Sejak hari dimana Asa berkomunikasi dengan Mina yang sengaja menyediakan susu kedelai untuk Chiquita, sampai saat ini Asa masih belum berbicara dengan Mina. Ruka dan Pharita yang sudah tahu masalahnya pun tak bisa melakukan apapun untuk hubungan Asa dan Mina. Begitupun dengan hubungan Asa dan Rami, tak ada yang mau meminta maaf terlebih dahulu untuk menyelesaikan perang dingin ini, keduanya masih sama-sama dengan pendiriannya masing-masing.
Sama halnya dengan Asa, Mina semakin menyibukkan dirinya dengan pekerjaan yang tak berujung selesai.
Meja makan yang sering diiringi tawa hangat dan perdebatan kecil, sejak hari itu hanya terdengar dentingan sendok dan piring. Tak ada yang mencoba mencairkan suasana, semuanya kini sibuk dengan urusan dan pikirannya masing-masing.
Hal itu berdampak pula pada Rora dan Chiquita, biasanya mereka akan selalu mendapatkan pesan dan telepon dari Kakak-kakaknya, Namun sejak kepulangan Ruka, Pharita, dan Asa dari rumah Yesung tempo lalu, baik Rora maupun Chiquita tak mendapatkan notifikasi apapun. Dua anak bungsu dari Mina dan Yesung hanya saling melempar pikiran positif.
Chiquita berjalan dengan malas, Rora masih setia menarik tangannya menuju meja makan. Rasa malasnya bertambah saat ia harus sarapan terlebih duluhu.
"Selamat pagi Ayah." ucap Chiquita menyapa Yesung, dan hanya dibalas anggukan oleh Pria itu.
"Ibu udah berangkat ya?" tanya Chiquita.
"Ibu sedang membantu Bi Uti di dapur." ucap Yesung yang tak mengalihkan pandanganya dari handphone, selalu saja.
"Selamat pagi Chiqi." sapa Yuji membawa mangkuk berisi nasi goreng seafood diikuti Bi Uti dibelakang membawa nampan berisi dua gelas susu dan satu gelas kopi.
"Pagi Ibu." ucap Chiquita, ia melirik Rora yang memasang wajah datar, sudah biasa seperti ini tapi Chiquita masih merasa tidak enak.
"Rambut Chiqi gemas sekali hari ini." puji Yuji sambil meletakkan mangkuk dan duduk disebelah Yesung.
"Terimakasih Ibu, Kak Rora yang bikin rambut aku kayak gini." ucap Chiquita membuat Rora meliriknya dengan senyuman tipis.
"Bagus sekali, Rora pandai membuat Chiqi terlihat lebih gemas dari biasanya." ucapan tersebut membuat ketiga pasang mata menatapnya tak percaya, ah ralat Bi Uti juga ikut, jadi empat pasang mata.
"Iya! Kak Rora emang terbaik." ucap Chiquita, entahlah tadinya ia tidak suka dengan gaya rambutnya, namun ia sangat memvalidasi pujian yang pertama kali Yuji lontarkan pada Rora. Rora tersenyum hangat mendengar ucapan riang Chiquita.
"Anak-anak Ayah juga terbaik." ucap Yesung, apakah Yesung ikut mencair karena Yuji? tapi wajahnya masih datar. Namun tak apa, ucapan barusan semakin membuat hati Rora dan Chiquita menghangat.
Untuk pertama kalinya, di meja makan ini bersama Yesung dan Yuji, Rora dan Chiquita merasakan makanan dengan suasana hangat.
"Nasi goreng Ibu selalu enak." ucap Chiquita memasukkan sendok berisi nasi goreng itu kedalam mulutnya.
Yuji tersenyum mendengar ucapan Chiquita, tangannya terulur mengusap kepala Chiquita. Chiquita sudah lama tak merasakan suasana hangat di meja makan, ia tersenyum tulus pada Yuji.
"Chiqi sayang Ibu."Yuji mematung, dadanya berdetak lebih kencang dari biasanya serta raut wajahnya berubah seketika, kilatan matanya memancarkan amarah.
"Chika sayang Ibu."
Srett...prangg....
Seketika mangkuk, piring, gelas, dan pelataran lainnya yang berada dimeja mekan terlempar karena Yuji menarik taplak meja. Yesung dengan cepat mendekati Yuji yang meraung-raung tak jelas, Rora dan Chiquita yang terlihat sangat kaget dengan kejadian tersebut hanya bisa mematung menatap Yuji yang memukul-mukul kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHERE'S HOME?
Fiksi Penggemar[Selesai] Dua adik terkecil harus berpisah dengan kelima Kakaknya, hidup bersama dengan Ayah dan Ibu tirinya. Dan bagaimana ketujuh saudari itu masih bisa saling berhubungan meski dalam rumah yang berbeda? ; belum direvisi plss, maafin masih beranta...