sangat setuju papa menceraikan mama." Ucap Levana.

Lydia yang berniat ingin menampar Levana, gadis itu langsung menahan tangan wanita tersebut.

"Aku tidak sudi tangan mu yang kotor menyentuh pipi ku." Ucap Levana datar dan memegang tangan Lydia dengan begitu kuat.

"Lepaskan aku, anak sial." Ucap Lydia menatap tajam Levana.

"Kalau aku anak sial berarti kau juga ibu sial." Ucap Levana langsung menghempaskan Lydia sehingga wanita itu terjatuh ke lantai.

"Jangan mengira aku masih lemah karena racun yang di berikan oleh anak kesayangan mu itu. Aku juga tidak sudi memiliki seorang adik seperti dia, apalagi dia bukan adik kandung ku." Lanjutnya sambil beranjak dari tempat tidurnya.

  Tadi siang Declan memberitahu semua kepada Levana kalau Bianca bukan adik kandungnya melainkan adik tirinya, pria itu menceritakan bahwa Lydia berselingkuh dengan kstaria sehingga menghadirkan Bianca.

"Tapi dia tetap adik mu, Levana. Meskipun kalian berdua tidak satu ayah." Ucap Lydia.

"Ma, aku sangat kasihan kepada mu. Sudah kehilangan anak kesayangan mu, sekarang kau tidak lama lagi akan kehilangan kami. Ini semua karena mama." Ucap Levana mencengkram dagu Lydia dengan begitu kuat.

"Aku berterima kasih kepada mu sudah melahirkan ku ke dunia ini, tapi aku kecewa dengan sikap mu yang begitu pilih kasih. Kau tidak pantas menjadi seorang ibu dan istri." Lanjutnya langsung menghempaskan Lydia ke lantai.

Lydia langsung terdiam mendengar ucapan Levana yang mengatakan dirinya tidak menjadi seorang ibu dan istri.

"Sekarang pergi dari kamarku atau aku menyeret mama secara paksa." Ucap Levana.

Lydia berjalan keluar dari kamar Levana, hatinya benar-benar sakit mendengar ucapan dari mulut Levana. Sedangkan gadis itu sendiri hanya menatap datar kepergian ibunya.

"Dewa maafkanlah diriku ini, tapi ini semua memang salah mama ku." Gumam Levana.

⭐⭐⭐⭐⭐

D

i istana Curxus...

Maxson menatap ke kedua orangtuanya yang berada di ruang keluarga, tidak lupa Elysia juga berada di sana.

"Jadi di sini aku ingin mengatakan kepada ayah dan ibu bahwa aku akan menikahi Levana." Ucap Maxson dengan tegas.

Magnus dan Elodie terkejut mendengar ucapan Maxson bahwa dia akan menikahi Levana, namun akhirnya mereka berdua tersenyum lembut melihat putranya. Sedangkan Elysia tersenyum tipis mendengar ucapan kakaknya.

"Kalau itu mau kamu, ayah dan ibu setuju." Ucap Magnus.

"Itu benar, Maxson. Apalagi kamu sudah membuat keputusan yang bagus, ibu senang kamu menikah dengan Levana. Dia gadis yang baik dan ramah, dia cocok menjadi menantu ibu." Ucap Elodie sambil tersenyum lembut.

"Jadi kapan kalian berdua akan bertunangan?" Tanya Magnus.

"Kami berdua langsung menikah, ayah. Aku sudah memberitahu papa dan Levana, mereka berdua setuju dengan keputusan ku." Ucap Maxson.

"Bagus kalau begitu, ayah akan menyuruh orang-orang untuk mempersiapkan pernikahan kalian mulai dari sekarang." Ucap Magnus.

"Ibu juga akan mencari desainer terbaik untuk membuat gaun pengantin yang paling cantik untuk Levana." Ucap Elodie.

"Aku akan mengurus surat undangan pernikahan." Ucap Elysia.

"Jadi kapan kalian berdua akan menikah?" Tanya Elodie menatap ke arah Maxson.

"Kami berdua akan menikah setelah Levana sudah pulih total, apalagi dia sedang masa pemulihan." Ucap Maxson.

"Besok adalah hari eksekusi mati Bianca, ayah senang kamu mengambil keputusan ini. Kamu benar-benar sudah pantas menjadi seorang kaisar, nak." Ucap Magnus sambil menepuk bahu Maxson dengan tatapan bangga sebagai seorang ayah.

"Semua ini aku belajar dari ayah." Ucap Maxson.

"Hati Lydia pasti hancur melihat putri bungsunya akan di eksekusi besok." Ucap Elodie.

"Itu sudah menjadi konsekuensinya, Elodie. Apalagi dia hanyalah anak haram keluarga Duke Fraxeller, aku tidak tahu kenapa Declan mempertahankan Bianca sebagai anaknya. Padahal jelas-jelas Bianca  bukan anak kandungnya." Ucap Magnus.

"Apalagi untuk apa Declan mempertahankan pernikahan nya dengan Lydia, jelas-jelas wanita itu berselingkuh di belakangnya." Lanjutnya.

"Jangan berbicara sembarangan seperti itu, suamiku." Ucap Elodie.

"Itu adalah kebenaran nya, Elodie." Ucap Magnus.

"Aku benar-benar tidak menyangka Lydia seperti itu, padahal Duke Declan begitu baik dan setia kepadanya." Ucap Elodie sambil menggeleng kepalanya.

"Begitulah manusia, tidak ada yang tahu sifat manusia seperti apa." Ucap Magnus sambil menghela nafasnya.

"Apakah besok Levana akan melihat eksekusi mati Bianca, Maxson?" Ucap Elodie menatap ke arah Maxson.

"Sepertinya mungkin, ibu. Tadi aku tidak bertanya kepada nya, ooo iya aku harus mengerjakan berkas-berkas ku yang sudah menumpuk." Ucap Maxson beranjak dari tempat duduknya.

"Kakak tidak menemui kak Levana?" Ucap Elysia menatap ke arah Maxson.

"Untuk malam ini tidak, dia juga perlu waktu sendiri." Ucap Maxson langsung meninggalkan tempat itu.

Magnus dan Elodie menatap kepergian anak pertamanya, mereka berdua sangat bahagia karena putra mereka sudah dewasa dan akan segera menikah dengan gadis pujaan hatinya.

TBC...

Jangan lupa vote dan coment ya teman-teman karena itu gratis.

Alurnya kakak percepat.

Tidak lama lagi book ini akan tamat.

MENJADI KAKAK FEMALE LEAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang