10||Yuji

1.4K 159 23
                                    

Chiquita berdiam diri di kamarnya selama berjam-jam, ia memikirkan hal yang hari ini terjadi.

Mulai dari dirinya yang nekat mengendarai sepeda motor milik ayahnya. Saat ditengah jalan, ia melihat polisi tidur, ia tidak tahu harus berbuat apa. Karena panik menguasainya membuat Chiquita kehilangan kontrol, niat hati ingin meminggirkan motornya, namun malah terlalu maju hingga masuk selokan.

Ditambah lagi ia harus menerima hukuman dari Ruka, tahu hukumannya apa? Chiquita harus nginap setiap minggu dirumah bundanya, dan setiap malam ia harus bergiliran tidur bersama Kakaknya.

Bukan soal itu, tapi yang menjadi pikiran Chiquita, selama ini begitu sulit untuk dirinya mendapatkan izin dari Ayah dan Ibu, ah sepertinya hanya ibu. Ayah selalu mengikuti kemauan ibu saja.

Tapi tenang saja, sekarang masih malam selasa. Chiquita bisa memikirkan hal itu nanti, ia tidak boleh terlalu stress untuk hal yang belum terjadi.

Akhirnya Chiquita mengambil handphone miliknya. Matanya menyipit mendapatkan banyak sekali pesan dari Kakak-kakak, kecuali Rora. Iya lah, orang serumah, untuk apa mengirim pesan?

Sesuai dugaan, Kakak-kakak menanyakan kabar dirinya. Apakah dirinya baik-baik saja. Apakah ada yang sakit? ah intinya berupa pertanyaan seperti itu.

Chiquita segera membalas satu-persatu pesan Kakaknya, ia tidak ingin membuat Kakak-kakaknya khawatir. Tapi tunggu.

Jika Kakak-kakaknya tahu, apakah Bundanya tahu juga? ah sepertinya tidak? antara tidak tahu atau tidak peduli.

Di rumah yang berbeda, Kakak-kakaknya sedang berkumpul di kamar Ahyeon. Membicarakan hal yang terjadi beberapa akhir ini. Soal Asa, ia sudah meminta maaf kepada Mina, bagaimana pun Ia tidak tahu hal apa yang sedang dialami Bundanya.

Saat ini, kelima gadis itu sedang membahas perihal Chiquita. Kenapa bisa adiknya membawa sepeda motor? bagus jika lihai dalam mengendarainya, lah ini malah masuk got. Untung adiknya tidak terluka. Tidak bisa membayangkan jika Chiquita jatuh di aspal, tidak tega mereka melihat Chiquita lecet sedikitpun.

Tapi disisi lain, mereka juga senang dengan hukuman yang diberikan Ruka. Ugh, bontot. Tolong siapkan mental untuk menghadapi serangan gemas Kakak-kakaknya. Tidak salahkan, mengambil hikmah dalam musibah?

"Tante Yuji, apa dia izinin adek nginep setiap weekend disini?" tanya Pharita membuat keempat saudarinya menatap padanya.

"Tante Yuji siapa sih? Chiquita itu adik kandung kita. Sedangkan tante Yuji cuman Ibu tiri. Kita gak perlu izin tante Yuji." tegas Asa, membuat Ahyeon dan Rami mengangguk setuju. 

Chiquita terkejut dengan kehadiran Yuji yang tiba-tiba membelai rambutnya, dirinya hampir setengah tertidur hingga tidak menyadari kedatangan Ibunya. "Chiqi? kenapa bangun lagi sayang?" ucap Yuji lembut, membuat Chiquita ternyum tipis.

"Gapapa bu, aku baru inget hari ini belum ngerjain tugas." ucap Chiquita, tentu saja ia berbohong. Namun Yuji sepertinya percaya karna wanita itu mengangguk.

"Ayah udah pulang bu?" tanya Chiquita.

"Ayah malam ini tidak pulang, Chiqi tidur sama ibu. Di kamar Ibu." ucap Yuji pada Chiquita, terdengar sangat lembut namun membuat Chiquita sedikit bergetar. Ini bukan ajakan, tapi pernyataan yang tak bisa Chiquita bantah.

Chiquita hanya bisa mengangguk kaku. "Setelah selesai mengerjakan, langsung ke kamar. Ibu tunggu." ucap Yuji berjalan meninggalkan Chiquita. Setelah pintu tertutup, Chiquita menghembuskan nafas lega. 

Malam ini, Rora sibuk mengerjakan tugas. Diujung mejanya terdapat benda warna biru, Inhaler. Sepertinya Rora telah menggunakan benda itu, terbukti karna benda itu belum tertutup.

Rora memasukkan kembali beberapa buku pada tasnya, kurang lebih satu jam untuk Rora menyelesaikan tugasnya. 

Gadis itu hendak beranjak ke kasur, namun ia teringat Chiquita. Lantas ia berjalan untuk mengecek keadaan adiknya, memastikan adiknya sudah tertidur.

Namun, yang ia dapati hanya kasur kosong. Panik melanda Rora, dengan segera ia keluar kamar dan mencari adiknya di berbagai penjuru rumah.

Tak menemukan adiknya, padahal ia sudah mencari bahkan sampai ke gudang, langkahnya membawa gadis itu ke ruangan yang belum ia cek, depan pintunya terdapat gantungan yang terbuat dari rotan dan benang. Kamar Ayahnya, dan Yuji.

Menatap nanar pintu itu, entah untuk apa. Yang jelas tinggal kamar itu yang belum Rora periksa.

Samar-samar Rora mendengar suara adiknya, sangat kecil suaranya. Membuat Rora menempelkan telinganya pada pintu itu. "Ibu udah, aku bukan-"

Suara Chiquita sudah tidak terdengar lagi saat Rora tidak sengaja membuat gantungan pintu itu terjatuh. Sepertinya gerakan kepala Rora yang menyebabkan itu terjadi.

Pintu terbuka, Yuji menatap Rora dengan sorot matanya yang terkesan dingin. Ah pantas saja Ayahnya berselingkuh dengan wanita ini, pasangan es batu.

"Mau apa?" tanya Yuji membuat Rora gelagapan.

"Cari adek." ucap Rora terbata, Rora dihantui rasa takut dan malu, bisa-bisanya ia harus ada disituasi seperti ini.

"Anak saya ada di dalam, tidur bersama saya hari ini. Kembalilah ke kamar." ucap Yuji membuat rasa takut Rora terganti dengan rasa kesal. Anak saya, Katanya. Enak saja, yang melahirkan Chiquita itu Bundanya, bukan wanita ini.

"Tante jangan lancang, tante bukan ibunya Chiquita. Ibunya Chiquita cuman Bunda." tegas Rora pada Yuji.

"Kamu tidak tahu apapun. Pergi, sebelum saya menyeret kamu." ancam Yuji membuat Rora semakin naik darah. Mengapa Rora seakan orang asing disini, harusnya Rora yang mengatakan itu pada Yuji.

"Aku tahu, tante perebut suami orang. Ayah kami." ucap Rora lantang, namun raut wajahnya berubah saat dadanya terasa sesak, nafasnya sangat berat. Rora memegang dadanya, memejamkan matanya sejenak. Melihat itu, Yuji hanya menatap Rora dengan datar, lalu kembali masuk kamar dan menguncinya.

Meninggalkan Rora yang kini semakin sulit bernafas, keringat sudah membanjiri pelipis Rora, sesekali ia terbatuk. Sebelum badannya semakin lemas, ia berusaha berjalan menuju kamarnya dengan dada yang naik turun.

Setelah susah payah menggapai Inhalernya, dengan tangan yang bergetar ia menyemprotkan benda itu sebanyak dua kali. Lambat laun ia bisa kembali mengatur nafasnya, badannya benar-benar lemas sekarang. Terduduk dilantai, ia menyenderkan kepalanya di divan kasur. Matanya mulai berair, Rora sangat-sangat benci situasi seperti ini.

GUYS, KAYANYA INI UP TERAKHIR UNTUK MINGGU SEKARANG. MULAI MINGGU DEPAN AKU BAKAL UP ANTARA 1-2 PART PERMINGGU. ENAKNYA AKU UP TIAP HARI APA?

WHERE'S HOME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang