tujuh

1.6K 186 9
                                    

Memasuki detik-detik menjelang kelahiran bayinya, kondisi Anna justru menurun. Sudah satu minggu ini Anna mengamuk lagi. Kembali berteriak histeris dan mencoba melukai tubuhnya lagi. Sulit untuk mendiagnosis perilaku Anna, karena calon ibu muda itu tidak bisa diajak berkomunikasi. Jadilah Anna kembali mengurung diri di kamar miliknya.

Cantika yang khawatir dengan keadaan Anna, melakukan usaha terakhirnya dengan menghubungi Adi. Putranya itu tidak pernah membalas pesan yang ia kirim. Padahal Cantika rajin mengirimi hasil foto USG serta potret Anna dalam menjalani kesehariannya. Hal itu masih saja belum membuat hati Adi terketuk. Mau tidak mau Cantika harus menghubungi Adi, anaknya ini harus pulang untuk mendampingi Anna bersalin.

"Mau apa lagi, Ma? Udah aku bilang, aku nggak mau ketemu lagi sama dia. Itu udah resikonya untuk merawat anak itu sendiri!"

"Tega kamu, Adi! Mama kecewa sama kamu. Kenapa kamu jadi bajingan begini. Itu anak kamu, darah daging kamu. Kamulah yang membuat bayi itu ada di dunia!" Nada kecewa jelas terdengar dari bibir Cantika.

"Ma! Itu salah dia, kenapa dulu menjebak aku! Udahlah, mau Mama ngomong apapun. Aku nggak bakalan kasian sama dia. Bahkan nyebut namanya aja aku nggak mau."

"Kamu merasa dijebak? Sekarang Mama tanya, kenapa kamu dulu nggak nolak? Selemah itu kamu tergoda sama anak SMA? Iya? Atau memang dari awal kamu udah tertarik? Ingat Adi, hubungan terlarang kalian itu tentu hasilnya pasti bayi. Jahat kamu sama bayi yang nggak punya dosa apa-apa. Setelah kamu buat Anna sakit, sekarang kamu lari? Nggak ada gunanya kamu kerja sama sekolah setinggi ini. Mama jadi kecewa udah ngebesarin kamu, Adi. Kamu tumbuh menjadi pecundang."

Tidak ada jawaban dari ujung sana, karena Adi diam termenung memikirkan semua perkataan sang ibu. Hatinya merasa sakit mendengar semua penuturan Cantika. Kenapa ibunya tidak paham jika dia tidak ingin berurusan lagi dengan gadis itu. Tidak ingin lagi tahu tentang semua hal yang berkaitan dengan Anna. Kenapa Cantika suka sekali ikut campur dengan menjadi pahlawan kesiangan.

"Ini peringatan terakhir dari Mama. Temani Anna di sini, atau Mama akan memberi tahu semua keadaan Anna serta kelakuan kamu ke Ayah. Kamu paling takut kan dengan Ayah? Jika kamu tetap tidak mau pulang, jangan anggap Mama sebagai ibu kamu. Dan Mama nggak mau anggap kamu sebagai anak. Lebih baik Mama nggak pernah punya anak, daripada punya anak bajingan kayak kamu. Ingat, tanggung jawab kamu seumur hidup dengan anak kamu. Karena dia tidak minta dilahirkan di dunia tanpa sebab. Jernihkan pikiranmu, segera buat keputusan yang terbaik." Cantika segera menutup panggilan itu, tanpa menunggu balasan dari Adi.

Adi membanting ponsel yang baru saja ia genggam. Pria itu melempar semua benda di ruangan miliknya. Pikirannya kacau. Semua terjadi karena Anna, andai gadis licik itu tidak menggodanya. Pasti sekarang dia hidup dengan nyaman tanpa terbebani apapun. Semua masalah di hidupnya disebabkan oleh Anna. Adi sangat membenci Anna serta bayinya.

***

Pada akhirnya, Adi mengalah. Memilih pulang dengan mengambil cuti perkuliahan. Setidaknya dia akan melihat Anna melahirkan, setelah itu dia akan pergi lagi. Apa istimewanya dari bayi, semua bayi sama saja.

Saat ini kedua kakinya tengah melangkah menuju kamar Anna. Kamar tersebut tidak mengalami perubahan. Kecuali isi di dalamnya yang kacau bagaikan bekas peperangan. Adi tidak melihat Anna terbaring di ranjang. Netranya mengamati seluruh ruangan. Menemukan Anna terlentang di lantai, dengan kedua tangan yang memegang erat boneka kesayangan miliknya.

Adi terkaget mendapati potongan rambut yang tersebar di lantai. Anna terbangun, lalu terduduk menatap Adi dengan pandangan datar seperti biasanya. Sementara Adi menatap nanar Anna, rambut panjang yang dahulu menjadi kebanggaan Anna, kini hilang, menyisakan rambut pendek di atas bahu dengan potongan yang tidak beraturan. Melihat keadaan Anna, membuat perasaan Adi terhenyak. Ada rasa iba sekaligus kasihan di dalam sana. Tangannya tergerak untuk mengelus rambut Anna, namun gadis itu menyentak tangan Adi.

Strawberry Sunday [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang