"NAGA!"
"Itu naga!" seruan itu membuat beberapa prajurit melangkah mundur.
Kibasan kencar ekor naga itu membuat beberapa orang terlempar. Dan membuat Soo Hee kita terbebas dari kawalan.
Naga itu menatap bengis orang-orang dengan kepulan asap dimulutnya, entah kenapa Soo Hee merasa familiar dengan sosok naga di depannya ini. Perlahan ia berjalan mendekat.
"Putri jangan mendekat, itu berbahaya!" seru salah satu prajurit. Tapi seruan itu hanya angin lalu ditelinganya, ia merasa naga ini tidak akan menyakitinya.
Semakin dekat dan dengan tangan sedikit gemetar Soo Hee menyentuhnya. Naga itu menundukkan kepalanya untuk Soo Hee bisa menyentuhnya.
'Nona.' suara yang masuk dipikirannya membuat Soo Hee mundur. menatap sekitar mencari keberadaan Ran. Ia tidak akan salah mengenali suara Ran.
Tidak ada siapapun dihutan ini kecuali mereka.
Tidak mungkin kan kalau naga ini Ran? Soo Hee menatap tidak percaya naga di depannya.
Ia kembali menyentuh naga itu seakan memastikan pikiran aneh yang terlintas.
'Ini aku Ran Nona.' Soo Hee membolakan matanya tidak percaya.
"R-ran?" lirih Soo Hee.
'Kita harus segera pergi dari sini Nona. Kekuatanku tidak akan bertahan lama.' Soo Hee mengangguk.
'Naiklah di kepalaku Nona.' saat Soo Hee akan menaiki kepala Ran, suara yang dikenalnya membuat Soo Hee terhenti.
"Soo Hee!" Taishi dari arah belakang prajurit berseru.
"Jangan coba-coba meninggalkanku." Soo Hee mengindahkan ancaman itu lalu menduduki kepala Ran.
"Atau semua yang ada disini mati." Soo Hee tersentak ia menatap Taishi tajam, ia mencoba tidak peduli.
"Cepat tangkap dan bawa Putri kemari!" perintah itu terdengar saat Soo Hee tidak bisa dibujuk hanya dengan ancaman.
Semua prajurit berlari ke arah Soo Hee, tapi dengan segera Ran menyemburkan apa membuat mereka terhenti seketika karena kobaran api dihadapan mereka.
"Ayo kita segera pergi Ran." mendengar itu Ran segera membawa terbang Soo Hee meninggalkan istana.
Taishi yang berdiri disana hanya diam dengan mengepalkan kedua tangannya marah.
'Aku tidak akan membiarkannya membawa Soo Hee.' marahnya dalam hati.
....
Merasa sudah jauh dari istana, Ran mendaratkan tubuh naganya di tengah hutan. Setelah mengubah wujud ke manusia Ran terbatuk hingga ia tersungkur di tanah, hal itu membuat Soo Hee panik dan khawatir.
"Kamu tidak apa-apa Ran?" Ran menggeleng lemah.
"Maaf Nona, saya tidak bisa membawa Nona dalam wujud naga lebih lama. Ini sudah mencapai batas kekuatan saya." Soo Hee menggeleng dengan tersenyum.
"Tidak masalah untukku, Yang terpenting ada Ran bersamaku." mendengar itu membuat Ran menangis.
"Nonaaa hiks." Soo Hee tersenyum dengan mengusap wajah yang basah milik Ran.
"Sudah dewasa kok masih cengeng."
"Semua karena Nona." isakan masih terdengar, Soo Hee menarik Ran dalam pelukkan kemudian menepuk pelan punggungnya.
"Jangan tinggalkan saya lagi Nona. S-saya sangat takut."
"Maafkan aku ya. Aku tidak akan meninggalkan Ran lagi." Ran mengangguk kecil sebagai jawaban.
"Bagaimana kalau kita melanjutkan perjalanan kita?" Ran mengangguk setelah Soo Hee melepaskan pelukannya.
"Sepertinya kita tidak bisa kembali ke rumah kita yang dulu Ran." Soo Hee memulai percakapan ditengah jalan mereka.
"Iya Nona, rumah kita sudah hangus terbakar semua." mendengar itu membuat Soo Hee menatap Ran tidak percaya.
"Tidak habis pikir." gumam Soo Hee.
"Apa kamu terluka?" Ran menggeleng.
"Syukurlah kalau begitu, ayo kita cari tempat berteduh untuk malam ini."
Kedua berjalan menuju sungai untuk menghilangkan dahaga mereka. Kini mereka duduk berdua di pinggir sungai setelah melepas dahaga.
"Bulan malam ini sangat indah ya Ran." Ran menatap wajah Soo Hee yang tersenyum dengan mendongak ke langit.
"Iya, Nona sangat cantik." mendengar itu membuat Soo Hee seketika menoleh pada Ran. Semburat merah kini menghiasi wajahnya.
'Sejak kapan Ran setampan ini?' Soo Hee mengalihkan pandangannya.
Sebuah tangan besar membawa kembali pandangan Soo Hee pada Ran, ia menangkup wajah memerah Soo hee.
"Nona sangat cantik, Ran sangat menyukai Nona." Soo Hee membolakan matanya tanpa bisa bereaksi.
Detik berikutnya Soo Hee dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan Ran padanya. Ia mendapati Ran menciumnya. Sedikit menikmati dan seketika mendorong Ran setelah sadar.
"Kita tidak boleh berciuman seperti ini." Ran memasang wajah sedihnya.
"Ke-kenapa tidak boleh Nona?"
"Karena kita belum menikah."
"Ka-kalau begitu ayo kita menikah Nona." Soo Hee hanya tersenyum.
"Apa kamu tidak bosan mengajakku menikah terus?" Ran menggeleng.
"Apa bisa kamu menghidupiku?" Ran mengangguk yakin.
"Aku akan bekerja lebih keras lagi. Apapun untuk Nona, Ran akan perjuangkan."
"Bahkan jika sudah punya anak dikeluarga kita?" Ran menunduk karena tersipu.
"A-aku akan menjadi ayah yang baik untuk mereka." jantung Soo Hee berdesir mendengarnya. Ia mencondongkan tubuhnya membuat Ran sedikit menjauhkan tubuhnya.
"N-nona." gugup Ran saat Soo Hee menarik tengkuknya hingga membuat mereka berciuman.
Ran terkejut tapi diam saja tidak menolak ciuman yang diberikan Soo Hee padanya.
"Ayo kita menikah Ran." kalimat setelah ciuman mereka berhenti mmebuat Ran seperti terkena serangan dadakan beberapa kali.
"Tapi kita tidak bisa seperti orang-orang memakai gaun pernikahan yang layak , karena kita sepertinya menjadi burunon istana." Soo Hee terkekeh diakhir kalimatnya.
"Ran tidak masalah Nona." Soo Hee kemudian menggigit ibu jarinya hingga mengeluarkan darah.
"Sekarang giliranmu Ran." Ran menurutinya, Soo Hee menyatukan kedua ibu jari mereka.
"Dengan begini kita sudah menjadi sepasang suami istri." Ran segera memeluk Soo Hee karena bahagia.
Ran masih merasa ini mimpi, tapi Nonanya ada didekapannya sekarang.
...
Tbc
Mon, July 15, 2024
20.30 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm On Edge
FanfictionKisah yang belum selesai, harus berlanjut dengan luka lama.