"Aku sepertinya bermimpi Nona." Soo Hee mencubit pinggang Ran membuatnya mengaduh dan tertawa pelan setelahnya.
"Kamu menjadi gila ya Ran?" tanya Soo Hee yang mendapat gelengan dari Ran.
"Gila karena terlalu mencintai Nona." Dan Ran kembali mencium Soo Hee dan dalam heningnya malam itu mereka memadu kasih disaksikan oleh bintang dan bulan.
Beberapa bulan berlalu
Selama itu Taishi semakin menggila karena tidak bisa menemukan Soo Hee dimanapun hingga membuat dia sering kali meninggalkan tanggungjawabnya sebagai Raja. Kasim yang melihat itu sedikit jengah dengan sikap Taishi yang sudah bisa ia kendalikan. Karena hal itu membuat kasim tersebut menyuruh orang kepercayaannya untuk membunuh Soo Hee saja.
Malam itu Soo Hee dan Ran berniat untuk meninggalkan negara itu, disaat fajar adalah waktu untuk para imigran dan pedagang berangkat berlayar.
"Kamu lihat kapal itu Ran?" Soo Hee menunjuk kapal yang tak jauh dari mereka berdiri.
"Kalau kita naik itu, kita akan melihat negara yang lebih indah dari ini." Soo Hee menjelaskan dengan wajah sumringah membuat Ran memerah.
"Kemanapun asal dengan Nona, aku merasa sangat bahagia." ucapan itu membuat Soo Hee salah tingkah dan mengalihkan pandangannya karena wajahnya yang ikut memerah.
Soo Hee menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang berdiri lumayan jauh dari mereka. Ia seperti mengenal pakaian yang dikenakannya.
"Ran, kamu naiklah dulu ke kapal, aku akan menyusulmu nanti." Ran menggeleng.
"Tidak mau, Aku harus naik bersama Nona." Soo Hee menatap mata Ran dengan serius.
"Untuk saat ini jangan kekanakan Ran, naiklah dulu."
"Apa terjadi sesuatu Nona?" Soo Hee dengan cepat menggeleng. Ran jangan sepeka itu.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin membeli sesuatu. Jadi tunggulah dikapal ya."
Ran menggeleng, "Aku ikut Nona."
"Ran.." Suara Soo Hee sedikit merajuk dengan melirik sosok itu lalu menatap lembut Ran.
"Tolong dengarkan sekali saja istrimu ini hm? Hanya sebentar, jadi kamu tunggu ya di atas kapal." Ran tidak rela sebenarnya, ia tidak ingin jauh dengan Soo Hee tapi akhirnya ia mengangguk dengan berat hati.
Soo Hee tersenyum lalu memberi pelukan sejenak sebelum menyuruh Ran untuk bergegas. Cukup Soo Hee saja yang dikenal mereka, Ran belum ada yang tahu.
Soo Hee melambai kepada Ran yang beberapa kali menoleh padanya, 'Aku akan menyusulmu.' itu kata yang tidak terdengar dari mulut Soo Hee.
Melihat Ran yang sudah cukup jauh, Soo Hee berbalik dan saat itu pula sebuah pedang menembus tubuhnya membuatnya terbatuk darah.
"A-apa akhirnya Yang Mulia menyuruhmu membunuhku?" pelaku itu hanya diam dan bergegas menarik pedangnya dan berlalu pergi meninggalkan Soo Hee yang tergeletak dengan darah merembes pada pakaian merah mudanya.
Ran berhenti dari langkahnya, perasaanmya tidak enak entah kenapa. Ia menoleh ke belakang, Soo Hee sudah tidak ada disana. Ragu ia ingin kembali kesana.
"Tuan cepatlah, kapal sebentar lagi akan berlayar." seru salah satu awak kapal pada Ran yang masih di tempatnya.
Ran tidak menjawab, ia segera berlari dimana mereka tadi berkumpul membuat awak kapal itu menggeleng dan menyeru pada temannya untuk segera berangkat.
"No-" ucapa Ran terhenti saat melihat Soo Hee tergeletak dengan darah mengalir disekelilingnya, Ran membolakan matanya dengan panik.
"No-nona apa yang telah terjadi padamu?!" Ran meraih kepala Soo Hee dalam pangkuannya.
Soo Hee menatap Ran dengan mata sayu. "Kenapa kamu kembali Ran?" tanya Soo Hee dengan lirih, ia sudah tidak kuat menahan kesadarannya.
"Aku khawatir saat Nona tidak kunjung menyusul." Soo Hee mencoba menarik napas.
"Cepatlah kembali ke kapal, tinggalkan aku disini. Bukannya kamu ingin melihat dunia luar?" Ran menggeleng cepat.
"Aku tidak akan kemanapun, jika Nona tidak ada disampingku." jawab Ran dengan wajah sedihnya.
Soo Hee terbatuk darah lagi membuat Ran semakin panik, ia segera membopong Soo Hee. "Sungai pasti bisa menyembuhkan Nona." ucapnya dengan berjalan cepat menuju sungai. Soo Hee hanya terdiam mencoba menahan kesadarannya.
"Ran.. ti-tidak perlu." ucap Soo Hee pelan saat Ran memberingkannya di tanah.
Ran menggeleng dengan menangis. "Nona harus sembuh, sungai pasti bisa menyembuhkan Nona, seperti saat menyembuhkan Ran." Soo Hee tersenyum dnegan menatap mata Ran. Ia berusaha menghapus air mata Ran.
"Aku hanya ingin lebih lama bisa menatap suamiku yang cengeng ini."
"Nona akan bisa melakukannya saat sembuh." Soo Hee mengelus pipi Ran dengan menahan tangisnya.
"Panggil aku istri, jangan Nona. Bukankah kita sudah menikah?" Ran menangkup tangan kecil diwajahnya.
"Istriku." Soo Hee terkekeh mendengarnya.
"Suamiku harus bahagia ya, jangan terlalu lama bersedih karena kepergianku. Bukankah suamiku ingin melihat dunia luar yang indah? Sekarang kamu bisa melakukannya."
"Tidak jika tanpa istriku. Aku maunya kita berdua bukan sendiri."
"Ran.. suamiku. Dengarkan aku.. Aku akan selalu bersamamu." Soo Hee menunjuk dada Ran.
"Disini aku akan selalu menemanimu." Napas Soo Hee sudah tersengal. Kegelapan seakan membimbingnya.
"Tapi aku janji padamu." kalimat Soo Hee terjeda, ia mencoba agar bisa mengucapkannya.
"Di kehidupan selanjutnya aku akan menghampirimu lebih dulu. Jadi tunggulah a-aku."
"Aku janji akan menunggumu." Soo Hee tersenyum.
"Bisakah kamu menciumku?" Ran mengangguk kemudian mencium Soo Hee. Tangan Soo Hee yang awalnya terasa menggenggam tangannya kini mulai terlepas.
Ran melepas ciuman mereka, ia kembali menangis dengan memeluk tubuh istrinya yang sudah tidak bernyawa.
"Nona bangun, ini aku sedang berproses membuat yeonin untukmu agar kita bisa selamanya bersama." racau Ran dengan membuat yeonin yang ternyata ia bisa membuatnya dalam sekejab. Segera ia menanamkannya di dalam dada Soo Hee. Tapi tidak ada reaksi apapun. Soo Hee tetap tidak membuka matanya. Ia benar-benar ditinggalkan oleh sang istri.
...
Tbc
Tue, July 23, 2024
21.17 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm On Edge
FanfictionKisah yang belum selesai, harus berlanjut dengan luka lama.