Aku melihat ponselku yang menampilkan pesan di grup chat berisi keluarga inti. "Mama harap kalian bertiga bisa pulang cepat hari ini untuk makan malam bersama." itu headline yang dibold oleh Mama di grup.
Aku menghela napas panjang, kalau sudah seperti ini pasti ada sesuatu yang ingin dibahas. Aku melihat jam yang tertera di layar ponsel. "Mr. Calven apa ada jadwal operasi malam ini?" kulihat Calven membuka tabletnya lalu menggeleng.
"Tidak ada jadwal operasi malam ini, dok." aku mengangguk.
"Aku akan pulang cepat hari ini, kamu bisa kan menghandle operasional rumah sakit disisa hari ini?" Calven menggangguk.
"Hubungi aku jika ada hal mendesak, aku akan tetap mengangkatnya." kembali Calven menganggguk. Aku segera berdiri dari kursi lalu berjalan keluar untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah.
.......
Kami berkumpul di meja makan saat ini, hanya kita berempat. Kakak laki-laki pertamaku tidak bisa datang seperti biasanya.
"Ada apa kali ini Ma?" tanya adik perempuanku.
"Kalian tahu kan keluarga kita sudah turun temurun menyembah naga untuk kemakmuran dan kejayaan." aku mengangguk bersama adikku. Karena hal ini lah keluargaku tidak pernah mengalami kemorosotan ekonomi, tetap stabil entah di keadaan dunia yang krisis atau tidak.
"Setelah sekian lama naga itu tertidur nyaman ditempatnya, tiba-tiba tadi malam terbangun dan mengamuk." jelas Papa.
"Apa persembahan kita kurang Pa sampai membuat dia terbangun setelah 1000 tahun?" tanya adikku.
"Tidak. Hanya.."
"Hanya apa?" tanyaku yang sama penasarannya dengan adikku.
Ku dengar Papa berdeham sebelum berbicara. "Apa diantara kalian ada yang sudah siap menikah?" aku terkejut bahkan adikku juga sama. Bukannya menjawab pertanyaanku namun memberi kami pertanyaan lainnya.
"Kenapa mendadak bertanya begitu Pa? Aku masih harus melanjutkan studi S2." Mama kini melihatku.
"Aku tidak masalah, ini kan demi masa depan keluarga kita, kan?" kedua orangtuaku mengangguk.
"Kamu memang selalu bisa diandalkan Eliza."
..................................
Perjalanan menuju rumah di perkebunan milik nenek cukup lama dengan jarak tempuh 3 jam dari rumah utama. Setelah sampai aku melihat bangunan megah di depan sana.
"Apa benar ini?" aku melihat foto yang ada di ponsel. Sama seperti yang dikirim Papa.
Aku berjalan masuk. "Sangat terawat sekali, apa ada yang membersihkannya? kukira akan seperti rumah kosong yang ditinggal." aku memegang daun pintu di depan.
"Bahkan tidak ada debu disini." aku mendorong pintu di depanku yang ternyata tidak terkunci?
Aku memasuki rumah itu, wow besar juga dalamnya. Aku menatap sekitar dan pandanganku jatuh pada pintu berwarna abu-abu disana. Aku melangkah mendekat dan hawa dingin kurasakan di area tengkuk.
"Seperti film horor saja, harus disapa hawa dingin dirumah kosong." aku sedikit terkekeh lalu perlahan membuka pintu itu.
'Gelap?' batinku saat melihat dalam ruangan tersebut. 'Mungkin bukan ini ruangannya.' batinku, tapi belum sempat aku kembali menutup pintu itu tiba-tiba ada yang menarik salah satu kakiku. Membuatku jatuh ke lantai dan sesuatu itu menarikku dengan cepat ke dalam kamar gelap itu.
Tubuhku dibanting kasar di atas ranjang, mungkin? karena ini empuk. Aku sudah berteriak dari tadi tapi tak ada suara yang keluar, hanya mengeluarkan omong kosong yang tidak terdengar.
Bukan tangan atau apa yang meraba tubuhku. Rasanya seperti angin dingin yang menyentuhnya. Gerakan itu semakin brutal. Hell! ini baru pertama aku menginjakkan kaki di rumah ini tapi disambut dengan kelakuan tidak terpuji seperti ini?
Aku mencoba memberontak tapi percuma, tidak ada yang bisa aku pegang dalam kegelapan ini dan entah sejak kapan aku sudah tidak sadarkan diri.
Tbc
14 January 2024Hehe aku kembali dengan cerita Ran lagi XD
Ini sebenarnya cerita terinspirasi, jadi semisal ada kesamaan ya berarti itu inspirasiku.
See you on next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm On Edge
FanfictionKisah yang belum selesai, harus berlanjut dengan luka lama.