9

30 5 0
                                    

"Sepertinya kita berbeda." pria itu mencoba menyetuh wajah Soo Hee yang segera pemiliknya melengos.

Tangan pria itu menggantung diudara lalu berbalik berjalan keluar rumah itu yang sebelumnya mengangguk pada pengawalnya.

"Lepas! Beraninya kali-" Soo Hee berteriak saat beberapa pengawal mencoba menangkapnya dan setelahnya kesadaran Soo Hee menghilang saat salah satu pengawal tersebut memukul tengkuknya keras.

"Bakar rumah ini tanpa tersisa." perintah pria itu yang kini berjalan ke arah kudanya dengan Soo Hee digendongannya.

Setelah membakar rumah Soo Hee, mereka semua meinggalkan tempat itu menuju istana.

Di tengah perjalanannya, Ran melihat asap hitam membumbung ke langit dari arah rumahnya. Segera berlari dengan dengan perasaan gelisah.

Matanya sudah tidak bisa fokus saat dugaannya benar, "Nona!" dengan panik berteriak memanggil Soo Hee.

Tidak ada jawaban dari dalam, tapi entah kenapa Ran tidak bisa mengenali hawa keberadaan Soo Hee, seakan Soo Hee memang tidak ada di dalam rumah itu. Ran berlari menelusuri jejak hawa keberadaan Soo Hee yang tertinggal.

"Mau kalian bawa kemana Nonaku?!" teriak Ran tak jauh dari gerombolan orang, pria diatas kuda mendengus tidak suka dengan klaim Ran. Miliknya dia bilang?!

"Bunuh dia dan buang jasadnya dilaut." pria itu memberi perintah pada pengawal tak jauh darinya. Pengawal itu mengangguk lalu mendekat kearah Ran dengan membuka sarung pedangnya.

"Nona! Jangan bawa pergi Nona." setelah berteriak, Ran mengeluarkan darah dari mulutnya ketika sebuah pedang menusuk jantungnya.

"Buang dia ke laut." perintah pengawal yang barusaja menarik pedangnya dari tubuh Ran. Semuanya mengangguk kemudian menyeret tubuh Ran dan melembarnya dari tebing tinggi yang dibawahnya adalah laut lepas.

......

Soo Hee membuka matanya, mencoba mengingat kejadian sebelum dia pingsan. "Ran." teriaknya tertahan setelah ingat bahwa ia pergi tanpa memberitahunya. Ran pasti mengkhawtirkannya.

Soo Hee menatap sekitar, ini kamarnya dulu. Tidak ada yang berubah, semua masih sama saat terakhir tinggal dan ini sepertinya dirawat karena tidak ada barang yang kotor atau lantai yang kotor.

Soo Hee menoleh saat mendengar suara pintu terbuka, terlihat disana sang Raja masuk tanpa baju kebanggaannya, hanya pakaian yang melekat ditubuhnya.

"Kau sudah sadar." sang Raja berjalan mendekat dan berdiri tepat disamping Soo Hee yang masih terduduk.

"Aku ingin pulang." Soo Hee berucap dengan niat bangkit dari duduknya tapi kedua bahunya ditahan Raja.

"Ini sudah dirumah, kau mau pulang kemana?" Soo Hee sesopan mungkin menepis tangan Raja yang berada di bahunya.

Bukannya tertepis, Soo Hee merasakan sakit dibahunya, membuatnya meringis. "Ya-yang Mulia." rintih Soo Hee membuat sang Raja tersadar karena sudah terlalu keras menekan bahu Soo Hee.

"Maafkan aku." ucap sang Raja dengan wajah menyesal.

"Sebaiknya kau kembali beristirahat, aku akan kembali menemuimu lagi besok." sang Raja berbalik setelah mengatakan itu dan keluar dari kamar Soo Hee dan memerintahkan pengawal untuk menjaga Soo Hee di depan kamarnya.

Pagi menjelang, beberapa pelayan datang memasuki kamar Soo Hee. "Ada apa ini?" tanya Soo Hee pada pelayan yang sudah bersimpuh di depannya.

"Kami diperintahkan Yang Mulia untuk merawat anda, Putri." sang kepala pelayan menyahut.

Soo Hee merasa heran, "Aku bisa melakukannya sendiri."

"Tapi Putri, ini harus kami lakukan atau Yang Mulia akan menghukum kami." semua pelayan bersujud.

Soo Hee menghela napas. 'Raja gila itu.' batin Soo Hee lalu memberi ijin kepada mereka untuk merawatnya bahkan memandikannya.

Soo Hee menikmati semua yang dilakukan pelayan padanya, menyiapkan air untuknya berendam dengan wangi bunga yang sangat disukai. 'Ternyata aku merindukan ini semua.'

Setelah selesai mandi, Soo Hee dibantu untuk memakai pakaiannya, menyisir rambutnya dan mengoleskan tipis make up diwajahnya.

"Anda sangat cantik, Putri." puji kepala pelayan itu setelah selesai.

"Begitukah? terima kasih." balas Soo Hee dengan tersenyum.

"Yang Mulia sudah menunggu anda di kediaman beliau." Soo Hee menampilkan wajah bingung.

"Mari Putri saya antar." ucap kepala pelayan.

'Ada apa lagi menyuruhku menemuinya?' pikir Soo Hee, ia jadi tidak bisa merencanakan untuk keluar dari istana..

Dalam perjalanan menuju kediaman Raja, Soo Hee menatap sekitar, mencoba mencari cela untuk dirinya bisa kabur. Ia masih mengkhawatirkan Ran, bagimana keadaannya sekarang? ia pasti menangis karena aku meninggalkannya tanpa se[atah kata.

Seorang pelayan yang menjaga pintu membukanya saat Soo Hee sudah ada di depan. "Silakan Putri, Yang Mulia sudah menunggu anda di dalam." Soo Hee mengangguk lalu berjalan masuk.

"Kau datang, ayo duduk disini." sang Raja berujar dengan menunjuk sisi depannya yang kosong. Soo Hee hanya menurut.

"Bagaimana tidurmu?" tanya Yang Mulia dengan menatap intens Soo Hee yang kini ada dihadapannya.

"Ya begitulah Yang Mulia." jawab Soo Hee seadanya pertanyaan dari yang Mulia.

Yang Mulia menatap lurus dimata Soo Hee. "Panggil aku Taishi saat berdua saja." Soo Hee menggeleng.

"Tidak bisa Yang Mulia, itu tidak pantas bagi saya."

"Apanya yang tidak pantas? aku yang menyuruhmu begitu dan kita sudah dekat dari kecil." Kini Soo Hee membalas tatapan Taishi.

"Itu sudah berbeda."

"Apanya yang berbeda?"



Tbc
Wed, March 27 2024

21.04 WIB

I'm On EdgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang