"Anak itu!" seseorang menunjuk seorang anak laki-laki yang berjalan dengan kayu bakar ditangan kecilnya.
Dan setelahnya anak laki-laki itu diperlakukan dengan baik sebelum purnama. Sebelumnya ia selalu di injak, diremehkan, diusir bahkan dengan tidak ada hati menyiramnya dengan air bercampur kotoran hewan.
Anak laki-laki yang tidak tahu apa-apa hanya merasa bahagia saat semua orang kini memperlakukannya dengan hangat. Ia jadi sedikit teringat dengan sang nenek.
"Makan yang banyak ya."
"Pelan-pelan nanti tersedak."
Ucapan-ucapan kekhawatiran itu membuat haru sang anak. Ia sangat bahagia saat itu.
"Ini pakai pakaian yang bagus ya." anak itu hanya menurut dengan senyum di wajahnya.
"Kita mau kemana?" tanya anak itu setelah beberapa orang membawanya ke suatu tempat.
"Kami ingin menunjukkan tempat yang indah padamu." Anak itu berbinar lalu terdiam dengan senyuman masih terpatri di wajahnya.
Setelah menempuh jarak yang jauh, dan malam sudah datang membuat anak kecil itu tertidur tanpa sadar.
"Apa ini akan berhasil?" seseorang berbicara dengan pelan tapi terdengar jelas di telinga anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu mengeliat merasa terganggu.
"Kita tinggalkan saja sesuai perintah, mumpung dia tertidur." orang yang tadi membawa tandu berisi anak laki-laki itu berjalan meninggalkannya.
"Paman!" teriakan anak itu membuat orang-orang yang baru beberapa langkah menoleh kebelakang.
"Kenapa meninggalkanku?!" anak itu berlari keluar.
Beberapa orang kembali berjalan mendekat, "Jangan ikuti kami. Kau harus disini." pria paruh baya itu berteriak di depan wajah anak itu.
"K-kenapa?" gagap anak itu saat di cengkeram bajunya.
"Karena kau pembawa sial bagi kami. Jadi kau harus mati untuk kami." mata anak itu berkaca dengan ekspresi marah.
"Kalian orang jahat!" dan setelah mengucapkan itu orang-orang dewasa memukulinya dengan brutal dan melempar anak itu hingga mencapai bibir sungai.
"Ayo kita tinggalkan anak itu, biar dewa tanah segera menyantapnya." dan setelahnya semua orang itu meninggalkan anak yang terkapar dengan darah mengalir dibagian tubuh yang terluka.
"Kalian semua pantas menghilang!"
....
Seorang gadis terduduk lemas dihadapan seorang pria yang berstatus sebagai raja saat ini.
"Kenapa anda harus melakukan ini Yang Mulia?!" suara gadis itu tertahan. Pria itu mendekat lalu memegang dagu sang gadis.
"Hanya saja aku terlalu mencintaimu." lalu mencium gadis itu yang dengan cepat memalingkan wajahnya tapi tertahan karena dagunya dipegang sang raja.
Gadis itu mendorong sekuat tenaga hingga ciuman itu terlepas. "Anda sudah gila?! kita ini saudara Yang Mulia!"
Sang raja hanya tertawa mendengarnya. "Kita beda ibu, jadi ini tidak masalah bagiku. Tidak ada lagi orang yang akan menentang kita. Karena aku sudah membunuh semuanya."
"Jadi Soo hee, kau harus diam dan menurut saja, kita akan menikah besok." Soo Hee menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Anda memang sudah gila!" Soo Hee berteriak marah, tapi dengan entengnya sang raja kemabli duduk di singgasananya.
"Pelayan! bawa Putri Soo Hee kembali ke kediamannya." beberapa pelayan masuk dan membawa Soo Hee kembali ke kediamannya.
"Apa yang harus aku lakukan?" Soo Hee kini sudah berada di kamarnya, berjalan mondar-mandir memikirkan bagaimana menggagalkan pernikahan yang dianggapnya sebagai kutukan.
'Aku harus kabur malam ini.' batin Soo Hee lalu mengecek keadaan diluar.
'Banyak sekali penjagaannya. Bagaimana ini?' Soo Hee kembali mencari cara lain.
Ia berjalan menuju mejanya mengambil serbuk yang pernah dibuatnya untuk membuatnya bisa tidur tenang. Ia suka hal-hal berbau medis saat masih kecil, ibunya yang pertama kali memperlihatkan keahliannya pada Soo Hee kecil.
"Dapat!" Soo Hee berjalan menuju pintu dan detik itu juga menjatuhkan dirinya membuat suara bedebum keras.
"Putri anda kenapa?" suara khawatir terdengar dari balik pintu.
"Tidak apa-apa, aku hanya menginjak pakaianku saja." Soo Hee merutuki kebodohannya karena tidak hati-hati. Tapi memang pakaiannya sungguh merepotkan.
Soo Hee mengeluarkan alatnya dan menaruh serbuk itu ke dalamnya, dalam 20 menit uap yang dihasilkan akan membuat orang yang menyiumnya akan tertidur. Soo Hee mengambil sebuah kain untuk menutupi hidungnya dan membuka sedikit pintu kamarnya.
"Di dalam sedikit pengap udaranya, aku akan membuka pintu ini sedikit, kalian bisa menutupnya saat aku sudah tertidur." Soo Hee tersenyum penuh arti setelah pelayannya menjawab iya.
...
Tbc
February 11, 2024
16.04 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm On Edge
FanfictionKisah yang belum selesai, harus berlanjut dengan luka lama.