Anna sangat bersyukur karena bisa bertemu lagi dengan Nino. Mungkin otak Adi sudah berfungsi dengan normal, jadilah ia tidak lagi memisahkannya dengan Nino. Menjadi mahasiswa baru ternyata tidak semenyenangkan itu, namun tidak buruk pula. Anna sengaja memilih kampus yang tidak terlalu mentereng, jauh dari ekspektasinya dahulu. Saat masa SMA, ia ingin berkuliah di kampus swasta terkenal bersama teman-temannya. Pulang kuliah dengan hati gembira di klub malam. Apa dayanya sekarang, jangankan ke klub malam, menatap tatapan orang lain saja tidak berani. Anna juga masih waras, tidaklah mungkin baginya pergi ke klub malam sementara ada anak yang menunggunya.
Anna di masa lalu pasti akan terkejut melihatnya sekarang. Tidak ada lagi perawatan muka mahal, perhiasan mewah ataupun baju merk kelas atas yang membungkus tubuhnya. Hanya ponsel mewah pemberian Adi yang menjadi benda berharga miliknya. Anna di masa lalu pasti akan mengasihaninya. Pernah sekali Anna membuka akun media sosial miliknya. Sesuai dugaan, akunnya penuh dengan komentar jahat. Anna membiarkannya, sebagai bukti kejahatan orang yang bahkan tidak tahu bagaimana Anna menjalani hidup, kecuali melihat apa yang ia tampilkan di layar. Kehidupan masa lalu yang tentu kini menjadi kenangan.
Sekarang Anna sudah mendapatkan balasan—mungkin. Hidupnya terbalik dalam kurung waktu yang tidak lama. Oke, hal baiknya Anna segera sadar dengan kesalahannya tersebut. Hal buruknya adalah semua luka itu membekas pada jiwa Anna. Ah sudahlah, Anna tidak boleh merasa tersakiti. Pada kenyataannya dialah yang bersalah dan dialah wanita murahan perebut pasangan orang lain. Harapan hidupnya hanya melihat Nino tumbuh besar dengan baik, mungkin ia bisa memulai tinggal di Desa bersama kedua orang tuanya?
"Mamaaa!"
Anna menatap Nino yang berbaring di sampingnya. "Iya Nino, ada apa?"
"Nino mau bertemu Papa, Mamaaa."
Anna mengelus rambut anaknya dengan lembut, "Nino kan sudah bertemu dengan Papa."
"Nino mau bertemu Papa! Kapan Nino pulang Mamaaa."
"Nino kan sudah pulang, ini rumah Nino sekarang. Sama Mama di sini."
Wajah Nino sudah merengut sedih. Guratan kekecewaan nampak jelas disana. Nino tidak suka berada di sini. Nino lebih suka kamarnya sendiri. Nino ingin bermain dengan semua mainannya.
"INI BUKAN RUMAH NINO! NINO NGGAK SUKA DI SINI. NINO INGIN BERSAMA PAPA! AYO PULANG MAMAAA! HUAAA."
Nino sudah menghentak-hentakkan kakinya. Akhirnya bocah itu menangis karena menahan semua rasa sedih yang ia pendam.
"Nino, jangan berteriak. Nanti kakak di kamar lain terganggu. Nino anak yang baik, kan?"
Nino masih saja menangis dengan berteriak. Marah karena keinginannya tidak dituruti oleh Anna. "MAMA JAHAT! HAAAAAH! NINO MAU SAMA PAPA! PAPAAA!"
"Nino kan sudah bertemu Papa, kan sudah cukup itu. Mama masih sekolah, nanti kita pulang kalau sudah selesai."
"BOHONG! MAMA BOHONG! MAMA SELALU BERBOHONG KEPADA NINO!"
"Bukan seperti itu Nino—"
"Nino jangam berteriak lagi, Sayang."
"Nino ..." Anna berusaha menepuk-nepuk pipi Nino agar putranya berhenti berteriak. Namun Nino masih saja menangis dengan teriakan kencang.
"NINO! SUDAH MAMA BILANG JANGAN BERTERIAK! KENAPA NINO NAKAL SEKALI!"
Mendapatkan bentakan dari sang mama untuk pertama kalinya. Membuat Nino terkejut bukan main. Mata bulatnya menatap Anna dengan tatapan nanar. Nino segera bergulung di pojok ranjang, dengan menutupi kepalanya menggunakan bantal. Bocah itu masih menangis, namun takut jika ibunya marah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sunday [Tamat]
ChickLitBerawal dari Adrianna yang termakan iri, dia nekat menggoda tunangan milik sahabat dekat yang sudah ia anggap sebagai kakaknya. Masalah terjadi ketika semakin lama dia semakin terjatuh ke dalam permainannya sendiri. Keadaan berbalik, dia malah menja...