Kembali ke masa sekarang
....
Eliza mengikuti saran dari sang roh hutan, ia tidak mau melihat Ran yang terkulai sakit karena dirinya. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit yang sebelumnya sudah meminta tukar shift dengan rekan kerjanya menjadi shift malam.
Suara dering panggilan terdengar. Eliza melihat layar di mobilnya yang menunjukkan siapa yang menelpon dirinya.
"Halo Ma."
"Sepertinya aku harus sedikit menjauh dari sang naga untuk sementara." atau bahkan selamanya, lanjutnya dalam hati.
"Tidak Ma, lebih dekat ke rumah sakit daripada harus mempir pulang ke rumah. Dan aku sudah terlanjur meminta tukar shift dengan dokter lainnya." jelas Eliza pada sang Mama.
"Iya Ma, aku tidak akan lupa makan malam nanti."
"Love you too Ma." sesaat setelah mematikan layar panggilan, sebuah lampu menyorot terang mengenai mata Eliza. Ia tidak tahu apa yang terjadi setelahnya yang ia rasakan hanyalah sakit disekujur tubuh dan kesadarannya terengut setelahnya.
...
Di alam ambang kematian
"Nona." Ran memangku kepala Eliza yang tak sadarkan diri dengan menangis.
"Pantas saja aku tidak bisa menemukan rohnya, ternyata itu ulahmu." Ran menatap tajam seseorang yang berjalan mendekat ke arah mereka.
"Kau sudah mengacaukan dunia bawah, kau tahu itu?" Ran masih diam dengan tatapan tidak suka.
Seorang pria dengan setelan jas hitam berdiri menjulang di hadapan Ran. Pria itu menghela napas panjang.
"Kau membuatku bekerja ekstra selama beberapa abad hanya untuk mencari roh miliknya."
"Itu melawan takdir Tuhan." Ran menatap kembali Eliza dengan mengenggam erat tangannya.
"Aku tidak peduli, aku hanya ingin selalu bersama Nona." gumam Ran.
"Dia tidak sama denganmu, dia manusia dan ada batas usianya."
"Tapi dengan Yeonin, aku dan Nona akan menjadi satu selamanya." Dada Eliza berpendar jingga, menandakan bahwa Yeonin sudah masuk ke dalam.
Pria itu menyipit tidak suka. "Tapi wanita ini akan menderita."
Ran menggeleng, "Aku tidak akan membuat Nonaku menderita."
Sangat keras kepala sekali makhluk satu ini.
"Terserah padamu, harusnya wanita ini meninggal pada tahun 1709 sesuai pada buku ini. Sedang sekarang ia masih berkeliaran di dunia manusia." pria itu sudah lelah. Apa lagi yang harus ia jelaskan?!
"Bukan kau yang menanggung konsekuensinya, tapi wanita ini." setelah mengucapkan kalimat itu, pria tersebut menghilang dari hadapan mereka.
"Mulai sekarang, bukan.. dari dulu sampai selamanya Nona akan selalu bersama Ran."
...
Eliza membuka matanya perlahan, menatap langit-langit yang semuanya berwarna putih. Tercium bau obat-obatan, dia ada dirumah sakit.
"Kak? kakak sudah sadar?" seruan perempuan yang familiar membuat Eliza menoleh.
Eliza mengangguk pelan. "Sudah berapa lama kakak tidak sadarkan diri?"
"Seminggu kak." Eliza terkejut selama itu ia tidak sadarkan diri.
"Apa semua baik-baik saja selama kakak tidak sadar?"
"Asisten kakak sudah mengurus semuanya." Eliza merasa lega karena Calven ternyata sangat bisa dihandalkan. Ia akan mengapresiasinya nanti.
"Aku ingin pulang ke rumah hari ini." Elena menggeleng cepat.
"Tidak bisa, kakak baru sadar. Setidaknya tambah semalam saja untuk memastikan kakak benar-benar sembuh." Eliza tidak suka menjadi pasien lama-lama.
"Siapa dokter kakak?"
"Dokter Abraham."
"Aku akan meminta izin padanya, kamu bantu kakak beberes saja."
"Kakkk.." Elena merajuk, kakaknya sungguh keras kepala padahal baru bangun dari komanya.
...
Setelah menyakinkan Dokter Abraham untuk memulangkan Eliza, akhirnya Dokter Abraham mengizinkan dengan syarat rawat jalan. Sekarang keduanya di dalam mobil menuju rumah mereka.
"Kakak tahu selama kakak terbaring, Tuan Ran selalu menjaga kakak." Eliza mengernyit heran.
"Ran? siapa dia?" Eliza tidak mengingat ada yang bernama Ran.
"Tuan naga kak." Eliza mencoba mengingat, tapi malah rasa sakit yang dirasakannya. Membuat Elena khawatir.
"Aku tidak kenal dia."
"A-apa kakak lupa ingatan?" Eliza menggeleng, sepertinya tidak.
"Jangan asal bicara. Aku mengingat kalian semua. Hanya saja aku benar-benar tidak pernah mengenal orang bernama Ran." apa ada yang ia lupakan?
"Kak.." Eliza menatap adiknya yang berwajah sedih.
"Apa?"
"Ayo kita kembali ke rumah sakit. Kakak belum sembuh sepertinya.."
Eliza memukul pelan lengan adiknya. "Kakak sudah sembuh, kamu saja yang melantur menyebut orang asing. Sudahlah, aku mau tidur sebentar. Bangunkan aku jika sudah sampai rumah." Elena hanya bisa menuruti keinginan kakaknya dengan pasrah.
Butuh sekitar 1 jam untuk mereka sampai. Elena dibantu sang supir menurunkan Eliza untuk duduk dikursi roda. Seminggu tidak sadarkan diri membuat otot dan syaraf Eliza kaku, makanya ia masih harus dibantu dengan kursi roda.
"Anak Mama akhirnya siuman." sang Mama memeluk Eliza setelah mereka memasuki rumah.
"Apa benar kamu sudah sembuh?"
"Sudah Ma, Mama tenang saja. Ada perawat yang nanti datang untuk merawat Eliza."
"Ayo ke ruang tamu sebentar, Tuan Ran menunggu dengan gelisah disana." ucap sang Mama yang membuat Eliza kembali dibuat bingung.
"Ran yang kamu maksud?" Eliza menoleh ke arah adiknya yang mengangguk.
Elena mendorong kakaknya mendekat, seorang pria tampan berdiri menyambut dengan wajah cengengnya membuat Eliza kembali merasakan sakit dikepalanya.
"Kakak tidak apa-apa?" Eliza menggeleng pelan.
"Nona tidak apa-apa?" saat suara pria itu didengar, kepalanya semakin sakit.
Ran mendekat mencoba meraih tangan Eliza tapi segera ditepis membuat Ran terkejut.
"Maaf, tidak sopan memegang tangan orang yang tidak dikenal." kalimat Eliza membuat hati Ran sakit.
"No-nona tidak mengenal Ran?" Eliza menatap sekilas Ran lalu menggeleng.
Ran semakin sedih dan hal itu membuat dada Eliza sakit. 'Ada apa dengan diriku?' batin Eliza.
"Maafkan saya. Saya tidak bermaksud kasar. tapi saya sepertinya membutuhkan istirahat. Permisi." Eliza mengisyaratkan Elena untuk mendorong kursinya menjauh menuju kamarnya.
Dada Ran sakit menerima penolakan Nonanya, sedangkan Eliza juga merasakan sakit entah kenapa. Ia tidak tahu sebabnya.
'Ran tidak akan menyerah setelah bisa menyatukan kita, Nona istri Ran. Bagaimanapun harus seperti itu."
...
End of epilogue
Fri, August 16 2024
23.01 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm On Edge
FanfictionKisah yang belum selesai, harus berlanjut dengan luka lama.