13

31 4 2
                                    

Back to present


"Sadarlah Yang Mulia." suara Soo Hee sedikit meninggi.

"Aku sepenuhnya sadar." Taishi memandang Soo Hee lembut.

"Bahkan jika kamu menyuruhku untuk menusukkan belati, akan aku lakukan." Taishi serius dengan perkataannya.

"Lakukanlah kalau berani. Aku tidak akan peduli." Soo Hee yang melengos ke arah lain segera menatap cepat saat mendengar ringisan Taishi.

Yang benar saja Taishi. "APA YANG ANDA LAKUKAN YANG MULIA?!" Seru Soo Hee saat melihat darah segar mengalir dari tusukan Taishi.

"Aku serius saat mengatakannya." dengan suara parau Taishi menjawab.

"Jangan melakukan hal bodoh lagi, apa ada yang diluar? Yang Mulia terluka." Soo Hee mendekat mencoba menekan luka tusukan itu. Kasim sang Raja mausk mendengar suara Soo Hee, betapa terkejutnya ia melihat kondisi sang Raja.

"Rileks kan tubuh anda. Cepat panggil tabib kemari." raut cemas Soo Hee membuat Taishi tersenyum tipis. Sudah sangat lama ia tidak melihat Soo Hee mengkhawatirkannya. Sedangkan kasim itu sudah berlari memanggil tabib.

"Apa aku harus terluka dahulu baru bisa mendapat perhatianmu? akan kulakukan jika seperti itu." mendengar itu Soo Hee menatap tajam Taishi yang hanya tersenyum.

"Jangan bodoh dan berhenti bicara atau ini akan semakin mengeluarkan darah." Soo Hee mencoba membaringkan Taishi di kasurnya dengan masih menekan perut Taishi. Karena banyak yang dikeluarkan membuat Soo Hee menggunakan pakaian yang dipakainya untuk menambalnya sementara.

"Bernapaslah dengan perlahan." Taishi mengikuti intruksi Soo Hee, kini wajahnya sudah pucat pasi dengan napas yang patah-patah. Tapi masih tetap memandang wajah Soo Heenya. Tanpa disadari Taishi, ia sudah tidak sadarkan diri dengan tangan yang tadi mengenggam tangan Soo Hee kini terlepas.


...


Beberapa hari Taishi belum sadarkan diri, membuat Soo Hee mendapat kesempatan melarikan diri. Tapi entah kenapa setelah kejadian tertusuknya Taishi, penjagaan untuknya seakan mengetat. Menggunakan cara yang sama seperti dulu kemungkinan tidak berhasil, ia harus mencari cara lain. Bertepatan saat ia memikirkan cara, seorang pelayan membawakannya cemilan. Hal itu membuat Soo Hee tersenyum penuh arti.

"Ini cemilan untuk Putri." pelayan tersebut meletakkan nampan di meja depan Soo Hee.

"Apa kamu pelayan baru?" pelayan itu mengangguk dengan menata cemilan.

"Apa anda membutuhkan yang lain?" Soo Hee mengangguk mantap.

"Lepaskan bajumu." pelayan itu membulatkan matanya.

"A-apa maksud anda Putri?"

"Ayo kita bertukar pakaian." mendengar itu pelayan itu segera bersujud meminta maaf.

"Maaf Putri saya pelayan yang rendah tidak pantas menerimanya." Soo Hee memegang tangannya lalu tersenyum.

"Aku hanya meminjamnya sebentar saja, boleh kan?" sedikit merayu tidak masalah kan?

"Tapi untuk apa Putri?" Soo Hee tetap menampilkan senyum manisnya.

"Aku memiliki impian memakai pakaian kalian, agar aku tahu bagaimana rasanya menjadi seorang pelayan kerajaan." Soo Hee menatap lekat pelayan muda itu.

"Apa kamu tidak ingin mencoba pakaian seorang Putri juga?" pelayan itu menatap sekilas lalu kembali menunduk.

"S-saya tidak berani bermimpi sampai kesana Putri." Soo Hee menghela napas lelah.

Maafkan dirinya yang menggunakan kekuasaannya. "Ini perintahku, jadi kamu harus menurutinya kan?" pelayan itu terdiam dan mengangguk takut.

Dan disinilah Soo Hee berada, di samping pilar mengintip apakah ada pengawal yang berjaga atau tidak. Merasa aman Soo Hee berjalan dengan membawa nampan.

"Hei!" suara dibelakangnya membuat Soo Hee berdiri kaku, apakah dia ketahuan?

"Sedang apa kau malam-malam begini ada diluar?" Soo Hee berbalik dengan menunduk.

"I-ini saya baru selesai memberikan cemilan malam untuk Putri." Pengawal itu menatap lama.

"Saya harus segera kembali atau kepala pelayan akan memarahi saya."

"O-oh iya silakan nona." pengawal itu terlihat canggung setelah Soo Hee mengatakan itu.

"Saya permisi tuan." Soo Hee melanjutkan langkahnya. Saat sudah begitu jauh, ia melihat sekeliling.

Soo Hee berjalan menuju pintu rahasianya tapi ternyata disana sudah banyak penjaga. Ia akhirnya memutar balik langkahnya. Mau tidak mau ia harus lewat gerbang utama.

Setelah hampir menginjakkan kaki diluar istana, suara bergemuruh dari belakang membuat Soo Hee berkeringat dingin. Ia berfirasat buruk akan hal ini. Ia segera mempercepat langkahnya.

"Hentikan dia!" suara menggelegar dibelakang, emmbuat penjaga di gerbang utama keheranan.

"Tangkap dia atau nyawa kalian yang akan melayang." mendengar itu penjaga yang disana segera mengejar Soo Hee yang sudah mulai berlari sejak suara itu menggelegar.

Soo Hee mengangkat tinggi roknya agar ia bisa berlari lebih cepat. Soo Hee menatap ke belakang, "Apa mereka tidak lelah mengejarku?!" serunya dengan napas tersengal, ia sudah lelah.

Walaupun begitu ia tetap mencoba berlari tapi beberapa menit kemudian ia tersandung kakinya sendiri karena kelelahan, membuat beberapa prajurit yang mengejarnya dapat menangkapnya.

"Lepaskan aku!" Soo Hee memberontak dalam kawalan itu.

"Tidak bisa Putri, atau nyawa kami yang dipertaruhkan." mendengar itu sedikit membuat Soo Hee kembali luluh. Ia tidak ingin mengorbankan banyak nyawa lagi, tapi ia juga tidak ingin menikah dengan Taishi. Dewa benar-benar akan mengutuknya jika itu terjadi.

Soo Hee mengamati sekitar, apa yang bisa digunakannya untuk lepas.

Cahaya bulan yang bersinar saat itu tiba-tiba tertutup awan hitam, suara gemuruh petir juga tiba-tiba terdengar. Semua orang termasuk Soo Hee berhenti berjalan dan menatap langit yang tiba-tiba berubah.

Soo Hee mengernyit saat melihat sosok hitam panjang mendekat ke arah mereka.

"NAGA!"











....
Tbc
Thu, July 04, 2024
20.47 WIB

Lama jugaa aku gaada update. Semoga masih ada yang mau menunggu.

I'm On EdgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang