38

1.9K 143 16
                                    

Hari ketiga dirumah sakit, Rora sudah membaik, ia sudah bisa berjalan dengan baik, bahkan dokter mengatakan jika Rora bisa pulang esok hari. Hal itu sedikit membuat keluarganya senang.

Sedikit perkembangan mengenai kondisi Chiquita, Dokter selalu memberikan kabar bahwa tim medis beberapa kali menstabilkan kondisi Chiquita, termasuk memeriksa dan mempertahankan fungsi vital seperti tekanan darah, detak jantung, dan pernapasan. Syukurnya itu menghasilkan buah baik, Chiquita beberapa kali merespon dengan menggerakkan jarinya saat Dokter mencoba mengajaknya berbicara. Karena hal itu, Chiquita sudah bisa dijenguk sesuai protokol yang ditetapkan rumah sakit.

Pihak rumah sakit hanya mengijinkan dua orang saja untuk masuk kedalam Icu, tentu saja Rora yang akan masuk terlebih dahulu kedalam. Dan saudaranya yang lain menyarankan Mina untuk masuk bersama Rora, mau bagaimanapun Mina adalah seorang Ibu. Ia lebih berhak mendahului.

Rora dan Mina masuk ke dalam Icu, keduanya tak mampu menahan tangis melihat banyaknya selang yang menempel ditubuh kecil Chiquita. Bahkan wajah cantik adiknya nyaris tertutupi oleh ventilator.
Rora tak bisa membayangkan sesakit apa Chiquita, bolehkah dirinya yang berada disana? adiknya terlalu kecil untuk merasakan ini semua.

"Adek ini Kakak." ucap Rora dengan gemetar. Jarinya terulur mengelus pelan pipi Chiquita.

"Adek, Kakak udah sehat lagi, ayo kamu juga harus bangun. Bunda juga ada disini dek, bunda udah sayang lagi sama adek. Soal Ayah sama tante Yuji, Tuhan pasti sudah membalas mereka. Meskipun mereka udah gak ada, tapi kita harus balas dendam. Kita harus hidup dengan baik dan bahagia sebagai bentuk balas dendam terbaik kita. Adek sendiri tahu kan? kalau Kakak hidup buat adek, tolong bangun, Kakak perlu adek buat hidup." monolog Rora, matanya terus menatap nanar Chiquita masih memejamkan matanya, ia melihat mata Chiquita mengeluarkan bening air mata. Membuat tangan Rora terulur menghapusnya.

Mina menangis tersedu mendengar ucapan Rora, sejauh ini dirinya membuat kedua anaknya tersiksa, ia yang seharusnya merengkuh semua anaknya, namun ialah penyebab kesengsaraan yang anak-anaknya alami.

Mina memeluk Rora, keduanya saling menguatkan. Lalu Rora menggeser badannya agar Mina bisa lebih dekat dengan Chiquita.

"Adek, ini bunda nak. Bunda minta maaf sama adek, adek harus bangun ya? bunda gak mau kehilangan adek." ucap Mina tersedu-sedu.

Rora memegang pundak Mina menenangkan, tapi Mina justru semakin mengeraskan tangisannya membuat kelima anaknya menorobos masuk Icu.

"Kenapa?" tanya Ruka panik membuat Rora melihat kearah Kakak-kakaknya.

"Jangan masuk Kak, nanti ditegur satpam." ucap Rora kesal.

Namun tiba-tiba mereka melebarkan matanya kaget saat mendengar monitor yang mengeluarkan suara nyaring bersamaan dengan tubuh Chiquita yang mengejang. Dengan cepat Ruka keluar ruangan untuk memanggil dokter, sedangkan yang lain sudah mendekati bangsal Chiquita, menangisi adiknya.

"Adek! jangan gitu dek. Kakak gak suka liat adek terus-terusan bikin Kakak panik!" ucap Rora mengguncang tangan Chiquita.

Ruka datang diikuti Dokter dan beberapa tim medis, lalu menyuruh keluarga Chiquita keluar. Ahyeon dan Rami berpelukan sambil terisak, sedangkan Rora menangis dengan lemas di pelukan Asa, lalu Pharita dan Ruka memeluk Mina yang menangis sambil terduduk memanggil-manggil Chiquita.

WHERE'S HOME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang