4||rumah bunda

2K 200 11
                                    

Sepanjang perjalanan Chiquita tidak mengeluarkan suara sama sekali, bahkan menatap Rora saja enggan.

"Adek, Kakak minta maaf sayang, kakak kebawa emosi tadi."

"Adek."

"Adek maafin kak Rora dong."

"Adek, kita puter balik aja, gak usah ke rumah Bunda."

Ajaib, Chiquita langsung menolahkan kepalanya menatap Rora. "Enggak, aku mau ketemu Bunda." ucap Chiquita.

Mendengar ucapan Chiquita yang begitu datar, Rora pusing sendiri ia mengacak-acak rambut dan mulai menangis. "Adek, kakak harus apa biar adek maafin kakak? Kakak gak ada niatan kasar kaya gitu sama adek," ucap Rora sembari menarik cairan yang keluar dari hidungnya.

Chiquita sebenarnya masih ingin marah pada Rora, tapi melihat Rora nangis seperti ini rasanya tak tega, tapi Chiquita masih terdiam menunggu ucapan Rora selanjutnya.

"Kakak cuman mau kita ketemu Bunda, ketemu Kakak-kakak juga, kamu tau sendiri kan tente Yuji jarang ngijinin kamu nginep dirumah Bunda." ucap Rora lagi, tangisnya masih belum berhenti.

Ibu tiri mereka memang sedikit tidak bisa ditebak, wanita itu seperti remaja labil kadang secara cuma-cuma dia mengijinkan Rora dan Chiquita pergi, terkadang pula keputusannya tidak bisa dibantah melarang Chiquita pergi.

Iya benar, hanya Chiquita, selain Rora yang enggan memanggil Yuji dengan sebutan Ibu, wanita itupun sepertinya hanya sayang kepada Chiquita, bukan berarti Yuji seperti Ibu tiri di sinetron yang akan menyiksa anak tirinya dengan kejam, ia hanya bersikap layaknya orang asing kepada Rora.

Chiquita menarik Rora dalam pelukannya, ikut menangis bersama kakaknya. "Adek juga kangen sama Bunda, tapi kak Rora ngomongnya kasar sama adek, adek sakit hati." ucap Chiquita membuat Rora semakin mengeratkan pelukannya, mencium kepala sang adik.

"Maaf, maafin kak Rora dek, kak Rora bikin adek sakit hati."

°•°•°•°•°•°

Pharita sedikit terkejut mengetahui orang yang memencet bell rumahnya secara brutal, ternyata dua adiknya, pasalnya keduanya sama sekali tidak memberi kabar.

Gadis itu segera memeluk kedua adiknya, Pharita benar-benar rindu kedua adik bungsunya. "Hayo siapa yang tadi pencet bell brutal banget?" tanya Pharita mengurai pelukan.

"Adek nih kak, marahin aja." sewot Rora mendapat tatapan tajam Chiquita, baru aja tadi di mobil baikan.

"Anak kecil isengnya makin jadi ya sekarang." ucap Pharita mencolek hidung Chiquita.

Chiquita hanya membalas dengan cengiran.

"Oiya kak, bunda ada kan?" tanya Rora, pasalnya yang selalu sigap membuka pintu biasanya Bunda.

"Mending masuk dulu yu samperin yang lain." ucap Pharita tanpa menjawab pertanyaan Rora.

Setelah puas melepas rindu kepada dua bungsu, akhirnya mereka bertujuh duduk di depan ruang tv, menjadikan sofa untuk bersandar.

Asa yang pahanya dijadikan bantal oleh Chiquita, tangannya bergerak mengusap rambut adiknya yang pasrah pipinya dimainkan oleh Ahyeon.

Sedangkan Rora menyandarkan kepalanya di pundak Pharita, Rami dan Ruka sedari tadi asyik memakan cemilan.

"Jadi bunda kemana?" tanya Rora membuat semua mata menatapnya.

"Bunda ada urusan keluar kota dek. Gapapa ya kalian nginep disini tanpa Bunda?" ucap Ruka sedikit pelan, takut Rora dan Chiquita kecewa.

Mina, Bunda dari tujuh saudari itu memang seorang wanita karir, semenjak perceraiannya dengan Yesung 3 tahun lalu, ia semakin sibuk mengurus kerjaannya demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya.

Sebenernya terbesit pertanyaan di kepala Ruka. Apakah Bundanya tidak mengirim pesan pada Rora dan Chiquita?

"Gapapa kak, kita ngerti kok. Iya kan dek?" ucap Rora tersenyum lalu mengalihkan matanya pada Chiquita yang mengangkat jempolnya, sepertinya gadis itu mengantuk karena usapan lembut Asa.

"Adek mau tidur? pindah ke kemar yu. Kak Asa temenin." ajak Asa.

Meskipun Rora dan Chiquita sudah tidak tinggal di rumah itu, kamar Chiquita dan Rora tetap rutin dibersihkan.

••••••••

Chiquita berada di kamarnya saat ini, tadi setelah Asa menemaninya untuk tidur, kantuknya malah hilang. Akhirnya Chiquita meminta Asa untuk meninggalkannya sendiri.

Gadis itu mengambil handphone miliknya, kembali mengunjungi room chat bersama sang Bunda, sudah banyak pesan yang ia kirim dari dua hari yang lalu sampai tadi pagi, namun Bundanya hanya membaca pesan darinya.

Tiba-tiba layar handphonenya menampilkan panggilan masuk, dengan cepat Chiquita menekan tombol hijau.

"Iya kak, aku dateng kok."

Jihan, ketua basket putri meminta Chiquita untuk segera datang berlatih, Chiquita dengan cekatan berlari berganti baju lalu turun menenteng sepatu.

Ternyata di ruang tv masih ada Ruka, Pharita, dan Ahyeon, mereka menatap Chiquita yang berlari menuruni tangga dengan tergesa.

"Mau latihan basket Dek?" tanya Ahyeon, diangguki Chiquita yang sekarang mengikat tali sepatunya.

"Kak Ruka anterin ya Dek? atau Kak Ruka sekalian temenin adek latihan, boleh gak?" ucap Ruka, kapan lagi bisa menikmati waktu bersama si bungsu.

"Iya kak boleh, asal Kak Ruka gak keberatan." ucap Chiquita yang sambil berdiri. Ruka segera mengambil kunci mobil di nakas, membuat Ahyeon ikut berdiri.

"Kakak juga ikut ya? Bosen banget di rumah." ucap Ahyeon membuat Chiquita menganggukkan kepalanya.

Pharita yang dari tadi hanya menyimak obrolan suadarinya, kini ilut mengeluarkan suara. "Adek nanti jangan lupa makan, kamu belum makan siang loh. Terus jangan kecapean juga ya." ucap Pharita.

WHERE'S HOME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang