2

127 8 0
                                    

Suara burung berkicau terdengar ditelingaku, ahh sudah lama aku tidak mendengar suara seperti ini. Biasanya hanya suara alarm saja. Aku perlahan membuka mataku, mengerjap menatap sekitar.

"Ternyata Nona sudah bangun. Selamat pagi Nona." suara manis itu terdengar di telingaku. Aku menoleh menatap padanya yang masuk ke kamarku. Aku mendudukan diriku dan bersandar pada kepala ranjang.

"Apa tidur Nona nyenyak?"

"Sepertinya.." aku menjawab ragu tapi terkekeh setelahnya.

"Apa kamu yang merawat rumah ini?" gadis manis itu mengangguk.

"Namamu siapa?"

"Panggil saya Rui Nona." aku mengangguk mengerti.

"Ayo sarapan Nona, Master sudah menunggu anda di meja makan." aku berjalan keluar diikuti Rui.

Ku lihat pria putih pucat sudah duduk dengan tenang memakan sarapannya.

"Selamat pagi." sapa ku padanya yang tidak ditanggapi sama sekali. Dahiku berkedut kesal.

"Omong-omong siapa namamu?"

"Ran." dingin sekali pria di depannya ini. Aku mencoba tersenyum menghadapi manusia dingin ini.

"Kamu bisa Panggil aku Eliza." keheningan menyelimuti acara makan pagi ini.

Ku kira benar-benar naga yang akan ku nikahi ternyata seorang berbentuk seperti manusia?

Aku berdeham untuk menarik perhatiannya yang kini sedang membaca buku diruang tengah. Tapi pria itu hanya melirik sebentar kemudian kembali fokus pada buku bacaannya.

Sabar sabar

"Kamu tahu kalau aku ini pasanganmu yang dahulu hilang?" pertanyaanku membuat pria itu kembali melirik.

"Kata dukun di rumah kami, aku adalah reinkarnasi pasanganmu." wah hebat ternyata aku bisa membual dengan lancar. Bahkan dukun itu hanya bilang kemungkinan salah satu dari keturunan keluargaku memiliki garis takdir pasangannya.

Aku mendekat dan mencoba menyentuh tangannya tapi dengan kasar pria ini menepisnya. Aku mendelik kaget dengan perlakuannya.

"Jangan sentuh aku!" desisnya marah. Ku dengar dia bergumam 'Aku tidak bisa mengingatnya.'

Ahh jadi dia hilang ingatan akan masa lalunya.

"Ran, Karena kamu tidak bisa mengingatnya, kenapa tidak mencoba mengingat dengan melakukan hal-hal yang mungkin bisa memicu ingatanmu kembali?" aku menawarkan bantuan padanya. Mata itu seakan menusuk ulu hatiku. Tidak bisakah menatapku dengan biasa?

"Jangan mencoba untuk memanfaatkan keadaan." ucap Ran tajam.

"Tidak. Aku hanya menawarkan bantuan padamu Ran." Ran bangkit berjalan meninggalkanku sendiri di ruang tengah setelahnya.

Aku hanya menghela napas panjang kemudian melihat ponselku yang menampilkan panggilan dari Calven. "Halo ada apa?"

"Ada pasien sakit jantung yang butuh penangananmu dok."

Aku melihat jam di tanganku. "Tunggulah, aku akan sampai di rumah sakit dalam 2 jam atau lebih cepat." setelahnya aku meraih kunci mobilku dan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan di atas rata-rata. Memang nyawa pasienku lebih berharga dari pada nyawaku sendiri. Padahal kalau aku tiba-tiba kecelakaan juga nyawa pasienku ikut terenggut.

Aku sampai di rumah nenek pukul 2 dini hari, aku segera membaringkan tubuhku di kasur setelah meletakkan dengan sembarang jas dokter milikku. Setelahnya kesadaranku sudah menghilang.

....

Pagi kembali menyapa dengan cepat. Betapa kagetnya aku saat melihat Ran tertidur dengan memelukku erat. 'Sejak kapan?' batinku kaget.

'Seperti anak kecil saja.' kembali aku tersenyum saat melihat wajah tidur Ran yang kuakui sangat tampan. Aku membalas pelukan dari Ran. Aku hanya memandangi Ran dalam diam hingga Ran terbangun dengan sendirinya.

Aku tersentak kaget saat tiba-tiba Ran menjauhkan tubuhnya. Ia menatap tajam padaku. "Apa? aku tidak melakukan kesalahan." jawabku membela diri dengan tatapan tajamnya.

"Kenapa aku bisa di kamarmu?" aku memiringkan kepala bingung, mana aku tahu.

"Harusnya aku yang bertanya begitu padamu Ran. Kenapa kamu bisa dikamarku dan memelukku." Ku lihat Ran melebarkan matanya.

'Tidak mungkin.' gumamnya yang ku dengar kemudian berjalan keluar meninggalkanku. Ada apa dengan pria itu?

Aku berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan badan yang terasa lengket kemudian menuju meja makan setelah selesai. Seperti biasa Ran sudah tenang melahap sarapannya tanpa rasa bersalah? Hell.

"Hari ini dan lusa aku tidak bisa datang kesini karena ada rapat besar dan operasi."  aku berucap pada Ran tentang agenda ku hari ini dan kedepannya. Ku lihat Ran hanya melirik sebentar, diam seperti biasanya.

"Rui akan merindukan Nona." terlihat wajah Rui yang ingin menangis.

Aku mengusap kepalanya dan tersenyum, "Hanya dua hari saja, setelah itu aku akan kembali lagi." Rui mengangguk.

"Ada yang Nona butuhkan? Rui akan siapkan untuk Nona." aku menggeleng.

"Tidak perlu." aku mengecek arlojiku. "Terima kasih untuk sarapannya, aku berangkat dulu." aku melihat Ran yang tidak bergeming lalu beralih ke arah Rui yang melambai padaku dan aku membalasnya.





...

Tbc
18 January 2024
22.02 WIB

I'm On EdgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang