lima

1.6K 174 15
                                    

Cantika memperhatikan Adi yang sibuk mengemas pakaiannya. Sesuai dengan titah Indra yang memerintahkan Adi untuk melanjutkan studi s2 di luar negeri. Bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan untuk meredam rumor perselingkuhan Adi serta pembatalan pertunangan putranya itu. Indra berharap, saat Adi sudah lulus, nama keluarganya kembali bersi karena orang-orang melupakan rumor itu.

Kini sudah lewat dua bulan semenjak kejadian percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh Anna. Cantika merasa ia perlu memberi tahu keadaan Anna yang sebenarnya pada putranya ini. Karena bagaimana pun, Adi adalah ayah dari janin yang dikandung oleh Anna.

"Adi, kamu nggak penasaran sama Anna?"

Adi menghentikan kegiatan mengemas pakaiannya, mendengus mendengar pertanyaan tidak masuk akal dari sang ibu. Adi tidak peduli, jika Anna tidak menghubunginya. Justru itu semakin bagus, artinya Anna telah berhasil menggugurkan bayi itu. Atau merasa mampu untuk merawat tanpa bantuannya.

"Dia ngehubungi Mama? Atau ngancem Mama?"

Cantika menatap Adi dengan tatapan tidak percaya. Apakah benar ini putranya. Sejak kapan dia membesarkan bajingan seperti ini. Rasanya ia ingin memukul Adi jika bisa, murka sekali mengetahui anaknya malah lari dari tanggung jawab.

"Kamu pasti tahu kalau Anna sedang mengandung anak kamu, kan? Mama nggak pernah ngajarin kamu jadi pengecut, Adi."

"Siapa tahu itu bukan anak aku. Dia itu licik, Ma! Kita nggak tahu udah berapa banyak dia tidur sama cowok lain."

"Oh iya? Kamu berani jamin? Dia masih muda dan kamu adalah pria pertama yang dekat dengan dia. Semua bukti yang di terima Angel dulu udah membuktikan kamu adalah ayah dari bayi itu."

"Terus Mama mau aku kayak gimana? Aku udah ngerasa sakit hati karena dia!" Suara Adi mulai meninggi.

"Kamu nggak bakalan begini kalau tau keadaan Anna sekarang. Jujur Mama kecewa sama kamu, selama ini Mama selalu dukung kamu. Tapi sekarang Mama nggak bisa dukung ayah yang lari dari tanggung jawabnya. Andai kamu tau, gimana beratnya perempuan mengandung anaknya."

Adi membuang nafas dengan kasar, jemarinya menyugar rambut untuk mengurangi amarah yang sudah di atas kepala.

"Oke! Aku bakal nemuin dia! Mama bakal tau gimana liciknya dia setelah ini. Mama jangan sampai ketipu sama dia!"

***

Sesuai dengan kesepakatannya bersama sang ibu. Adi menyetujui untuk bertemu dengan Anna, sebelum keberangkatannya ke Inggris. Adi pikir ibunya akan mengajak dirinya ke rumah sakit ataupun rumah Anna. Ternyata dia malah diajak menuju rumah sakit jiwa. Banyak pertanyaan tersimpan di benaknya.

Pertanyaan itu terjawab sudah, ketika melihat Anna yang tertidur di salah satu kamar. Dengan kedua tangan serta kaki terikat. Terlihat pula beberapa bekas gigitan pada tangan Anna. Adi menatap ibunya untuk menuntut penjelasan. Pemandangan di depan mata ini sungguh mengganggu pikirannya.

"Mental Anna terganggu, Adi. Anna mengalami depresi, dia selalu berusaha mengakhiri nyawanya. Makanya perawat di sini mengikat kaki dan tangan Anna, soalnya jika sedang kambuh, Anna akan menyakiti dirinya sendiri. Kadang mukul perutnya, atau menggigit serta mencakar kulitnya sendiri. Belum jelas penyebab Anna menjadi begini, karena emosinya masih belum stabil. Dia sama sekali tidak bisa diajak berkomunikasi. Dokter tidak bisa memberikan obat yang beresiko untuk janinnya. Jadi hanya menungu waktu hingga Anna stabil untuk menjalani terapi."

Adi tidak percaya dengan semua hal yang ada di depan matanya. Pasti ini semua hanya akal-akalan Anna untuk mencari perhatian.

"Tinggalkan kami berdua, Ma."

Strawberry Sunday [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang