tiga belas

1.2K 175 6
                                    

Adi melangkahkan kaki menuju rumah kedua orang tuanya. Hari ini dia ingin meminta izin kepada sang ayah. Izin untuk menikahi Anna, ibu dari anak tersayangnya. Adi tidak peduli apakah Indra merestui pernikahannya atau tidak. Karena itu tidaklah penting, ibunya telah memberi restu-tentu saja karena sejak awal, Cantika memang ingin Adi bertanggung jawab. Lalu untuk masalah restu dari keluarga Anna, itu mudah. Karena mereka tidak mungkin membiarkan Anna sebagai ibu tunggal untuk membesarkan Nino sendirian. Lagipula mereka juga tahu bagaimana kisah Anna saat menjadi selingkuhan darinya.

Kedatangan Adi disambut oleh Cantika, wanita paruh baya itu menggandeng Adi menuju ruang tamu. Lalu sang ibu memanggil Indra untuk menemui Adi.

"Oh udah pulang kamu. Kenapa mau nemuin Ayah? Pikiran kamu udah jernih sekarang?"

Adi menghela nafas sejenak, merangkai kalimat yang tepat yang akan dia sampaikan kepada Indra. "Aku ingin menikah, Yah. Secepatnya, makanya aku izin kepada Ayah untuk merestui pernikahanku."

Indra memegang dada yang tiba-tiba terasa nyeri. Tidak ada harapan lagi bagi putra semata wayangnya ini. Entah mengapa tumbuh menjadi anak pembangkang.

"Siapa perempuan yang menjadi istrimu, Adi? Apakah dia sebaik Angel? Atau kamu mungut wanita jalanan di London?" Indra masih berusaha bersabar.

"Aku mau menikahi Adrianna, Yah. Tolong restui hubungan kami."

"BANGSAT! ANAK KURANG AJAR! SUDAH ADA WANITA BAIK DI DEPAN MATA, MALAH MEMILIH JALANG MURAHAN."

Diliputi dengan emosi, Indra memukul serta menendang Adi. Selama ini ia menunggu putranya menyelesaikan studi, agar pikirannya kembali jernih. Dan anaknya mau kembali bersama Angel. Adi malah pulamg membawa rasa kecewa untuknya.

"Kami sudah punya anak, Yah. Jadi aku harus bertanggung jawab untuk hidup mereka."

"PERSETAN! KAMU BISA NGASIH PEREMPUAN SAMA BAYI HARAM ITU UANG! PASTI DIA SENGAJA HAMIL DAN MEMERAS UANGMU!"

"AYAH! ANNA BUKAN WANITA SEPERTI ITU! AKU YANG MENGHAMILI ANNA. JANGAN MENGHINA ANAKKU, YAH! DIA BUKAN ANAK HARAM."

Indra yang masih terbawa emosi, melempari Adi dengan benda yang ada di sekitar badannya. Kakinya tidak tinggal diam untuk terus menendang Adi hingga terkapar di lantai.

"ANAK SIALAN! AKU MENYESAL MEMPUNYAI ANAK TIDAK BERGUNA SEPERTIMU!"

"BERHENTI, INDRA!"

Cantika yang sedari tadi melihat pertengkaran anak serta suaminya, berusaha melerai mereka. Tidak tahan melihat anak yang ia lahirkan susah payah malah dipukuli oleh Indra.

"Diam kamu! Tidak becus menjadi ibu bagi anak ini. Lihat, kan? Dia malah tumbuh menjadi anak yang tidak berguna sepertimu!"

Cantika yang membantu Adi untuk terduduk di kursi, menatap Indra dengan tatapan nyalang. "Aku tidak berguna? Jangan pernah lupa ya, yang terhormat Bapak Indra Bagaskara Flynn. Kalau menikahi aku karena keluargaku jauh lebih berpengaruh daripada keluarga sialanmu itu. Dan perlu kuingatkan sekali lagi, kamu yang membuatku terpaksa berpisah dengan pria yang seharusnya menjadi pasanganku!"

Indra sudah kepalang emosi. Mala semakin marah dengan ucapan dari sang istri. Bisa-bisanya dia mengungkap masa lalu di depan putra mereka. "PERGI DARI SINI, ADI!"

"Tetap disini! Kamu harus tahu bagaimana Mama menderita selama ini. Kamu harus tahu bagaimana kenyataan ayah kamu yang ingin sempurna tetapi cacat, Adi."

Adi yang kebingungan, hanya menurut kepada ucapan sang ibu. Memilih mengetahui fakta masa lalu dari kedua orang tuanya.

"Sudah berani kamu dengan suamimu, hah?"

Strawberry Sunday [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang